Semua Bab Dia Pemilik Hatiku: Bab 31 - Bab 40
84 Bab
30. Saya Akan Ambil Sharon dari Anda
Keesokan paginya, Ardan memarkir mobilnya di sebuah kantor Firma Hukum. Setelah mengatakan tujuannya kepada reseptionist yang sedang bertugas, dia terpaksa harus menunggu untuk waktu yang cukup lama dengan alasan karena dia belum memiliki janji sebelumnya. Saat hari sudah mulai sore, dia disilakan untuk menemui Julio Aksara di ruangannya. Awalnya, Ardan mengira Julio Aksara adalah seorang pengacara senior yang sudah tua yang berusia sekitar 40 atau 50 tahun. Namun saat dia memasuki ruangan, ternyata Julio masih sangat muda dan tampan. Mungkin dia berusia awal 30-an. “Selamat Sore Pak Ardan, maaf jika Anda terpaksa menunggu untuk waktu yang sangat lama,” ucap Julio sambil mempersilakan Ardan untuk duduk. “Tidak masalah, akhir – akhir ini menunggu sudah jadi pekerjaan rutin saya.” Julio tertawa ringan, “Jadi apa tujuan Anda ingin menemui Saya sejak pagi – pagi
Baca selengkapnya
31. Potongan Puzzle
Ardan termenung menatap langit – langit kamarnya seorang diri. Sudah dini hari, namun sekuat apapun dia mencoba untuk tidur, seluruh sel – sel tubuhnya seakan menolak untuk terlelap. Otaknya tak pernah berpikir sekeras ini, setiap kejadian yang dia alami beberapa waktu ke belakang benar – benar seperti benang kusut yang menyesatkannya. Dia memikirkan Almara yang mengajak dirinya untuk bertemu pagi nanti. Entah apa yang akan wanita itu katakan, Ardan terlalu takut untuk sekedar berandai – andai. Dia takut, dia takut jika Almara benar – benar sudah memilih Rangga sebagai penghuni hatinya. Dia tidak siap. Dia juga memikirkan Sharon. Entah apa yang ada dipikiran wanita itu, mengapa bisa – bisanya dia menerima permintaan Si Julio Pengacara Brengsek itu. Ardan masih ingat apa yang Sharon katakan saat dia membujuk wanita itu untuk membatalkan perjanjiannya dengan Julio, &
Baca selengkapnya
32. Misteri Pertama : Tentang Sebuah Pesan
‘Hah! Si Pengacara Brengsek itu,’ ucap Ardan dalam hatinya. Dia menatap sosok Almara yang duduk tepat di hadapannya. Almara terlihat serius membalas pesan dari Julio. Tadinya, Ardan mengalihkan topik pembicaraan ke masalah Sharon karena hatinya sudah tidak sanggup. Dia tidak sanggup bicara lebih lama mengenai kisahnya dan Almara yang sudah berakhir. Namun, Si Julio Pengacara Brengsek itu mengirim pesan kepada Almara, membuat Almara semakin serius dengan pembicaraan mengenai kasus Sharon. “Dia ajak Aku ketemu secepat mungkin. Kalau bisa sekarang. Kalau gitu apa Aku undang dia untuk datang ke sini aja kali ya?” “Ha?” Ardan tidak bisa berkata – kata. Julio hadir di antara dia dan Sharon, haruskah dia juga merusak momennya bersama Almara? “Hmm... maaf ini harusnya jadi pertemuan kita berdua. Tapi, Aku rasa pembicaraan kita suda
Baca selengkapnya
33. Misteri Kedua : Rekening Bank
“Bukti kedua yang polisi temukan adalah transaksi pemindahan dana sebesar 20 juta dari rekening Sharon ke rekening pelaku. Tentu saja Sharon tidak merasa melakukannya. Saat Saya tanya, Sharon tidak menyadari saldo pada rekeningnya berkurang 20 juta. Karena dia jarang mengecek saldo secara berkala. Dan total dana dalam rekeningnya ada milyaran sehingga berkurang 20 juta tidak terlalu kentara.” Julio mengerutkan keningnya. Ekspresinya tak seyakin saat dia memaparkan pendapatnya mengenai bukti pertama. “Yang satu ini agak pelik. Karena dalam laporannya, ada bukti bahwa transfer dana tersebut dilakukan melalui mobile banking dengan cara yang sah. Sekalipun kita berasumsi bahwa itu karena ada seseorang yang menggunakan hape Sharon tanpa sepengetahuannya, tapi darimana dia bisa tahu kata sandi dan pin mobile bankingnya?” “Bagian ini akan Saya selidiki lebih lanjut. Tolong kalian berdua jika ada in
Baca selengkapnya
34. Anggara Dyaputera adalah Kita
“Fiolina? Apa Kamu menyimpan kontaknya?” Almara tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya saat nama Fiolina disebut. Saat pertama kali Ardan mengatakan padanya bahwa Rangga memang mengenal Fiolina, dia mulai berpikir bahwa mimpi panjangnya selama dia koma bukanlah mimpi biasa. Terlebih saat Ardan mengatakan bahwa mungkin saja Tuhan benar – benar membawanya ke masa lalu untuk melihat kejadian alternatif yang mungkin terjadi jika dia memilih untuk tidak putus dengan Ardan. “Hm... sayangnya gak sih. Dia sepertinya juga gak ingin Aku tahu banyak. Dia hanya datang ke sini dan memperingatkan Aku untuk hati – hati karena orang yang jadi dalang di balik semua kejadian ini adalah orang yang sangat licik.” “Apa Kamu punya dugaan siapa yang menfitnah Kamu?” tanya Almara lagi. “Gak ada. Selama ini aku merasa tidak punya musuh. Aku benar – benar jarang r
Baca selengkapnya
35. Kali Ini Aku Tidak Akan Menyerah
Rangga mengangkat sebelah alisnya, tatapannya tertuju ke paras Almara yang menampakkan ekspresi manja namun tidak tertebak. Almara mendirikan sebuah perusahaan dengan nama gabungan mereka berdua. Rangga tidak bisa berhenti merasa heran dengan tindakan tersebut, dalam hati dia bertanya – tanya apa arti dari sikap Almara. Namun, sedikit kepekaan dalam dirinya mengatakan Almara sedang mendekatinya. “Apa menurut kamu mendirikan sebuah perusahaan itu adalah main – main? Kenapa kamu pakai gabungan nama kita berdua?” tanyanya sambil tetap memberi Almara tatapannya yang tajam. “Justru karena aku gak main – main, maka aku menamainya seperti itu. Saat aku bingung memilih nama perusahaan, aku mencari rekomendasi di beberapa artikel dan video dari pengusaha yang sudah senior. Dikatakan bahwa lebih baik nama perusahaan mencerminkan harapan dan visi dari bisnis kita. Jadi nama itulah yang aku pilih,” jawab Almara
Baca selengkapnya
36. Belum Terhapus
Hanya berselang 10 menit setelah kepergian Almara, Fariz memasuki ruangan Rangga lagi dengan tergesa- gesa. Nafasnya tersengal dan wajahnya memerah. “Pak Rangga, salah satu lift mengalami malfungsi. Awalnya lift hanya macet saja, namun mendadak lift terjatuh hingga ke lantai dasar.” “Apa? Trus sekarang gimana? Berapa orang yang ada di dalam saat kejadian?” “Saat ini tim teknis sedang berusaha membuka pintu lift. Ada dua orang yang berada di dalam, Bu Almara dan asistennya, Kevin.” Informasi yang keluar dari mulut Fariz bagai air es yang mendadak disiram ke kepala Rangga. Untuk sesaat, Rangga merasa jantungnya berhenti selama satu detik, keringat dingin mulai membasahi tangan dan kakinya. Hanya dalam hitungan detik, Rangga sudah berlari meninggalkan ruangannya menuju lokasi kejadian. “Pak, Pak, salah lewat sini,” teriak Fariz saat
Baca selengkapnya
37. Aku yang Menyakiti Dia Begitu Dalam
Hari ini sama sibuknya dengan hari – hari sebelumnya. Fariz berpikir bahwa dia mungkin akan butuh cuti selama setahun penuh jika Rangga masih terus bekerja seperti orang gila. Dia tahu betul apa alasan Rangga bersikap seperti ini, namun tetap saja dia tidak bisa berbuat apa – apa.Karena kurang istirahat, Fariz menjadi sering mengantuk saat siang hari. Saat dia baru selesai membuat kopi, muncul sosok almara yang datang seorang diri sambil membawa setumpuk kotak makanan.“Bu Almara,” sapa Fariz“Hai Fariz, Hai Wina,” Almara juga menyapa Wina yang sedang duduk di meja kerjanya.“Kalian udah makan siang? Ini saya bawakan kotak makanan kalau belum,” tambah Almara.“Ini beneran untuk kami Bu?” tanya Fariz.“Iya ini untuk kalian berdua,” jawab Almara seraya mengeluarkan dua kotak makanan untuk Fariz dan Wina.Fariz dan Wina bertukar pandangan. Mereka berdua sempat membicarakan Almara di hari sebelumnya bahwa Almara sedang mencoba mendekati bos mereka lagi. Dan mereka juga merasa bahwa ada p
Baca selengkapnya
38. Hotel Granpure
Di dalam Kafe.Setelah Almara dan Fariz memesan minuman, Almara tanpa basa – basi langsung menyampaikan tujuannya mengajak Fariz bertemu.“Fariz, saat kamu mengantar saya ke rumah sakit, saya meminta kamu untuk menceritakan apa saja yang terjadi saat saya koma. Tapi hari ini saya mau bertanya beberapa detail ke kamu karena saya sangat membutuhkan informasi itu.”“Iya. Silahkan Bu.”“Bisa saya tahu tanggal dan jam tepatnya Rangga dapat kunci laci lemari saya?”“Sebentar saya ingat – ingat dulu Bu. Hmm...” Fariz berpikir keras untuk mengingat tanggal berapa tepatnya anak kecil itu datang ke rumah dan menyerahkan kunci itu.Dia membuka aplikasi perpesanan dalam ponselnya lalu berkata, “Saya ingat pagi harinya saya mendapat info dari kepolisian mengenai fakta baru pada kasus Bu Almara, lalu saya segera mendatangi Pak Rangga di rumah sakit. Kami lalu ke kantor polisi dan siangnya sekitar jam 2, anak itu datang ke rumah membawa bingkisan kunci untuk Pak Rangga,”“Kalau saya lihat riwayat pe
Baca selengkapnya
39. Apakah Kamu tidak Memiliki Perasaan untuk Ardan?
Almara pulang dengan pikiran kalut. Dia tidak menyangka, selain kunci lacinya yang entah oleh siapa telah dikirim ke Rangga, ada pula fitnah bahwa dirinya bermalam di hotel bersama Ardan. Semakin hari, bukannya melihat harapan, dia justru semakin berkecil hati, akankah dia bisa kembali bersama Rangga? Di tengah kekalutan pikirannya, dia tahu, bahwa dia harus menyelesaikan masalah ini satu persatu. Segera, Almara mengirim pesan kepada Julio untuk memberitahukan informasi yang dia dapat dari Fariz. [Rangga menerima paket berisi kunci laci saya pada tanggal 26 April siang hari. Saya barusan ketemu Fariz, dia gak ingat jamnya] [Ok terimakasih. Gak masalah soal jam. Yang penting tanggalnya sudah pasti kan?] [Fariz sih yakin itu tanggalnya] [Ok. Oya, pengajuan penangguhan penahanan Sharon disetujui, Sementara ini dia jadi tahanan rumah. Ardan penjaminnya.] [Syukurlah] Untungnya, ini adalah awal yang baik, pikir Almara. Setidaknya akan jadi lebih mudah baginya untuk berkomunikasi deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status