Semua Bab Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Bab 151 - Bab 160
326 Bab
Kian dan wanita barunya
Tidak ada yang lebih membahagiakan selain bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan lancar. Tapi kadang keinginan customer membuat kepalaku berdenyut nyeri jika harga material yang diminta harus tidak terlalu mahal namun bagus. Aku menjelaskan pada Pak Sam jika kedua supplier yang kudatangi kemarin memiliki harga penawaran yang sama pada setiap materialnya. "Menurut saya itu adalah penawaran standard pak. Kalau mau mencari yang dibawahnya lagi saya tidak bisa jamin besok kita akan selesai." "Benar-benar tidak ada harga yang lebih murah lagi ya mbak?" "Sepertinya itu sudah standard semua supplier pak. Kalau menurut saya itu saja sudah bagus." Pak Sam masih memperhatikan berkas-berkas lamaku yang penuh dengan coretan untuk memberi keyakinan diri material dari supplier mana yang harus ia pilih. "Ya sudah kalau begitu. Tolong buatkan rincian yang baru dengan supplier kemarin saja ya?" Ingin rasanya aku melompat ke dasar laut andai Pak Sam tahu. Aku membuatnya dengan susah pa
Baca selengkapnya
Berhasilkah move on ini?
Kian adalah pria yang terkenal perfeksionis, tidak suka mencampuri urusan orang lain apa lagi bawahan biasa sepertiku. Bahkan selama mengenalnya, dia tidak pernah bertanya tentang hubunganku dengan Affar lebih jauh padahal ia mengetahui secuil kedekatan kami. Kini, mengapa ia mendadak ingin mengetahui hal yang aku sendiri tidak tahu apa jawabannya. Aneh!!! "Sejak kapan lo kenal Wildan?" Tanyanya ketika kami sudah di dalam rumah makan. "Sejak kapan? Kenal aja tadi." Jawabku polos. "Jangan bohong lo." Tatapan tajamnya membuatku terintimidasi. "Lah? Bohong ngapain? Emang aku bakal dapat uang apa bohongin kamu?" "Kenapa lo senyam senyum waktu dicocok-cocokin sama dia? Lo naksir?" Aku terkejut dengan tuduhannya. "Heeeh? Ngaco kamu." "Tadi udah pedekate express kan?!" "Kamu pikir Wildan kurir apa?" "Lo belain banget ya?" Aku membelalakkan mata tidak percaya. "Lah emang kita kenal aja baru tadi. Lalu pedekate express yang gimana maksud kamu?" Pertengkaran kami mirip orang pac
Baca selengkapnya
Dua pilihan sulit
Menyerah mencintai Kian di saat yang tepat adalah hal yang kunanti-nantikan. Menggunakan perasaan dan kebaikan hati Wildan untuk membantuku bisa berpaling dari Kian. Konon kata orang, cara move on terbaik adalah dengan mencoba mencintai orang lain. Tapi, Kian seolah menghalangi usahaku. 'Apa maunya duda sialan ini?!' Gerutuku dalam hati. "Kenapa nggak minta tolong gue? Baru aja gue pulang dari minimarket. Beliin lo cemilan tadi." Aku melongo mendengar itu. Sejak kapan Kian begitu baik padaku alih-alih perhatian membelikan cemilan. Padahal kami baru saja berdamai dan aku tidak mengatakan apa yang menjadi kesukaanku. Perhatian Kian membuatku bahagia tapi juga membuatku bingung. Saat aku berniat move on dengan belajar membuka hati untuk Wildan, malah Kian datang membuyarkan. "Jadi? Mau gue antar atau sama Wildan?" Kian menunjuk keberadaan Wildan dengan dagunya. Ia baru saja datang lalu memarkir kendaraannya. Ia nampak begitu siap dengan pakaian santainya malam ini begitu juga deng
Baca selengkapnya
Harapan di lorong harapan
Kian, pria dewasa yang menyandang status duda. Sifat pemaksa dan dominan begitu erat melekat dalam sosoknya. Setelah berhasil memojokkanku dengan dalih laporan keuangan yang kukerjakan belum selesai, detik itu juga Wildan terpukul mundur. Juga, aku tidak siap jika harus berurusan dengan amarah Kian jika berani membantah. Dia baik atau dia jahat padaku hasilnya akan tetap sama. Aku selalu terluka. Padahal aku sedang berusaha move on meninggalkan segala kenangan tentangnya dengan belajar membuka hati untuk Wildan. "I....iya." Teriakku. Akhirnya aku kembali mengalah atau Kian akan membuka paksa pintu kamarku dengan berbagai cara. Dia orang yang cerdas, kritis, dan menyebalkan. Buru-buru aku merapikan penampilan barangkali ada sehelai rambut yang tidak mendukung. Lalu membuka pintu perlahan dan mengintip. "Ngapain ngintip segala? Ayo keluar katanya mau beli paketan." Aku mengangkat kedua alis tidak percaya lalu tersenyum kikuk. "Wildan, gimana?" Cicitku. "Udah selesai." J
Baca selengkapnya
Pink untuk hari ini
Aku berpikir memberi jawaban terbaik tentang harapanku di lorong harapan ini. "Em.... Keluargaku sehat. Kerjaku lancar. Rezekiku banyak. Jodohku orang baik. Itu mungkin." "Ya udah." Aku melemas mendengar jawaban Kian yang tidak mengasyikkan. "Kalau kamu?" "Gue nggak ada harapan." Aku berdecak kesal. "Kalau nggak ada harapan itu artinya mau mati." "Ayo foto sekali lagi." Kian mendekat dan mengacak rambutku. Cekrek! "Duh Kian, rambutku berantakan dodol!" Kian tertawa puas lalu meninggalkanku. Aku berlari mengejar dan balik mengacak rambutnya lalu menggelitik pinggangnya. "Rasain ya!" "Ampun Sha!" Pekiknya sambil tertawa. "Nggak ada ampun!" Setelah puas bersenang senang di lorong harapan, kami mengunjungi rumah hantu dan mencoba becak mini yang dipenuhi lampu warna warni. Sembari bersenang senang, aku terus menahan ledakan bahagia saat bersamanya demi menjaga perasaan agar tidak sedih sendiri. Kian ingin bersenang senang denganku, bukan mencintaiku. Jika Kian tidak
Baca selengkapnya
Sasha super seksi
Ada debaran tidak jelas ketika Kian melihat Audrey berpakaian begitu minim dengan menampilkan paha ramping kuning mulusnya. Juga dengan pakaian berlengan pendek. Kaum hawa selalu memiliki daya tarik kuat untuk membuat para kaum adam terpesona diam-diam hingga tidak bisa berkata apa-apa. Kian, dia hanya pria biasa, seorang duda yang telah lama 'puasa' dengan tidak pernah merasakan apa itu surga dunia. Dia bukan duda sembarangan yang menjajakan hasratnya pada wanita jalang yang haus rupiah. Melainkan pria terhormat dengan harga diri dijunjung tinggi. Tapi, Audrey mulai merobohkan pertahanannya perlahan tanpa disadari. Kian berada di lokasi proyek dengan Pak Sam untuk menunjukkan hasil desain terbarunya. Lalu Pak Sam mengangguk puas dengan hasil revisi design bestek itu. Pak Sam tidak sendiri, ada Wildan yang selalu setia mengikuti sang bos kemanapun pergi. Kian mendadak sangat tidak menyukai Wildan bahkan saat ketiganya membahas kelanjutan desain proyek untuk tiap lantai mall, Kia
Baca selengkapnya
Bantu aku menjauhimu
"Eh ... eh ..." tetiba aku hilang keseimbangan saat mengapungkan diri di private pool yang ada di kamar Kian. Dan kini, basahlah sekujur tubuhku. Lalu terdengar suara Kian terkekeh senang. Sialan sekali atasan tampanku yang satu ini. Tapi bagaimana lagi, ini adalah private pool miliknya dan aku hanya numpang meminjam. Dia berjongkok dengan kemeja biru berlengan panjang, jam tangan maskulin yang melingkar di pergelangan tangannya, dan kaca mata bening yang bertengger di wajah penuh kharismanya itu makin menambah kadar ketampanan seorang Paralio Kian Mahardika. Astaga Tuhan, kenapa dia begitu tampan menawan?! Tapi sayangnya tidak bisa kumiliki. "Kok udah balik? Cepet banget?" tanyaku dengan berdiri di tengah private pool dengan sekujur tubuh yang sudah basah. Aku sedikit kecewa karena kepergian Kian yang kurang lama. Sedang aku masih ingin menikmati waktu lebih lama di dalam private pool tenang miliknya ini tanpa gangguan. Beruntung tadi aku sempat melihat acara tivi berlangganan l
Baca selengkapnya
Satu Malam Lagi, Mau?
Aku tidak punya pilihan selain mengatakan keinginanku untuk mutasi pada Kian. Alasan tersembunyi yang tidak akan pernah kukatakan padanya adalah karena aku tidak mau kami terlalu dekat seperti ini. Sadar diri, aku kalah dari perempuan manapun yang mendekatinya. Aku tidak masuk kriteria sama sekali. Juga, cinta segitiga seperti ini hanya menambah beban di hati karena hanya bisa bersama tanpa bisa memilikinya. Kian berbalik menatapku lekat sambil meremas tanganku yang masih digenggam. "Lo masih mikir mutasi? Because of what?" "Aku ... kayaknya ..." Jawabanku terhenti karena tidak memiliki alasan kuat. "Nggak ada mutasi dan gue nggak akan bantu. Lo udah gue maafin soal Alfonso. So, just right here!" Tanpa menunggu jawabanku, ia menyuruhku berjalan lebih dulu menuju kolam besar. Kemudian Kian mengekoriku. Hingga terdengar umpatan lirihnya yang membuatku berhenti melangkah. "Shit!" "Kenapa, Kian?" tanyaku sambi menoleh. "Udah jalan sana!" Kian sedikit nyolot. Sikapnya yang ber
Baca selengkapnya
Ajakan Sekamar Berdua
Bohong jika aku tidak bahagia saat Kian mengajakku menambah satu malam di Yogya. Ditambah, ia mengajakku saat kami tengah berpelukan di dalam air pinggiran kolam. Hati perempuan mana yang tidak meleleh mendengar ajakan manis lelaki tercintanya? Meski kenyataannya aku adalah kandidat yang sudah terlihat kalah. Tapi, perlakuan manis Kian mengaburkan penilaianku yang sebelumnya menganggap 'dia tidak mencintaiku'. Bisa jadi aku masih memiliki kesempatan untuk kembali meraih hatinya. Jika dia mengajakku menambah satu malam lagi apakah itu pertanda dia menyukaiku? Jika menerima ajakan bermalam itu aku bisa mengetahui isi hati Kian padaku, mengapa tidak mencobanya saja? Aku menatap mata Kian dengan perasaan gugup. Jujur ini adalah pengalaman terjauhku bersama Kian. "E ... emang bisa, Kian?!" "Besok itu minggu kalau lo lupa. Kantor masih libur, ngapain kita nggak manfaatin waktu disini lebih lama." Aku masih diam menunggu ucapan selanjutnya. "Nanti biaya hotelnya biar gue yang tang
Baca selengkapnya
HOPE
"So? It's challenge. How about you? Atau lo cuma kelihatan sok berani diluar aja, Sha?" Dari awal tantangan, aku sangat yakin akan kalah karena kemampuan berenangku sangat terbatas. Tapi menolak tantangan Kian itu sama dengan menurunkan harga diriku di depan lelaki super perfeksionis sepertinya. Dan aku memiliki gengsi walau sudah tahu akan kalah. "Kamu nantang cewek untuk adu renang?" Kedua bahunya terangkat, "Banyak kok cewek yang lebih kuat dan cerdas dari laki-laki. Jadi, nggak ada istilahnya nantangin lo berenang lalu kesannya kayak gue laki-laki yang beraninya sama cewek doang." Aku menunjuk dadanya, "Kamu punya otot yang keras. Sedang aku?" Tanpa disangka, Kian mendekatkan bisikannya di telingaku, "Lo punya otot yang seksi kalau lo nggak tahu, Sha?" Aku segera mendorong tubuhnya dengan ekspresi kesal. Sedang Kian justru tertawa senang karena berhasil membuatku memanyunkan bibir. Betapa malunya aku ketika dia memujiku seksi. Walau sebenarnya di dalam hati aku bersorak bahag
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
33
DMCA.com Protection Status