All Chapters of Di Balik Rupa Burukku: Chapter 211 - Chapter 220
263 Chapters
Bab 211
Ketika mereka sampai di lubang, kecemasan jelas tergambar di wajah Hasan, lelaki itu yang pertama kali sampai lubang, dia langsung melongokkan wajahnya ke bibir lubang. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat ke dalamnya, di sana ada secarik kain berwarna putih dan biru, persis seperti baju yang Aina kenakan. Menejer restauran ternyata orang yang sangat cekatan, dengan cepat dia telah mengutus anak buahnya untuk membawa tangga dan seutas tali tambang, menejer itu juga sudah menghubungi ambulance. Tangga yang di bawa adalah tangga lipat yang jika di bentangkan panjangnya mencapai dua belas meter. Melihat karyawan itu menurunkan tangga, Hasan segera berancang-ancang akan masuk ke dalam lubang. "Biarkan aku saja yang masuk, oke? Kalian tunggu di sini." Semua orang mengangguk, mereka semua juga tak kalah kuatirnya dengan Hasan. "Jika mengalami kesulitan, segera minta bantuan kami," ujar Steven. Hasan tidak menanggapi perkataan Steven, dia segera melesat menuruni tangga dengan tidak s
Read more
Bab 212
Ketika Steven menuruni tangga, dia merasa sesak. Hati dan pikirannya benar-benar kacau mendengar Hasan mengatakan jika Aina dianiaya seseorang. Ingatan lelaki itu langsung tertuju pada sosok Agung, lelaki yang mengaku temannya itu, dulu juga ingin mencelakai Aina. Steven mengedarkan pandangan, dia tidak melihat sosok Agung di manapun. Ketika sampai restauran, dia melihat Melanie dan Laura yang berdiri menunggunya. "Mana Agung? Kau melihat Agung?" Steven tidak berbasa-basi lagi menanyakan hal itu pada tunangannya sekaligus adik temannya itu. "Dia tadi terluka, makanya pulang duluan untuk mengobati lukanya," jawab Melanie "Kenapa dia terluka?" Steven tidak bisa menyembunyikan rasa curiga di matanya, dia menatap tunangannya dengan tatapan tajam. "Ketika mencari Aina dia tersandung akar pohon dan terjatuh ke jurang situ," ujar Melanie menunjuk ke arah yang ditunjuk Agung sebelumnya. "Oh ya? Ke mana perginya dia?" "Katanya dia akan pulang setelah mengobati lukanya." "Dasar, bajing
Read more
Bab 213
Ketika kesedihan tengah melanda Hasan dan Steven, Fendi datang menenteng koper Aina yang berisi pakaian gadis itu dan suaminya. Melihat Fendi datang, Hasan segera membuka koper dan mengambil sebuah kaos oblong hitam untuk dikenakannya. Steven sendiri langsung duduk di bangku tunggu sambil menunggu konfirmasi pihak kepolisian yang akan mengecek lokasi tempat kejadian perkara.Aina segera dipundah ke ruang perawatan VIP sesuai pesanan Hasan, lelaki itupun segera masuk ruang perawatan dan mengunci pintu untuk membersihkan tubuh istrinya. Lelaki itu sudah menerima sebaskom air hangat untuk mengepel tubuh istrinya. Dengan perlahan lelaki itu membuka satu persatu yang dikenakan wanita itu dan menutupinya dengan selimut.Setiap inchi kulit Aina, Hasan lap dengan perlahan, bahkan noda darah yang menempel digosoknya dengan pelan. Dia menggosokkan sabun mandi secara tipis dan merata, kemudian membilasnya memakai handuk basah hingga permukaan kulit istrinya bersih semua. Selanjutnya lelaki itu m
Read more
Bab 214
"Dari mana kau tahu jika Aina sudah dijamah lelaki lain? Apakah ini ulahmu? Tidak ada yang tahu kondisi istriku selain aku, dokter dan Steven, dari mana kau tahu? Jawab aku!"Nirmala surut ke belakang, amarah Hasan tidak lagi bisa dibendung sekarang, wanita itu tidak pernah Hasan semarah ini, dulu dia sempat marah ketika mengetahui dia tidaklah suci lagi, tetapi dia hanya berkata dengan nada dingin, sementara sekarang dia berani membentak, mungkin juga akan mencekiknya."Aku mendengar semua itu ketika kau berbicara di ruang UGD tadi, maaf aku menguping pembicaraanmu dengan dokter. Aku tidak tahu apa-apa tentang pria yang telah menghancurkan istrimu, aku tidak tahu apa-apa"Nirmala tidak mau mengambil resiko, wanita itu langsung kabur dan berlari tunggang langgang, Hasan sebenarnya ingin mengejar wanita itu dan memberinya sedikit pelajaran, namun mengingat waktu yang semakin senja, sementara dia belum juga menunaikan salat ashar, dia membiarkan wanita itu berlalu dan memilih menjalanka
Read more
Bab 215
"Mana? Biar Ayah yang ngomong," ujar Dave. Nur segera menyerahkan gagang telpon pada suaminya, wanita itu terus menatap suaminya, mencuri dengar apa yang anak dan suaminya bicarakan. "Dito ...." "Ayah!" "Ada apa, Nak? Ada apa dengan kakakmu?" "Ayah, tadi kami makan di restauran alam, kami makan di sebuah saung, waktu itu kak Aina pergi ke toilet, dia tidak kembali-kembali sampai satu jam kami mencari keberadaannya, akhirnya dia ditemukan di sebuah lubang, keadaannya sangat parah, dia bahkan sampai sekarang tidak sadarkan diri. Kata Abang Hasan sama Bang Steven, kak Aina dicelakai orang, ada yang menganiayanya." "Di mana sekarang Steven dan Hasan?" "Aku ini diam-diam menelpon Ayah, Bang Steven bahkan melarangku menelpon Ayah jika belum jelas permasalahannya." "Ya, sudah. Ayah dan Mamakmu akan segera ke sana, kau jangan cemas." "Baiklah." Dave segera menutup panggilan telepon, Nur masih saja di sampingnya meminta kejelasan. "Apa yang Dito katakan?" "Cepat berkemaslah, kita ak
Read more
Bab 216
Ketika Aina sadar, jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Kedua orang tuanya sudah tiba di rumah sakit sejak jam sepukuh malam, namun Hasan memesankan penginapan di depan rumah sakit, walaupun Nur ngotot ingin menemani Aina hingga sadar, namun Hasan mampu meyakinkan mertuanya agar istirahat dulu di losmen. Jika Aina sadar, lelaki itu berjanji akan langsung mengabarinya.Aina mengerjapkan matanya berulang-ulang untuk memulihkan kesadarannya. Gadis itu memindai tiap jengkal tempat itu, dia tidak mengenali di mana sekarang dia berada. Gadis itu menatap sesosok yang sangat dekat di hatinya tengah tertidur di atas sofa. "Di mana ini? Apa di kamar villa? Kenapa Bang Hasan tidur di sofa?" gumamnya.Aina berusaha bangkit dari tidurnya, dia menegakkan punggung berusaha untuk duduk. Tetapi tiba-tiba kepalanya sangat sakit."Auh, kenapa kepalaku sakit?"Ketika dia berusaha untuk memegang kepalanya, tangannya juga terasa sakit karena tusukan jarum infus."Apa ini? Kenapa tanganku diinfus? Apa aku
Read more
Bab 217
Ketika pagi tiba, sakit kepala Aina sudah berkurang, bahkan tidak merasakan sakit lagi. Hasan segera mengabari kedua mertuanya, mereka langsung menemui anak mereka. Hasan sudah menceritakan jika Aina tidak ingat dengan kejadian yang menimpanya, namun bukti visum dan sperma serta darah yang ada di TKP cukup membuktikan siapa pelakunya walaupun Aina tidak ingat dengan kejadian itu.Ketika pihak kepolisian datang untuk meminta keterangan korban, pihak kepolisian mengatakan demikian karena korban tidak bisa memberi keterangan. Pihak kepolisian juga memberi tahukan siapa tersangka dalam kasus tersebut. Setelah Hasan mengetahuinya, lelaki itu cukup berang, dia ingin segera menemukan lelaki brengsek itu dan menghajarnya sampai mampus.Dave cukup mampu mengendalikan situasi, dia memberitahukan Hasan tidak perlu mengkuatirkan hal tersebut, Hasan juga tidak berani marah dihadapan istri dan mertuanya, dia harus menjaga perasaan istrinya, agar tidak tahu apa yang telah terjadi padanya."Mamak, Ay
Read more
Bab 218
"Men ... Menur?""Iya, Kang ... Ini aku Menur." Bulir bening mengalir ke pipi Nur. Pri paruh baya di depannya perlahan mendekati Nur, dia menatap wanita itu dengan seksama, wajahnya menyiratkan rasa tidak percaya."Sudah lebih tiga puluh tahun, kenapa kah baru kembali sekarang, Nur?""Kang ... Banyak yang kualami di luar sana, aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk ke sini, maafkan aku, Kang ....""Sapar!" panggil Parman pada pemuda yang mengantar Nur tadi."Iya, Pak Kades?""Tolong panggil semua keluarga saya, adik-adik saya ke sini sekarang!""Baik, Pak Kades."Mendengar perintah kades-nya kelima motor yang mengantar Nur segera pergi berpencar untuk memanggil semua keluarga Kades. Parman juga memanggil istrinya yang tengah sibuk memasak di dapur dengan berteriak."Ada apa to, Mas?""Ini, ini ...." Parman hanya mampu menunjuk ke arah Nur dengan jari gemetar."Oalah ada tamu? Kenapa gak langsung di suruh masuk? Mari Bu, Pak ... Masuk dulu.""Yu Nuning ...," panggil Nur perlahan.
Read more
Bab 219
Rencananya keluarga Aina akan berada di kampung halaman ibunya selama dua hari, Hasan hanya mengambil cuti selama seminggu, sementara sudah dihabiskan waktu selama tiga hari. Mereka menginap di rumah Parman, walau dengan fasilitas seadanya mereka tidak masalah. Walau Dave orang kaya, ketika kunjungan ke daerah terpencil dia juga sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Anak Parman ada tiga orang dan sudah berkeluarga semua, mereka berprofesi sebagai petani dan peternak. Sementara anak Pardi juga sudah berumah tangga. Anak parmi juga tiga orang, yang dua sudah berkeluarga, satunya masih gadis bernama Laras. Sementara anak Darmi ada dua orang masih SMP dan SMA. Darmadi sendiri anaknya dua orang masih SD dan SMP. Dari semua saudara Nur, hanya Parmi yang nasibnya kurang beruntung. Suami pertama Parmi menceraikannya ketika Parmi memiliki dua anak, alasan suaminya menceraikan karena Parmi membesarkan adiknya Darmadi yang menurut mantan suaminya terlalu membebani. Sementara suami keduany
Read more
Bab 220
Sementara itu di sebuah hotel di kota Samrinda, seorang lelaki tergeliat bangun, dia merenggangkan tubuhnya, sudah tiga hari dia melakukan pelarian dari kejaran polisi, nanti siang dia akan melakukan perjalanan darat ke Sabah, Malaysia. Dia tidak mungkin melakukan perjalanan lewat udara, karena namanya sudah ada DPO di bandara-bandara seluruh Indonesia.Sialan, memang. Niatnya ingin membuat Aina dan Hasan berpisah, namun sampai saat ini kata orang suruhannya, Hasan belum juga menceraikan Aina, hubungan mereka malah tambah mesrah. Sementara dia, menjadi buronan polisi. Ketika dia bangun, ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Namun dia abaikan karena dorongan untuk buang air kecil sangat kuat. Rasa sakit yang luar biasa diantara selangkangannya dia abaikan. Namun di toilet, ketika dia mengeluarkan alat vitalnya untuk membuang air kecil, selangkangannya diperban, dia segera membuka perban tersebut, alangkah terkejutnya dia, ternyata benda pusaka miliknya sudah tidak ada lagi, sudah terp
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
27
DMCA.com Protection Status