Semua Bab Merebut Suami Pelakor: Bab 101 - Bab 110
119 Bab
Penculikan Vina
Bagus menunggu kesempatan untuk mendekati Vina. Wanita seumuran Nayna itu menunduk di jendela mobil sambil mengatakan sesuatu pada pria di dalamnya. Sekarang tamat riwayat lo!Segera setelah mobil itu meluncur pergi, Bagus melangkah lebar menghampiri Vina tepat sebelum wanita itu berbalik. Dihantamnya tengkuk Vina dengan keras hingga tubuhnya melemas sampai akhirnya tidak sadarkan diri.Bagus tersenyum jumawa. Ia bisa membawa Vina ke hadapan Lisa dengan lancar. Dipapahnya wanita itu sambil menunggu taksi. Tak akan ada yang menyadari, palingan mereka hanya mengira Vina sedang mabuk. “Mati kamu, Nayna. Aku akan membalas semua perbuatan kamu!”Bagus menyetop taksi yang datang lima menit kemudian, berusaha memapah Vina menaiki taksi, bersikap seolah perempuan itu adalah kekasihnya yang sedang mabuk saat sopir taksi melirik mereka lewat kaca spion tengah. Dia harus mengabari Lisa. Jantung Bagus meledak antusias. Sayangnya dia tidak bisa menelepon Lisa karena ucapannya pasti akan didenga
Baca selengkapnya
Memberikan Tebusan
Nayna menelusuri setiap rumah yang ada di Jalan Mentari Menari. Ternyata nomor tujuh adalah rumah bekas yang letaknya cukup jauh dari rumah yang lain. Sekelilingnya hanya dipenuhi hutan kecil sehingga meskipun Vina berteriak dari dalam, tak akan ada yang mendengarnya. Sepertinya rumah ini diasingkan atau disebut sebagai rumah angker sampai tak ada orang lain yang mau membangun rumah di sekitarnya.Ia tak akan memaafkan dirinya jika Vina sampai terluka. Ini semua adalah salahnya. Tak masalah jika dia yang mesti berkorban nyawa sekalipun, tapi tidak dengan orang yang dia sayangi. Vina adalah satu-satunya keluarga yang Nayna miliki. Jika Vina sampai celaka, maka Nayna akan hancur sehancur-hancurnya. Tidak ada lagi yang tersisa.Ia membuka pintu yang hampir lapuk itu. Bunyi geretan panjang yang menggesek lantai terdengar memekakkan telinga, sekaligus mengikis seluruh keberaniannya. Nayna sangat takut. Ia tak mau kejadian di UGD kembali terulang ketika ia hanya mampu memeluk jenazah dari
Baca selengkapnya
Jangan Sentuh Dia!
Vina gemetar tak terkendali. Perintah itu sangat kejam sampai ia tak mampu berkedip ketika dua preman dengan celana jeans bolong-bolong itu mendekat. Pintu ditutup, Lisa mulai keluar dari ruangan bersama Bagus. Senyumnya merebak sambil mengipaskan surat-surat tanah dan rumah itu ke wajahnya.“Jangan mendekat!” Vina mulai waspada saat salah seorang yang tidak dia ketahui namanya, berambut gimbal dan panjang dengan kumis tebal serta mata melotot mencengkeram pergelangan tangan Nayna. “Jangan sentuh sahabat gue!” Sekuat tenaga Vina berusaha melepaskan cengkeraman itu ketika Nayna mulai meringis saat didorong memepet ke pintu.“Diam lo!” Satu orang lagi mendorong bahu Vina lalu bergabung untuk menyentuh Nayna. Jantung Vina berhenti berdetak. Tubuh Nayna dihempaskan ke dinding dengan benturan keras. Kakinya yang berdarah diinjak tanpa ampun. Si gimbal gondrong mulai mendekatkan wajahnya hendak mencium Nayna.Vina tak memikirkan apa pun ketika ia melempar kursi ke arah mereka. “Jangan sen
Baca selengkapnya
Percobaan Pembunuhan
Tusukan itu menembus perut bawah. Darah yang awalnya setitik perlahan membesar dan menodai gaun kuning itu. Nayna membelalak dengan jantung yang hampir meledak. Suasana yang sejak awal menegang menjelma menjadi semakin mencekam. Senyap menelan habis semua suara di dalam ruangan pengap itu. Napas Nayna tersengal. Air matanya jatuh menguasai pipi. Tenggorokannya tercekat. Kenapa ini bisa terjadi?Tangannya gemetar, terulur pilu ke arah perut Vina yang semakin basah oleh darah. Ketakutan menyerbunya tanpa ampun. Mengapa Vina malah memilih melindunginya?“Vi-vin ….” Lidah Nayna terasa kelu. Suaranya terputus-putus sedangkan Vina sudah bernapas terengah-engah. Rintihannya lirih sambil meraih telapak tangan Nayna yang dingin. “Aku nggak bisa melihat kamu terluka lagi, Nay. Kamu keluarga aku satu-satunya.” Tangan Vina yang melemah terulur menyapu air mata Nayna yang kian menderas. “Jangan nangis terlalu lama.”Nayna menggigit bibir dengan sangat keras. Hatinya berdarah-darah. Untuk kesek
Baca selengkapnya
Rasa Bersalah
Rama menengadah ke langit-langit musala dengan punggung tertunduk pasrah. Rasa kecewa memenuhi batinnya. Entah pada siapa ia merasakan kekecewaan. Pada Lisa yang telah berselingkuh dan berbohong sekian lama, pada Ayna yang ternyata adalah Nayna, atau pada dirinya yang tak mampu menjaga rumah tangganya sendiri.Ia merasa disorientasi. Tak percaya jika semua kebohongan itu telah mempermainkannya sekian lama. Dari mana semua ini berakar? Apakah karena kesibukannya yang membuat Lisa akhirnya memilih bermain-main dengan suami orang lain? Rama tahu, ia tak berhak menyalahkan Ayna, sebab wanita itu hanyalah korban Lisa. Ia cuma berniat membalaskan dendam. Itu adalah konsekuensi yang harus Rama terima karena telah menjadi suami yang tidak becus. Tangannya terangkat, matanya terpejam. Ia berdoa agar segala api amarah di hatinya surut. Dia mungkin tak mampu memaafkan Lisa, tak pula ada jalan keluar serta masa depan yang cerah di hadapannya. Namun, ia meminta, agar egonya dikecilkan untuk memi
Baca selengkapnya
Harapan yang Terkabul
Lisa masih berlarian panik. Takut jika ada polisi yang mengejar di belakangnya meski ia sudah jauh dari tempat itu. Bagus pasti sudah ditangkap dan bisa saja dia berkhianat dan membuka mulut. Sial!Satu-satunya harapan Lisa hanya Rama. Pria itu pasti akan mencarinya dan memberinya kesempatan. Sudah belasan tahun waktu yang mereka lewati. Rama bisa memakluminya jika dia bilang dirinya kesepian dan khilaf. Lisa berhenti saat ia merasa napasnya terengah-engah dan dadanya terasa sakit. Sudah terlalu lama dia berlari. Sekarang dirinya ada di mana? Dia mendongak pada jalanan besar yang terang benderang dengan papan reklame iklan beraneka ragam. Di mana ini? Ia menoleh ke sana kemari untuk mencari petunjuk. Bukannya dapat arah, Lisa malah melihat petugas polisi berjaket hijau tengah mondar-mandir di trotoar. Entah apa yang mereka lakukan di malam-malam begini. Ia langsung berbalik dengan jantung memburu cepat. Jangan sampai dia ditangkap. Ia akan mencari cara untuk menemui Rama terlebih
Baca selengkapnya
Perasaan yang Mudah Ditebak
Nayna tidak mengerti mengapa Rama berbuat sejauh ini. Tiga hari berada di rumah sakit bersama Vina, selama itu pula Rama terus muncul dan membantu. Memperhatikan sampai detail terkecil, membawakan makanan dan minuman, menyiapkan alas kaki, sampai memanggil dokter untuk rutin memeriksa luka di kakinya. Lelaki itu membuatnya bingung. Harusnya dia membenci Nayna dan tak ingin muncul di hadapannya lagi. Semestinya ia mencari Lisa dan meminta penjelasan, bukan terus berada di sisinya. “Kamu nggak perlu melakukan ini lagi,” ucap Nayna saat lagi-lagi Rama berlutut lalu mengangkat kakinya dan memasangkan sandal yang nyaman dipakai. Rama mengabaikan. “Jangan jalan-jalan terus. Kaki kamu bisa sakit lagi.” Dia bahkan menepuk-nepuk telapak kaki Nayna, membersihkan debu yang menempel lalu memasangkan alas kaki. Sebuah perhatian yang berharga, tapi rasanya tidak benar bagi Nayna. Ia sudah menipu Rama dan mempermainkannya. Memanfaatkan kebaikan lelaki itu dan merahasiakan soal perselingkuhan
Baca selengkapnya
Saya Tidak Memerlukan Bantuan Kamu
Mobil Rama berhenti di depan bekas rumah Mirna. Nayna menyebutkan alamat itu alih-alih alamat kos Vina yang lebih damai.“Kamu serius kita bakal tinggal di sini, Nay?”Nayna hanya mengangguk singkat sambil membantu Vina turun dari mobil, sedangkan Rama sudah membuka bagasi untuk mengeluarkan kursi roda Vina. “Iya, rumah ini lebih luas ketimbang kamar kos kamu. Jadi, kamu bebas bergerak dengan kursi roda. Perabotannya juga udah aku ganti.” Vina mengernyit ragu saat Nayna mendorongnya memasuki rumah Bagus. Apa Nayna akan baik-baik saja tinggal di sini di mana dia akan kepikiran dengan Bagus dan mertua jahatnya setiap saat? Saat Nayna membuka pintu, Vina mendapati suasana yang berbeda sejak terakhir kali dia datang ke rumah ini. Tak ada jejak Mirna ataupun Bagus yang tersisa. Sofa besar berwarna ngejreng terganti dengan sofa berukuran kecil dengan warna kecokelatan yang tidak menyilaukan mata. TV lebar milik Mirna sepertinya sudah Nayna enyahkan dan diganti dengan televisi kecil yang
Baca selengkapnya
Saya Menyukai Kamu
“Kalau gitu manfaatkan saja sepuas kamu.” Nayna terpaku dengan kepala yang tak mampu menoleh. Digigitnya bibirnya, sebab baru pertama kali dia temukan lelaki sebaik Rama atau justru lelaki senaif Rama. Alih-alih senang, ia malah merasa miris. Alasan apa yang membuat Lisa berpaling dari pria seperti itu? Padahal Nayna dengan mudah terpana dengan semua kebaikan dan kesopanannya. Rama mengingatkan Nayna pada dirinya yang dulu. Jika terus dibiarkan, Rama akan tetap naif dan menganggap bahwa dia bisa menyerahkan segalanya kepada orang lain seperti orang bodoh. Maka, Nayna mengabaikannya.“Terlalu naif nggak baik buat diri sendiri.” Ia melanjutkan kegiatannya membereskan kamar. Pakaian Vina ada di mana-mana dan sepertinya ia akan berada cukup lama bersama Rama di sini. “Saya tidak keberatan bersikap naif ke kamu.” Nayna hampir terjungkal sebab suara dengan nada rendah itu tiba-tiba terdengar di belakangnya. Ia nyaris terjatuh ke atas kasur andai Rama tidak menahan punggungnya. Dengan
Baca selengkapnya
Lisa yang Berantakan
Rama langsung mengambil semua barang dari tangannya sesaat setelah Nayna membuka pintu kamar kos Vina. Lelaki itu tak mengatakan apa-apa dan berjalan lurus menuju mobil lalu bolak-balik mengambil barang Vina dari dalam kamar.Nayna hanya mampu menghela napas ketika menaiki mobil. Rama menyetir dalam keheningan, yang terdengar hanya suara deru lembut mesin mobil dan angin yang berembus masuk lewat celah-celah jendela mobil.Diam-diam Nayna melirik wajah Rama dari samping. Ia baru tersadar, apa rahang Rama memang setajam itu? Dagu lelaki itu cukup runcing dengan tulang hidung yang menonjol, serta pipi tirus yang terawat. Dari segi paras, Rama memang sangat cocok dengan Lisa. Mereka sama-sama rupawan. Namun, lelaki ini terlalu sempurna untuk Lisa. Dia adalah pria tampan baik-baik yang akan diperjuangkan oleh wanita yang menginginkan kehidupan rumah tangga yang bahagia. Andai saja ia bertemu dengan Rama dalam keadaan yang baik, bukan di waktu yang mengharuskan dirinya untuk menghancurk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status