All Chapters of Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Chapter 101 - Chapter 110
326 Chapters
102 Aku tidak akan rindu
Sesampainya di kos, aku langsung menemui pemiliknya. Sedang Kian masih menenangkan perutnya di sebelah mobilku. Setelah semua beres, aku mendatanginya yang masih meringis walau sudah meminum obat pereda mulas.Aku menahan tawa. "Cemen! Pake rok sana." "Sialan Lo." "Laki tuh harus kuat, pantes jadi duda muda."Kian menonyor kepalaku dengan tatapan mautnya yang langsung kuhadiahi tangan membentuk minta ampun. Aku mulai mengambil kardus satu demi satu lalu kubawa ke kamar. Saat aku mengambil kardus terakhir, Kian menahan tanganku dan langsung membawanya ke kamar. Kebetulan  itu yang paling berat.Setelah meletakkannya, bukannya keluar, Kian malah menata barang barangku. Memperhatikan beberapa spot yang pas lalu menggeser lemari kecil dan kasur lantaiku. Jika sudah seperti ini dia terlihat begitu berwibawa, aura aura kantornya begitu kentara sedang aku hanya berani mencuri lirik dirinya. Aku menahan senyum den
Read more
103. Ingin merebutnya
Teman baru. Karir baru. Tempat baru. Dan kehidupan baru.Apa yang terjadi di masa lalu hanyalah kenangan yang tidak patut untuk kuingat ingat. Tidak akan berguna, toh siapa pelaku yang memutasiku sudah kurelakan biar Tuhan yang membalasnya. Di kantor cabang yang tidak besar ini, aku memiliki teman baru yang bernama Agus dan Anton. Kami satu ruangan dan satu job desk hanya berbeda proyek. Jumlah pekerja disini tidak banyak dengan kantor yang tidak besar membuat aku cepat mengenal siapa saja rekan kerjaku.Tapi sejak kedatanganku, ada tiga perempuan menor yang bersikap tidak ramah padaku. Sedang aku tidak melakukan kesalahan apapun atau mengulik privasi mereka. Kesal dengan ulah mereka yang membuatku tidak habis pikir, aku menjulukinya Trio Cerryembel.Di kantor baru pun aku masih memiliki musuh. Astaga!!Masalah dengan teman teman di kos lama yang membuat kami berakhir musuh kubiarkan tergeletak begitu sa
Read more
104. Duda berkelas
Ini bermula saat dengan percaya dirinya Anton memintaku menghadiri pernikahan salah satu temannya. Demi Tuhan!!Menjadi tumbal seperti ini mengingatkanku pada saat Kian mengajakku datang ke pesta pernikahan perempuan yang mencintainya.Anton memintaku datang bersama Hendrik, temannya. Sebenarnya aku sudah menolak permintaannya yang bisa saja melukaiku begitu dalam. Membuka kenangan lama yang hanya membuat aku tidak bisa move on. Bayangan Kian hingga hari ini masih membayangi relung hatiku. Aku lelah diatur oleh perasaanku sendiri yang seakan terus meminta berdekatan kembali dengan Kian. Gila! Kian saja sekarang suda memiliki perempuan baru yang tempo hari sempat diunggah Alfonso sebagai status. Siapa yang tidak meradang melihat lelaki yang disayang tengah bersama perempuan lain yang notabene jauh lebih menarik dan cantik. Tentu aku harus tahu diri.Setelah merebut Affar dari istrinya dengan cara diam-diam, aku
Read more
105. Semangat move on
Hendrik sudah menungguku di teras kos tapi tidak ada debaran seperti saat Kian yang menungguku. Semuanya terasa biasa.Ini menandakan jika aku masih mencintai Kian, bukan yang lain."Maaf ya naik motor." Ucapnya lirih.Aku tersenyum tipis. "It's okay Hend."Hendrik melajukan motor maticnya dengan hati hati. Dan aku duduk menyamping sambil memangku clutch bag.Sembari menikmati perjalanan menuju lokasi, memori saat Kian mengajakku pergi ke kondangan kembali terlintas. Mungkin aku merindukannya.Saat di dalam mobil...."Kali ini Lo akan gue ajak bermain drama yang total." Ucapnya tetap fokus menyetir."Drama?" "Sha, bantu gue bikin mempelai perempuan sakit hati. Kita pura pura romantis sepanjang resepsi. Sebelumnya gue minta maaf kalau nanti gue bakal pegang tangan Lo." Kian mengatakan dengan hati hati agar aku tidak tersinggung. "Oke. Kita saling menguntungkan." Kian tersenyum
Read more
106. Aku tidak baik tanpamu
Sepulang kerja aku pergi ke festival tempo dulu yang diadakan kota kecil ini setiap tahunnya. Penasaran dengan keseruan di dalamnya, aku pun mencoba mengunjungi seorang diri masih dengan memakai setelan kerja. Banyak penjual barang barang model lawas yang membuat pengunjung merasa bernostalgia. Begitu juga dengan makanan yang dijual. "Lampion harapan mbak? Cuma dua puluh ribu." Warna merahnya menyala dengan gambar bunga sakura. "Make a wish lalu terbangkan mbak."Di jaman seperti ini mana ada menerbangkan harapan di lampion lalu terkabul. Ada ada saja. Padahal jika ingin harapan terwujud maka seseorang itu harus berusaha keras. Tapi kira kira, what hope do I want? "Berdoa demi kesehatan orang tua juga salah satu harapan mbak." Aku ingat retaknya rumah tangga mama dan papa karena pihak ketiga, juga papa yang tidak bisa menjaga komitmen pernikahan. Serta pen
Read more
107. Masa lalu
Tiga bulan lalu...."Halo?"Akhirnya...."Halo bapak Affar Khaleed Dirgantara. Masih ingat dengan suara saya?" "Maaf salah sambung.""Jangan lari seperti banci!! Hadapi gue kalau Lo emang gentle.""Saya tidak punya urusan dengan siapapun anda.""Benarkah?" Aku terkekeh sinis. "Setelah Lo buang gue lalu Lo anggap kita nggak ada urusan?! Bagi gue kita masih ada urusan.""Maaf ini sudah malam.""Berani nutup telfon gue, gue datangi istri Lo!!!" Ancamku."Dasar jalang!" Aku tertawa. "Sekarang jawab pertanyaan gue. Lo yang mutasi gue kan?! Jawab Far!"Affar diam."Kenapa Lo mutasi gue? Kenapa Lo jauhin gue dari sahabat sahabat baik gue? Kenapa Far?! Apa salah gue? Gue nggak bikin istri Lo cedera." Affar masih diam."Kalau istri lo
Read more
108. Ujian yang mendewasakan
Hari ini aku pulang kampung, setelah kesibukan di kantor yang menyita waktu. Aku merindukan mama, ayah tiriku yang baik, dan Ali, adik tiriku.Selesai memesan taksi online aku beralih ke laman status wa. Melihat status terbaru Alfonso.Deg...Seorang perempuan cantik dengan baju off shoulder sedang duduk di samping Kian. Sedang Kian selalu tampan dengan penampilan casualnya tengah menunjukkan sebotol bir yang ia teguk.Hampir tiga bulan kami tidak pernah berkomunikasi dan aku telah menghapus nomernya. Karena aku ingin melupakan dan mengubur dalam-dalam kenangan kami.Kian, dia sudah bahagia dengan yang lain. Dan aku harus ikhlas. Itunya kenyataan yang harus kut
Read more
109. Berkorban demi keluarga
Setelah pembicaraan penuh air mata itu, aku duduk di teras menunggu ayah pulang ngojek. Ini sudah jam sepuluh malam tapi ayah belum juga datang.Mereka yang awalnya begitu berkecukupan, bahkan ayah pula yang membiayai kuliahku hingga lulus. Kini, melihat keluarga baruku seperti ini, ada perasaan tidak tega membiarkan mereka hidup kurang layak.Lima belas menit kemudian ayah datang lalu aku yang membukakan pagar rumah."A.... Audrey?" Ucapnya terkejut."Malam ayah." Aku mencium tangannya."Ka...kapan datang nak?""Tadi siang. Ayah udah makan? Aku tadi beli lalapan buat ayah." Ucapku setenang mungkin.Ayah tampak kebingungan la
Read more
110. Aku memulainya lagi
Siapa ciiin?" Tanya Anton setelah panggilanku dengan Alfonso berakhir. "Teman kaya raya yang mau temenan sama cewek skutik kayak gue." "Serius? Sekaya apa emangnya?"Aku mengangguk lalu menunjukkan Instagram Alfonso beserta foto fotonya. "Wiiih ini sih anak sultan cin. Kayah rayah, kalau kayak gini aku mau kali jadi simpenan dia." Celetuk Anton."Sayangnya dia nggak doyan terong Ton. Mending Lo cari cowok lain. Atau....." Aku melirik salah satu orang kejaksaan yang tidak jauh dari kami duduk sekarang."Najiiiissss!!!" Aku tertawa cekikikan. Pasalnya orang itu sudah beruban dan gendut. Sedang Anton adalah teman laki lakiku yang kemayu. "Enak kali cin temenan sama Alfonso.""Enak Ton, dia pernah bayarin gue lihat konser Ed Sheeran gratis di kursi VVIP. Gila nggak namanya."***Sesampai di kos aku segera mandi dan mengirim lokasi kosku pada Alfonso. Karen
Read more
111. Kian datang
Drama yang kubuat dengan Alfonso tampaknya kurang meyakinkan. Kian tidak peduli dengan unggahan romantis kami. Namun bukan Alfonso namanya jika tidak bisa membuat Kian percaya. Untuk lebih meyakinkan, Alfonso mengirim sebuah kalung untukku. Lalu menyuruhku selfi dengan kalung itu. Alfonso begitu menyayangi Kian. Tapi Kian yang sudah buta akan cinta tidak peduli dengan persahabatan mereka dan penjelasan Alfonso. Jika sudah seperti ini, itu artinya Kian sangat mencintai Elea hingga ia melupakan persahabatannya dengan Alfonso. Membantu Alfonso hanya menambah luka di hatiku dan bodohnya aku telah mengiyakan permintaannya. Alfonso Al, ini terlalu mahal Al untuk sekedar akting. Jangan khawatir, itu gue beli di pasar malam kok. Wkwkwkwwk... Syukurlah... Kalo hilang gue nggak bingung ngembaliin. Sha, Lo setuju nggak tingkat tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan dia bahagia bersama yang lain?! Kenapa Lo tanya gitu? Andai cewek yang gue taksir tau perasaan gue. Tapi sebenarnya
Read more
PREV
1
...
910111213
...
33
DMCA.com Protection Status