Semua Bab Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Bab 111 - Bab 120
326 Bab
112. Menabur jebakan
"What are you doing here Kian?""Ayo pulang dulu. Nanti gue jelasin."Aku mengendarai motor dan Kian dibelakangku dengan mobilnya. Mirip anak yang dikawal orang tuanya.Sambil berkendara, sekelebat ucapan Alfonso beberapa waktu lalu terbersit dan membuatku sedikit meradang."Namanya Elea, dia cewek yang ditaksir Kian." "Mereka bakal sulit bersama karena status sosial dan Kian seorang duda." "Gue dan Elea dijodohkan tapi gue nolak. Karena gue cinta sama perempuan lain." "Gue pengen Kian sadar kalau memperjuangkan Elea tuh nggak berguna. Bantu gue Sha." Sesampainya di kamar aku segera menghubungi Alfonso. Ia harus tahu kedatangan Kian, sekaligus memberiku saran harus berbuat apa."Apa Sha?" "Al, Lo percaya nggak kalau Kian ada disini?" "Maksudnya? Kian ada di tempat Lo?" "Iya, dia tiba tiba nongol l
Baca selengkapnya
113. Aku pihak ketiga
"Sha?"Aku terperanjat. "Ehm.....doakan yang terbaik untuk kami." "Ngelamunin apa? Takut Alfonso marah?"Aku menggeleng. "Alfonso nggak gitu kok Kian.""Gue salut Lo bisa percaya sama dia padahal kalian LDR.""Kunci hubungan itu bukan seberapa dekat jarak dengan pasangan, tapi seberapa kuat komitmen yang kalian bangun untuk tetap bersama. Tentang bagaimana saling mengisi kebahagiaan diantara hubungan kalian." Aku berkata demikian sambil menerawang membayangkan nasib pernikahan kedua orang tuaku yang berakhir kandas. Papa tidak bisa menjaga komitmennya dan akulah yang menjadi korban perpisahan mereka."Sha, Lo ada problem?" Aku menggeleng dengan senyum tipis. "Sorry kalau gue nyinggung Lo.""It's okay Kian. Aku cuma keinget sama orang tua aja."Sampai di rumah makan, kami memesan makanan sesuai selera masing masing. Setelah itu obrolan kami mengalir lagi dengan membahas banyak hal sep
Baca selengkapnya
114. Tupai terpeleset
Seminggu berlalu sejak kejadian itu dan Alfonso baru menghubungiku hari ini. Dia sibuk dengan bisnis barunya. Bahkan kadang pesanku di balas dengan pesan yang pendek beberapa jam kemudian."Apa yang Kian katakan Sha?" "Dia susah banget dipancingnya buat jelasin hubungan kalian bertiga.""Kian emang cukup tertutup dengan masalah pribadinya. ""Al, kenapa Lo nggak terima aja perjodohan itu lalu minta maaf ke Kian? Dari pada kita beribet main drama kayak gini.""Sha, gue nggak suka sama Elea. Dia bukan tipe gue banget. Manja." "Gue tahu Lo cinta Elea. Tapi Lo takut jujur sama Kian.""Ngaco!""Terus siapa cewek yang Lo taksir? Kenapa nggak Lo tunjukin ke keluarga biar Lo nggak dijodohin?""Kita nggak bisa bersama karena dia nggak ada hati
Baca selengkapnya
115. Akhir pekan yang indah
"Audrey! Ada tamu!" Aku yang masih menikmati lelah di akhir pekan pun terlonjak kaget karena teriakan seorang teman kos. "Demi Tuhan, siapa juga bertamu jam enam pagi kayak gini? Perasaan gue nggak ngutang ke bank." Gumamku dengan mata masih setengah mengantuk.Setelah mencuci muka, gosok gigi, dan mengikat rambut asal, aku menuju teras kos."Hai." Sapanya.Aku mengucek mata berkali kali karena kedatangannya, saat merasa tidak salah lihat barulah aku tersadar dengan baby dol pendek yang kupakai terlalu memalukan. Saat aku hendak berbalik dia menarik tanganku."Kemana?""Kamu tuh ya. Nggak kasih kabar dulu kalau mau kesini."Kian terkekeh. "Sorry. Mau jalan nggak? Mumpung akhir pekan." Aku menatapnya tidak percaya. "Serius? Kamu ketempelan setan dimana Kian ngajak jalan jalan?" "Ini setannya." Tunjuknya di keningku. "Iiiihh.... Manis gini dibilang setan?" "Buruan ma
Baca selengkapnya
116. Berbahagia bersama
"Ayo." Kian kembali menarik tanganku menuju bibir pantai.Lalu menciprati wajahku dengan air laut tanpa persiapan. Aku hanya bisa menghalaunya dengan tangan dan melangkah mundur."Curang!!! Main jelek kamu!!""Lo nggak fokus! Ngelamun aja!" Tidak mau kalah, aku balik menciprati air ke arahnya. "Rasain tuh basah."Kian malah menggunakan kakinya juga untuk membuatku lebih basah. Usilnya sangat keterlaluan sekali. Dan baru kali ini aku menyadari hal itu."Kian bego!!! Basah bajuku!!"Kian hanya tertawa lalu mencari arus gelombang yang lebih besar sembari menggandeng tanganku. Karena tenaganya lebih besar, rasanya percuma melepas cengkeraman tangannya."Kian!!! Aaaw...."Gelombang besar datang menghantam kakiku hingga sebetis. Membuat celana jeansku basah hingga setengah."Rasain nih." Kian kembali mencipratiku dengan air laut."Basah bego! Aku nggak bawa ganti!""Atasan kok dibilang b
Baca selengkapnya
117. Cinta sebodoh ini
"Ke...kenapa?" "Ada pasirnya." Kian mengusapnya lembut dengan menatap mata dan pipiku bergantian. Tangannya tiba tiba terulur menyelipkan anak rambutku ke belakang telinga. Wajah tampannya tidak luput dari mataku yang merekamnya dengan sangat baik. Tuhan!!! Jika aku jatuh cinta lebih dalam aku pasti akan menyalahkan Kian atas kejadian ini. Tapi sayang dia tidak mungkin mau bertanggung jawab atas kelancangan hatiku berani mencintainya.Dia tidak bertanggung jawab atas kegugupanku karena perhatian dan sentuhannya."Sha?" Aku terkesiap lalu mundur dua langkah. "Lo ngelamun? Di tepi pantai kayak gini?" "Ishhh... Nggak lah.""Habisnya Lo bengong kayak ketemu orang ganteng aja."Sialan!! Memang Kian itu ganteng. Kalau dia tidak mempesona mengapa aku repot repot menyembunyikan perasaanku sendiri.Jika dia tidak mencuri hatiku mengapa aku repot repot move on lalu ber
Baca selengkapnya
118. Kian merayuku
"Gue takut Lo bakal sakit hati Sha.""Apaan sih? Kamu jangan main petak umpet dari tadi.""Kalau lo terluka gue nggak tanggung jawab.""Bukannya berani jatuh cinta juga harus berani patah hati?" Aku harus memancing Kian mengatakan hal yang sejak tadi aku wanti wanti. Iya, seperti aku mencintai Kian tapi juga harus siap menerima kenyataan jika dia tidak mencintaiku. Lalu aku sendiri yang merasa sakit hati karena belum bisa move on. Menyedihkan!Bukannya aku tidak bisa mencari penggantinya hanya saja hatiku masih terlalu nyaman mencintai Kian. Hingga aku tidak berpikir segera mencintai yang lain untuk melupakannya.Harusnya aku bersikap biasa saja. Agar bisa mencari pengganti Kian yang lebih baik. "Ayolah Kian, katakan ada apa." Aku menarik narik bajunya. "Apa Lo tahu.... kalau.... Alfonso dijodohkan?" Aku mengangguk lesu. "Alfonso udah cerita." "Lo sedih?"&nbs
Baca selengkapnya
119. Kecurigaan Kian
Akhirnya aku memutuskan menunggu Kian istirahat sejenak sambil bertukar pesan dengan Alfonso. Kursi kemudi ia rebahkan lalu ia menutup mata dengan tangan kanan dipakai menutupinya. Tidak berapa lama ia tampak damai. Saat ia terlelap beginilah aku menggunakan kesempatan ini untuk memandangi wajah dan tubuhnya lekat. Kulit kuning bersihnya selalu cocok ketika disandingkan dengan kaos atau kemeja apapun. Juga tubuh tinggi dan seksinya pantas disandingkan dengan beragam celana jeans apapun yang membuatnya nampak seperti lelaki berusia 25 tahunan. Kian masih tidur di kursi kemudi yang direbahkan, jadi kuputuskan mengangkat telfon dari Alfonso. "Halo Al?" Ucapku lirih sambil melirik Kian."Masih di pantai?" "Heum. Dia lagi tidur.""Tidur?""Tidur di mobil. Lo jangan mikir aneh-aneh. Kian bilang lagi ngantuk makanya dia tidur bentar." Aku menoleh ke arah Kian yang masih terpejam.
Baca selengkapnya
120. Dia bahagia, aku?
Tidak ada yang lebih menyenangkan selain dihubungi lebih dulu oleh seseorang yang begitu kucintai, meski ia belum tentu mencintaiku juga. Mungkin aku terkena syndrome cinta buta dan tidak peduli jika kembali terluka. Bodoh!"Malam Kian." Jawabku malu malu."Pulang telat apa on time?""On time lah. Kamu itu yang telat mulu."Kian terkekeh. "Oh ya, udah terima undangan?"Aku tahu apa yang Kian maksud, karena undangan sialan itu baru datang tadi siang dan aku memasukkannya ke dalam tong sampah."Udah." Jawabku tidak bersemangat. "Minggu depan lo datang kan?"Aku terdiam memikirkan jawaban yang tepat. Jika pergi kesana ha
Baca selengkapnya
121. Posisi yang kubenci
ian tampak meladeni pertanyaan pertanyaan Firna yang begitu genit dan menyebalkan. Aku bukan kekasihnya tapi melihat kedekatan mereka seperti ini membuatku ingin mengatakan pada Kian agar tidak melakukannya terang-terangan di hadapanku. Aku masih sakit hati karena Affar lalu mengapa ia menambahnya dengan menunjukkan hal memuakkan ini? Ingin membunuh hatiku perlahan hingga aku krisis cinta?Karena eneg, aku memilih menjauh dari drama membosankan itu."Sha?" Panggilnya lalu aku menoleh. Saat Kian menghampiriku, Firna menatap kami tidak percaya. Jika dia bisa membuatku jengah dengan ucapan genitnya pada Kian, maka ini lah saat yang tepat menunjukkan betapa dekatnya kami. Aku bukan perempuan yang lemah apa lagi bisa diinjak injak, akan aku tunjukkan padanya jika Kian memberiku perhatian yang tidak kala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
33
DMCA.com Protection Status