All Chapters of Merebut Suami Pelakor: Chapter 81 - Chapter 90
119 Chapters
Perusahaan Palsu
Pagi-pagi sekali pintu rumah Mirna diketuk dengan pelan. Bagus baru saja berangkat kerja dan Randy masih tidur. Kaki Mirna bersantai di atas sofa sambil menonton berita artis. Ia mendecak karena waktu santainya terganggu.“Siapa, sih pagi-pagi! Baru juga jam delapan sudah bertamu!” Ia mengentakkan kaki menuju pintu.Jari-jarinya yang dilingkari cincin-cincin emas pinjaman dari ibu Nayna membuka handle pintu. Kening Mirna mengerut–meski dalam hati ia terpana. Di depannya berdiri seorang wanita bersetelan rapi. Kemeja putih, celana kain dan blazer cantik yang pas di badan langsingnya.“Selamat pagi, Bu.” Suara itu menyapa dengan sopan.Mirna tersenyum canggung, tapi dalam hati mencibir. Sepertinya mau minta sumbangan. “Eh, iya pagi. Ada apa, ya?”“Boleh saya minta waktunya sebentar, Bu?”“Oh, iya, boleh.” Mirna membuka pintu lebar-lebar dan membiarkan perempuan berambut lurus sebahu itu masuk. “Silakan duduk.”Wanita itu duduk. “Terima kasih, ya, Bu.” Lalu tersenyum sopan sambil meletak
Read more
Pembalasan pada Mantan Mertua
Nayna sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Bukan hanya Lisa yang ingin dia beri pelajaran. Mirna dan Bagus juga ada dalam modul rencana balas dendamnya. Selama lima tahun diperlakukan seenaknya, Nayna akhirnya menyadari, bahwa selama ini dia tidak dianggap sebagai menantu. Dirinya dieksploitasi habis-habisan, tenaga, maupun harta keluarganya dimanfaatkan oleh perempuan itu. Ia berikan tugas itu kepada Vina selama dia bertarung bersama Lisa di rumah Rama. Vina-lah yang menyiapkan segalanya agar perusahaan palsu yang dibangun secara mendadak itu terdengar meyakinkan. Setelah menelepon Alia, teman penjajal malamnya yang bersedia dibayar menjadi manajer dadakan, Vina beralih menghubungi Nayna. “Halo, Vin?”Vina bangun dari pembaringannya, sudah agak lama dia tidak mendapat kabar dari Nayna. “Kamu apa kabar, Nay? Baik-baik aja, kan di sana?”Ada jeda puluhan detik sebelum suara pelan Nayna mengalun dari seberang sana. “Aku nggak apa-apa, Vin.”Vina mendecak tidak sabaran. “Kamu itu
Read more
Rencana Kedua
Mirna memakai semua perhiasannya yang tersisa, hasil dari merayu ibu Nayna untuk meminjamkannya. Untung saja perempuan lemah itu tidak pernah menagih sampai dia meninggal. Kepalanya melenggang angkuh, menoleh ke sana kemari dengan bangga. Kali ini ia memakai daster panjang yang baru dia beli di butik depan kampung khusus untuk hari ini. Badan suburnya melenggok melewati lorong. Lihat, mana ada ibu-ibu lain yang bisa memakai daster seharga 400 ribu seperti dirinya?Maklum, sebentar lagi dia akan jadi orang kaya. Mungkin dia tidak akan punya waktu lagi untuk memakai daster. Sambil berjalan melewati rumah demi rumah yang dihuni ibu-ibu kumuh berambut gersang seperti tanaman kering, bibirnya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Yang akan pakai daster nanti palingan adalah pembantunya. Uh, asik sekali.Dia akan membuat acara kumpul-kumpul setiap minggu dan mengundang ibu-ibu elit yang akan ikut menjadi member PT. Emas Sanjaya. Mirna sudah tidak sabar.“Eh, Teh Mirna, saya baru mau ke rumahnya
Read more
Hati yang Semakin Jatuh
Lisa menyerahkan resep yang lama pada apoteker di hadapannya. Obatnya sudah habis, ia harus mendapatkan stok yang baru. “Sudah memperbarui resep ke dokter, Bu?”Lisa memiringkan bibir malas. “Pakai resep yang ini saja.”“Lebih baik diperiksakan lagi kondisinya, Bu. Barangkali dokter akan memberikan resep yang baru jika kondisi Ibu menjadi lebih buruk atau lebih baik.”“Ck! Saya nggak perlu pendapat kamu. Kasih aja kenapa, sih! Saya bakal bayar, nggak perlu kasih nasihat segala. Saya tahu kondisi tubuh saya!”Untuk apa kembali berkonsultasi jika dengan obat saja dia bisa merasa lebih baik? Buang-buang uang dan waktu. Lisa memutar bola mata. “Ah, baik. Saya berikan obat yang sama dengan satu minggu yang lalu, ya.”Lisa memamerkan wajah datar, menunggu sang apoteker bertubuh mungil itu mengambilkan obat dan menuliskan dosis pada setiap bungkusannya. “Ini, minggu depan diusahakan konsultasi ke dokter dulu ya, Bu.”Lisa merebut bungkusan obat tanpa berniat mengiyakan. Ditinggalkannya ap
Read more
Ketahuan
Nayna memasang wajah datar selama Rama melajukan mobil mengikuti Lisa. Mungkin dengan begini, dia tidak perlu merepotkan diri untuk membongkar segalanya pada Rama. Rama akan tahu dengan sendirinya. Lebih mudah baginya. Setelah ini, Nayna juga akan membeberkan tentang identitasnya pada Rama, tentang apa yang sudah Lisa lakukan padanya. Nayna menghela napas. Mempersiapkan diri untuk melihat wajah penuh kekecewaan milik Rama saat tahu bahwa Nayna bukanlah orang sebaik yang dia pikirkan. Mobil Rama berhenti. Dilihatnya mobil Lisa singgah di halaman sebuah hotel bintang empat. Rama mencondongkan kepala, memperjelas penglihatannya. Keningnya mengerut.“Hotel? Mereka ke hotel?”Dada Rama kembang kempis. Ia tak mampu menahan diri lebih lama. Tanpa mengucapkan apa pun, ia keluar mobil dan berlari ke depan sana, di mana Bagus tengah memapah Lisa keluar mobil. Mereka hampir masuk ke hotel ketika Rama mencegah.Diraihnya bahu pria yang tengah memapah Lisa. Lelaki itu oleng, hampir-hampir ia te
Read more
Rama yang Naif
Nayna melihat pegangan Rama pada setir kemudi kian mengencang. Lelaki itu sangat tegang. Mestinya Nayna membiarkan saja. Dia cukup diam sampai mereka tiba di rumah.Alih-alih menuruti logikanya, ia malah mengulurkan tangan, menyentuh bahu Rama yang kelewat kaku. Rama mungkin akan merasa keram jika tubuhnya terus menegang seperti itu.Rama terhenyak, ia lirik Nayna sekilas. Di matanya ada kebingungan. “Apa pun yang terjadi nanti, jangan menyakiti diri sendiri. Rilekskan badan kamu, supaya kepala kamu juga bisa ikut rileks.”Rama menuruti ucapan spontan itu. Ia menghela napas berulang kali, menetralkan isi kepalanya yang terasa panas, juga mengurangi prasangka buruk yang terus berkeliaran dalam pikirannya. “Dulu, semarah apa pun dia, Lisa hanya akan minum di dalam rumah. Dia tidak pernah datang ke bar.”Nayna menahan senyum sarkas yang hendak meluncur dari bibirnya. Tidak pernah ke bar katanya.“Saya berusaha memahami emosinya yang sering kali meledak-ledak, tapi untuk kali ini rasany
Read more
Kenapa Kamu Mabuk-mabukan di Bar?
Nayna diam saja di kursinya saat Rama turun dan memapah Lisa keluar mobil. Ia menatap lurus ke depan tanpa terganggu oleh suara erangan Lisa.“Lepas! Aku mau ke hotel. Aku nggak mau pulang~” Lisa terus bergumam sambil sempoyongan dalam papahan Rama. Nayna menunduk parau saat pemandangan Rama dan Lisa menghilang dari balik pintu rumah. Lagi-lagi ia dibuat bingung oleh perasaannya sendiri. Nayna tidak ingin bersimpati pada Rama, tak ingin pula merasa bingung akan pilihan haruskan dia mundur atau melanjutkan balas dendam ini hanya karena Rama yang akan sakit hati.Ia tidak ingin menjadi Nayna yang dulu, Nayna yang selalu saja mementingkan perasaan orang lain ketimbang perasaannya sendiri. Dia harus tegas. Semua rencananya harus dia jalankan secepatnya. Nayna menengok ke kursi belakang. Menemukan tas Lisa yang tergeletak dengan barang-barang yang mencuat keluar. Dilihatnya bungkusan obat yang menyembul keluar. Ia raih tas kulit bermerek itu. Diambilnya bungkusan obat yang sepertinya ba
Read more
Sebelum Rama Tahu Segalanya
Mirna menanti kedatangan Alia dengan hati riang gembira. Baginya Alia adalah penyelamat yang akan membuatnya menjadi konglomerat. Di meja ruang tamu, ia sudah menyiapkan banyak makanan untuk menjamu Alia. Dia beli dari beberapa tempat. Ada banyak kue mahal yang akan dia bungkuskan untuk Alia nanti. Alia pasti akan tersanjung dengan kebaikannya lalu mengelu-elukan nama Mirna di depan sang CEO. Bukan tidak mungkin dirinya akan diangkat menjadi salah satu staf PT. Sanjaya emas dan perlahan akan naik jabatan hingga akhirnya menjadi sejajar dengan posisi Alia. Mirna mengibas-ibaskan tangan ke depan wajah sambil mengedipkan mata berulang kali. Dia juga akan terlihat cantik seperti Alia. Akan dia rawat seluruh badannya agar tak ada lagi mulut-mulut nyinyir yang menjulidinya setiap hari.Cantik, kaya, dan punya posisi tinggi kini menjadi impian Mirna.Pintu rumah terketuk dengan irama yang pelan. Mirna sudah tahu siapa yang datang. Segera ia mengangkat ujung dasternya dan melesat membuka pi
Read more
Emas Peninggalan Ibu
Alia langsung melempar sepatunya ketika tiba di kamar kos Vina. Harus bersandiwara dan menampilkan senyum sok profesional ala wanita karir lebih melelahkan ketimbang melayani pria hidung belang semalaman. Bibirnya kebas dan giginya kering. Lebih mudah tersenyum genit daripada tersenyum ramah seperti itu.Vina yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menyerbunya. “Gimana? Berhasil, kan?”Alia mengembus napas bosan. “Ya iyalah, ngapain gue pulang cepet kalau gagal?” Dilemparnya kantong hitam itu ke arah Vina. “Nih, uang lo.”Vina menangkapnya dengan dada berdebar antusias. Diintipnya isi kantong itu. Isinya uang dan emas. “Berapa totalnya?”“Sembilan kali 12 juta. Ditambah emas yang harganya setara tiga dikali 12 juta. Yah, sekitar 140-an, ditambah dengan uang pendaftaran Mirna yang kemarin, jadinya 150 juta lebih.” Alia merebahkan diri ke kasur Vina. “Yang dari Mirna buat elo aja.”Alia langsung bangun kembali. “Seriusan lo? Sebanyak itu?”“Iya, itu khusus buat lo. Tapi, dalam
Read more
Pertemuan yang Gagal
Satu minggu berlalu dengan sangat lambat. Jantung Mirna berdebum-debum menanti hari ini tiba. Sebentar lagi mereka akan berkumpul di rumahnya untuk menghadiri pertemuan dengan Alia. Dia pasti akan dipuji-puji di depan ibu-ibu lain. Mirna berdandan serapi mungkin, memakai minyak wangi yang mahal dan gamis baru yang berkibar. Dia juga menukar emas ibu Nayna yang bentuknya kuno dengan gelang baru yang siap dia pamerkan di depan semua orang. Dirinya pasti akan dikagumi. Lemak Mirna bergoyang-goyang seiring langkahnya meninggalkan kamar. Ponsel terpasang di telinganya. “Halo~ iya, makanannya kapan sampai? Jangan lama, saya ada tamu penting, nih.”Ia berkacak pinggang sambil melongokkan kepala ke jendela. Belum ada tanda-tanda kedatangan seseorang. Lagi pula waktu perjanjiannya dua jam lagi. “Saya kirim satu jam lagi ya, Buk. Ini sudah disiapkan makanannya.”“Cepetan, ya. Saya pesen banyak, loh! Jangan sampai tumpah dan rusak bentuknya.”Mirna mengangkat dagu angkuh. Katering yang hargan
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status