All Chapters of BALADA CINTA FANI (Sekuel Nafkah Lima Belas Ribu): Chapter 71 - Chapter 80
120 Chapters
Bagian 71
Alex menggaruk kepalanya lagi.     "Udah, aku masuk," pamit Fani.     "Di ruang tamu, Fan!" perintah Dinda.     "Iyaaaaaa ...."     Fani masuk dan duduk di kursi sembari berselancar di dunia maya.     "Mau apa?" tanya Dinda ketus.     "Aku mau balikin uang kamu, Din. Tapi baru separuhnya gak papa, ya?" ujar Alex malu-malu.     "Sumpah deh, ya, kamu tuh gak pantes banget ngelakuin kayak gitu sementara penampilan kamu sok cool banget. Pakai ngajakin makan di caffe yang lagi hits, lagi."     "Maaf, Dinda, aku 'kan juga pengin ngerasain jalan sama cewek kayak gimana."     "Ya tapi modal, dong!" seru Dinda kesal.     "Din, jangan teriak-teriak, aku malu
Read more
Bagian 72
Hari itu, Yuda harus menelan kecewa karena tidak berhasil mengajak Fani pergi.  Esok paginya, di dalam kelas, pemuda itu bersikap aneh. Semenjak tragedi skripsi, dirinya masih suka mengolok-olok Fani. Namun, tidak dengan kali ini.  "Fani datang, kamu kenapa diam?" tanya Billy, rekannya selain Alex. Yuda hanya melirik sekilas. Kembali lagi menatap buku yang ada di hadapannya.  Alex juga tidak berani menggoda. Semenjak kejadian kencan dengan biaya hutang yang diketahui Yuda, pemuda itu tidak banyak bicara. Usai jam kuliah, Fani masih sibuk dengan barang dagangan. Dikerumuni banyak teman sekelasnya.  "Sah, ya, Fan?"  "Ok, besok lagi, ya?"  "Fan, aku pesen blash on jangan lupa!"  "Iya," &nbs
Read more
Bagian 73
"Aku juga baru tahu, kalau kamu itu busuk. Apa yang kamu ucapkan tidak seperti yang kamu tampilkan. Dan tentang cewek murahan, lebih murahan mana, dia yang dijemput terhormat dengan seorang gadis yang setiap hari datang ke rumah pria yang berstatus duda. Berdua dalam satu rumah kosong dan aku mendengar sendiri kamu dipanggil, Sayang," suara Arya yang keluar dari kelas dekat jalan yang mereka lewati, mengagetkan gadis berjilbab besar itu."Pak Arya!" ucap Fani kaget. Sementara Ilma sudah merah padam wajahnya."Iya, aku mendengarnya. Bicaramu terlalu keras Ilma, aku jadi mendengar."Ilma terlihat malu dan tidak bisa menjawab."Aku juga tahu, kamu bekerjasama melakukan hal yang dilarang oleh peraturan kampus. Kalau ini sampai ketahuan, beasiswa kamu terancam dicabut. Jadi, Berhati-hatilah dalam bersikap. Atau pekerjaan kamu dalam membuat skripsi--""Saya minta maaf, Pak. Saya akui, aku salah. Maafkan saya salah," potong Ilma khawatir Arya akan memberi
Read more
Bagian 74
Canggung. Itu yang dirasakan Fani saat berdua bersama Yuda. Rasanya aneh, terbiasa bertengkar dan saling ejek, kini harus berada di atas motor yang sama. Sepanjang jalan, mereka hanya terdiam. Hingga motor yang mereka kendarai sampai di pelataran sebuah tempat yang biasa digunakan anak muda nongkrong bila malam hari. Terutama di malam minggu. Namun, karena malam itu malam Rabu jadi, keadaan tidak terlalu ramai. Yuda meraih lengan Fani, mengajaknya berjalan menuju tempat pemesanan makanan. “Lepasin, Yuda! Apaan sih, kamu pegang-pegang aku?” protes Fani keras.  Untungnya, suara music di caffe lebih keras dari suara Fani, sehingga pengunjung yang masih di sekitar tempat parkir tidak mendengar teriakan Fani. “Di sini lagi ada gosip penculikan. Aku memastikan saja kamu aman,” bisik Yuda di telinga Fani, membuat gadis itu menjauhkan diri dari teman berantemnya. “Alasan aj
Read more
Bagian 75
“Fan, setelah lulus nanti, kamu mau kerja atau mau nerusin dagang?” tanya Yuda saat keduanya sudah sama-sama selesai tertawa. Bakso bakar yang ada di hadapan Fani sudah habis tak bersisa. Sementara kentang goreng yang ada di hadapan Yuda masih utuh. “Gak tahu. Belum kepikiran. Akum au di rumah aja dulu. Menikmati waktu bersama keluarga aku. Kamu sendiri?” “Entahlah. Aku ingin pergi ke luar negeri setelah dapat ijazah langsung.” Fani memicingkan kedua mata setelah mendengar pernyataan Yuda. “Kenapa begitu? Kamu ‘kan udah bertahun-tahun jauh dari keluarga kamu. Merantau dari ujung selatan Jawa Tengah ke sini. Gak pengin gitu sejenak menghabiskan waktu dengan bapak, ibu, adik atau kakak kamu?” Sepasang mata elang Yuda mendadak redup mendengar pertanyaan Fani. Sesak tiba-tiba merasuk dalam dada. “Seseorang yang aku ingin temui sudah tidak ada la
Read more
Bagian 76
Fani terbaring di atas tempat tidur. Menatap ruangan yang gelap karena lamounkamar sudah dimatikan.     Sejenak kemudian melonjak.     "Din," panggilnya pada Dinda berharap sahabatnya belum tidur.     "Apa?" jawab Dinda agak ketus.     "Lhah, kamu belum tidur, Din?"     "Belum!"     "Kenapa?"     "Ya belum ngantuk-lah,"     "Kok tadi aku masuk kamu matikan lampu? Jadinya aku sholat di kamar Anya."     "Lha kenapa gak sholat di sini?" Mereka saling bincang di kegelapan malam yang disengaja.     "Soalnya takut ganggu kamu!"     "Gimana tadi perginya? Jadi beli kemeja?"     "Eh, iya, y
Read more
Bagian 77
Makanya, lawan-lah!"  "Sama kamu, ya?" ucap Yuda dengan nada bercanda. Namun, yang sebenarnya dirinya berharap, Fani menjadi orang terdekatnya.  "Gak mau! Jauh. 'Kan deket sama pantai selatan. Takut diculik dayang-dayangnya!"  "Mereka lebih takut mendengar suara kamu, Fani!"  "Kenapa sekarang kamu jinak?"  "Karena--"  "Jangan bilang, kamu jatuh cinta sama aku!" Yuda terdiam mendengar tuduhan Fani yang benar adanya. Sementata gadis yang terlihat manis dengan pasmina warna ungunya, menatap pada segerombolan anak yang berebut bola untuk ditendang.  "Fani ...," panggil Yuda lirih.  "Hemh,"  "Kamu gak pengin menikah muda?" tanya Yuda memberanikan diri.  
Read more
Bagian 78
Alex dan Dinda masih saling diam. Netra pemuda itu tidak lepas dari memandang gadis bermata sipit yang terlihat sangat tidak suka dengannya. Fani dan Yuda ikut bersikap bingung menghadapi tingkah dua rekannya itu. Yuda tampak melihat ponselnya kemudian berujar, “Fan, temani aku pesan minum yang lain, yuk.” “Itu ada minuman. Masih penuh, kenapa pesan lagi? Mubadzir. Aku lupa, gak boleh minum kopi sama dokter,” ujar Yuda. “ya udah, sana sendirian aja. Aku masih nyaman duduk,” tolak Fani. “Please-lah, Fan, aku gak mau sendirian,” bujuk Yuda,” Dinda yang mencium gelagat aneh dari pemuda yang belakangan ini dekat dengan Fani itu berujar, “jangan mau, Fan! Eh, Yuda, emangnya aku gak tahu ya, kalau kamu sebenarnya ingin meninggalkan aku berdua dengan cowok gak punya modal itu?” Mendengar Dinda berkata, Yuda seakan mati ku
Read more
Bagian 79
“Kasih suara kuntilak aja,” saran Fani terdengar konyol. “Bantuin yuk, Fan,” ajak Yuda.” “Rumah kamu ‘kan jauh,” “Akan jadi dekat kalau itu juga jadi rumah kamu,” kelakar Yuda. “Maksudnya?” tanya Fani bingung. “Menikahlah dengan aku,” pinta Yuda. Sorot matanya terlihat serius. “Jangan ngaco!” jawab Fani asal. Hati Yuda bimbang. Apa yang ia katakana benar-benar tulus dari dalam hatinya. Namun oleh Fani, selalu dianggap lelucon. “Kamu benar-benar tidak percaya atau kamu memang tidak punya rasa sama aku?” Yuda bertanya tepat pada sasarannya. Fani yang semula cuek mendaqdak salah tingkah. Mereka saling diam. Fani bingung akan menjelaskan apa. Jauh dalam lubuk hatinya masih ada nama Doni. Namun i
Read more
Bagian 80
Fani dan Yuda tidak langsung pulang ketika mata kuliah selesai. Kadua sejoli itu memilih ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas dari dosen. Sikap Yuda masih sama. Berusaha selalu dekat dengan gadis yang disukainya. Bahkan di dalam perpustakaan-pun dirinya masih sering menggoda Fani dengan tangan usinya. Kadang menarik tangan, kadang mengusap kepala. Sementara Fani, selalu menghindar dengan kesal. “Ehem. Mas Doni sudah tidak ada, sekarang punya target lain.” Sebuah suara dari lorong buku mengagetkan keduanya. Ilma di sana smebari memilih bacaan yang ingin ia ambil. “Maksud kamu?” tanya Fani bingung. “Aku gak nyangka ya, kamu semurahan itu, Fan,” lirih Ilma saat melewati Yuda dan Fani yang duduk di atas lantai dengan tumpukan buku di hadapan mereka. “Jaga mulut kamu! Malu dengan jilbab besar yang kamu kenakan!” Yuda bangkit dan menga
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status