All Chapters of Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Chapter 131 - Chapter 140
326 Chapters
132. Selalu bisa diandalkan
"Sasha, ibu dan Kian minta maaf ya. Karena Rado kamu jadi pulang malam malam sendirian." Ucap mama Kian ketika kami ada di teras rumah. Tanpa Rado.Pemuda itu setelah mendapat nomerku langsung melenggang masuk ke kamar.Tidak ada ucapan terima kasih atau maaf karena tadi sempat berkata kasar dengan menyinggung namaku. Tapi untung saja aku bukan perempuan yang mudah tersinggung.Aku tersenyum lalu menggeleng. "Tidak apa apa bu. Kalau saya jadi Kian pasti saya juga akan mengutamakan keluarga. Saya anggap ini sebagai balas budi dan terimakasih saya sama Kian.""Maksudnya?"Aku melirik Kian sekilas yang hanya diam memperhatikanku.
Read more
133. Bertemu dokter jiwa
Aku turun dari taksi dengan raut kecut. Pasalnya setelah sampai kos, gerbangnya benar benar sudah ditutup.Lalu melirik jam di pergelangan tangan."Udah hampir jam setengah 12. Anak anak yang lain pasti udah tidur."Aku berdiri seorang diri di depan gerbang, ditemani seekor tikus yang tiba tiba melintas di depanku."Hamsyooongg!!! Bikin kaget."Sejurus kemudian anjing tetangga sebelah menggonggong.Takut dikira maling akhirnya aku berlari ke rumah Kian yang hanya berjarak lima rumah dari kosku.Setelah berada di dalam rumahnya, aku mengirim pesan pada
Read more
134. Masih bertahan mencintainya
"Dokter spesialis kejiwaan Pelita Husada."Aku mengetik nama rumah sakit itu di website dan betapa terkejutnya aku, ternyata rumah sakit itu berada di kota yang sama dengan rumah kelahiran Kian.Itu berarti siapapun yang berobat dengan dokter tersebut adalah orang terdekat Kian.Kubaca lagi isi kuitansinya, tetapi mengapa penerimanya atas nama Paralio Kian Mahardika?Tidak mungkin kan Kian menemui dokter jiwa? Setahuku Kian tidak mengalami gangguan kesehatan apapun. Pikirannya masih lurus.Kecuali jika ada bawahan yang teledor maka Kian akan berubah menyeramkan.Kupilah lagi isi lemari itu dan menemukan se
Read more
135. Aku selalu dipermainkan
"Gimana kabar Kian?" Aku mengangguk sambil mengunyah dim sum. "Fine. Dia baik baik aja dan sibuk kayak biasanya Al." Alfonso mengangguk. "Apa dia nggak pernah bicara apapun tentang persahabatan kami?" Aku menggeleng. "Nggak pernah dan gue nggak berani tanya. Tahu sendiri kan? Kian kayak apa kalau dikorek masalah pribadinya. Berarti kalian masih dalam mode nggak baikan?" Alfonso mengangguk pelan. "Lalu Elea? Apa mereka masih saling kontak?" "Apa Lo nggak pernah lihat Kian melakukan komunikasi dengan Elea?" Tanyanya balik.
Read more
136. Menggodaku lagi
Kian itu terkadang hangat. Terkadang cuek. Terkadang mengesalkan. Sejak kejadian aku bertemu ibu dan adiknya dirumah kelahirannya tempo hari, walau itu terjadi secara tidak disengaja, membuat intensitas komunikasi kami menurun.Sudah tiga hari ini kami tidak berkomunikasi via apapun. Bahkan di kantor pun aku tidak melihatnya tapi aku mendengar dari Mas Fajar jika mereka sering ke lapangan.'Bawa minum nggak tuh duda? Jangan sampe pingsan lagi kayak dulu.' Batinku."Woy!!!! Ngelamun apa!" Mas Fajar mengejutkanku."Apaan sih mas? Lagi
Read more
137. Murka Kian
Melihatnya datang menjemputku dan tertawa seperti tadi membuat amarahku padanya menguap begitu saja. Yeah katakanlah aku lemah soal asmara, tapi memang beginilah. Aku tidak bisa marah lama pada seseorang yang kucintai.Begonya aku.Saat aku sedang ganti pakaian, Kian menelfon. Dia menungguku di rumahnya dan kuiyakan.Aku berjalan menuju rumah Kian dengan hati riang.Mobilnya terparkir tampan seperti habis dicucikan. Artinya malam ini Kian ready for the party.Ah iya, berarti dia dan Alfonso sudah berbaikan.Apa mungkin tadi siang ia menurunkan Mas Fajar di jalan karena akan berbaikan dengan A
Read more
138. Selalu salah dimatanya
"Hai Kian?! Lama nggak muncul.""Iya, gue sibuk Rick.""Drey, gue pinjem laki Lo." Ucap Erick padaku.Aku mengangguk sebagai jawaban. Dan Kian? Jangan tanya lagi. Pria itu langsung berjalan ke arah teman temannya tanpa memperdulikanku.Aku menghela nafas karena sikap cuek dan dinginnya.Acara yang kuhadiri adalah acara bulanan club Mogen. Semua anggota berkumpul membicarakan soal bisnis mereka.Sejam aku duduk sendirian. Menghabiskan cemilan. Dan aku pun tidak mencari dimana keberadaan Kian.Aku memutuskan keluar menuju teras hall. Menikmati semilir a
Read more
139. Menjadi pembantu semalam
Aku bergegas menuju lobby karena aku tidak mendapat telfon dari Kian. Paling tidak aku harus standby disana sebelum dia mengomel lagi dengan tatapan yang tidak kusukai.5 menit10 menit20 menit25 menitMobilnya tampak melaju ke arahku dan berharap Kian menyudahi episode marahnya. Bagiku satu bulan perang dingin hanya membuat hatiku membeku.Tapi ya Tuhan, apa ini? Dia melewatiku begitu saja? Jadi? Aku harus berangkat naik taksi begitu?Astaga????!!!Aku mengelus dada dan segera memesan taksi. B
Read more
140. Lelah diperalat
"Perjuangan merebut dia dari gue maksud Lo?!" Elea mendorong bahuku.Aku terkekeh. "Sayang banget ya cinta kalian kandas.""Awas Lo ya! Lo nggak tahu siapa gue? Gue bisa sewa orang buat gebukin Lo di jalan!""Main keroyok bisanya?" Tantangku."Eh jalang, gue peringatin Lo. Sebelum gue bikin Lo babak belur!""Orang dia cowok gue. Yang harusnya minggir tuh Lo!" Sungutku."Jaga ucapan Lo! Ngerti apa Lo tentang hubungan gue dengan kak Kian?"Aku mengendikkan bahu acuh. "Gue nggak minat denger masa lalu kalian."
Read more
141. Lelah diperdaya
Namun....Brak...Pintu ruang tamu ditutup Kian sedikit keras. Kian meraih mangkok baksoku lalu meletakkannya di meja ruang tamu."Siapa yang nyuruh Lo pergi? Seenaknya Lo mutus perjanjian padahal Lo yang buat? Lo benar benar cewek plin plan nggak bisa dipegang janjinya!""Aku nggak kuat Kian. Aku lelah kalau kayak gini terus." Ucapku dengan suara tercekat."Kan Lo sendiri yang bilang mau gue suruh apa aja. Kenapa sekarang Lo protes!?"Aku menggeleng. "Kian, aku juga punya lelah. Apa kamu nggak mikir?""Terus gimana kalau gue juga butuh bantuan Lo saa
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
33
DMCA.com Protection Status