All Chapters of Merebut Suami Pelakor: Chapter 21 - Chapter 30
119 Chapters
Menggoda Rama?
Nayna kembali ke ruangan—tanpa tubuh yang gemetar—dan duduk di kursinya. Rama masih berdiri di tempatnya semula, tidak bergeser sedikit pun, tapi Nayna yakin lelaki itu sedang mengamatinya.“Kenapa Anda tidak duduk, Pak Rama?” Nayna menyendok pastanya dan memperhatikan apakah ada lada hitam atau tidak.“Anda bisa makan dengan nyaman tanpa memedulikan keberadaan saya.”Nayna memperlihatkan cara makan yang pelan dan elegan. Dengan garpu, dia putar pastanya membentuk gulungan lalu memasukkannya ke dalam mulut. Ekspresinya datar dan seolah tidak tertarik pada cita rasa makanan itu.Dia kunyah pastanya dengan pelan, tanpa suara dan seolah sedang memikirkan banyak hal. Pandangannya terpaku pada dinding sebelum akhirnya menoleh pada Rama yang masih berdiri sopan.“Anda masih sangat muda untuk memiliki restoran semewah ini.” Untuk pertama kalinya, Nayna memperlihatkan senyum sejak datang ke tempat ini.
Read more
Laki-laki yang Terlalu Baik
Nayna menatap heran pada dua kantong makanan yang Rama ulurkan padanya.“Ini bungkusan yang Anda minta.” Ia mengangkat kantong di tangan kanan. “Lalu ini makanan baru, menu spesial di restoran kami.” Kemudian kantong di genggaman kirinya.Nayna diam dan menatap kantong di tangan kiri Rama bingung.“Saya tidak enak membungkuskan makanan yang sudah dingin.”“Kenapa Anda melakukannya?” Rama menatapnya bingung. Nayna berharap Rama akan menjawab bahwa semua keramahtamahan dan kebaikan itu hanyalah sebatas kebaikan antar pelanggan dan pemilik restoran. Bukan kebaikan antar sesama manusia.Nayna benci orang yang terlalu baik.Nyatanya Rama tidak menjawab sama sekali. Hanya mengulurkan kedua kantong itu tanpa melepas senyumnya. Mau tak mau Nayna menerima dengan perasaan yang berkecamuk. Tanpa mengucapkan terima kasih dan pamit, ia melangkah dingin ke luar restoran
Read more
Video itu Sudah Terkirim
Rama baru saja hendak membuka pintu ketika sebuah kotak kecil di sudut teras menarik perhatiannya. Kotak itu dibungkus rapi dengan kertas kado berwarna merah muda dihiasi pita hitam di kedua sisi atas. Rama menunduk dan mengambilnya, bertanya-tanya siapa yang sudah salah alamat mengirimkan kado ke rumahnya, karena jelas-jelas tidak ada satu pun orang di rumah ini yang sedang berulang tahun.Rama menengok sekitar dan tak menemukan siapa pun. Malam sudah sangat gelap, hanya lampu halaman rumahnya yang menerangi. Mau tak mau ia akhirnya membawa masuk kado yang sepertinya salah alamat itu.Teleponnya bergetar ketika ia memasuki ruang tengah. Nama ‘Istri Sayang’ tertera jelas pada layar panggilan.Meski tak bisa melihat wajah sang penelepon, Rama tetap mengangkat panggilan itu dengan senyum semringah. “Halo, Sayang? Belum pulang ya?”Binar matanya dipenuhi cinta, sarat akan kerinduan dan kasih sayang yang dalam. Rama bisa m
Read more
Istri Anda Selingkuh?
“Itu suami kamu?”Meski tahu, tapi Bagus tetap bertanya. Bibirnya dihiasi senyum kemenangan.“Sudah pasti! Ngapain kamu sentuh aku di saat dia lagi menelepon?! Kamu mau kita ketahuan?” Lisa memberondong Bagus kesal, membelakangi lelaki itu sambil memasang kembali tali bathrobe-nya.Bagus maju untuk memberikan pelukan mesra dari belakang. “Aku kangen kamu, Lis. Sejak suami kamu datang, kita cuma main-main sebentar dan nggak pernah bermalam lagi.”“Aku nggak bisa gegabah, Gus. Meski dia sangat mencintai aku, tapi dia penuh perhitungan. Dia akan curiga jika menemukan hal yang ganjil sedikit saja.”“Karena itulah kebohongan ada, Sayang. Kamu bisa bohong kapan aja, dia pasti bakal percaya sama kamu.”Lisa menghela napas kasar. Seharusnya sekarang dia berada di rumah karena suaminya sudah pulang. Tidak perlu lagi mencari kesenangan di luar untuk sementara waktu.Namun, Bagus malah
Read more
Meneror Pelakor
Rama mematung. Mulutnya terkunci rapat-rapat. Ditatapnya Nayna yang sedang lahap memakan semua isi dalam piringnya. Sorot matanya tetap kosong dan tidak tertebak.“Apa maksud Anda?”Rama bahkan tidak pernah mengatakan bahwa dirinya sudah menikah. Wanita di hadapannya ini sangat misterius. Setiap ucapannya selalu mengundang tanya dan semua tingkahnya tidak bisa ditebak.“Anda terlihat seperti itu.”“Seperti apa?” Senyum ramah di bibir Rama hilang seketika. “Seperti orang yang mendapati istrinya selingkuh, tapi tidak berani meminta penjelasan.”Dada Rama berdenyut cepat. Sesak dan tahu-tahu dia menjadi kesal.“Kenapa Anda bisa menyimpulkan seperti itu?”Nayna mengabaikan sekian detik, mengunyah pelan pastanya lalu membalas tatapan Rama.“Saya tidak menyimpulkan, hanya menebak.” Nayna menyeringai dan Rama tidak mampu menebak arti ekspresi wanita i
Read more
Permainan Nayna
Belum pernah Lisa segelisah ini ketika memasuki rumahnya sendiri. Ia merasa was-was dan ketakutan seperti masuk ke kandang singa. Pukul delapan malam. Rama pasti sudah pulang dan mungkin saat ini sedang menunggunya. Ia telah menyusun banyak alasan untuk menyangkal video itu dan merayu sang suami.Ia melangkah perlahan menyusuri ruang tengah. Jantungnya berdebar tidak karuan. Sepatu hak tingginya Iepas sebelum sampai di kamar sebab kedua kakinya sudah gemetar.Rama memang mencintainya, tapi lelaki itu bukanlah pria yang mudah dirayu dan dimanipulasi. Rama selalu mengambil keputusan besar meski risiko kehilangannya juga sangat besar.Lisa sudah bersiap membuka pintu kamar. Menarik napas berulang kali dan menahan rasa mual yang menggulung-gulung perutnya. “Kamu sedang apa?”Lisa terperanjat. Suara dingin yang tiba-tiba terdengar dari belakang itu mengejutkannya sampai dia hampir terjatuh dan menubruk pintu.Napasn
Read more
Pelakor yang Terancam
Lisa menggertakkan gigi, hampir-hampir ponsel itu remuk dalam genggamannya. “Kamu mengancam saya? Berani sekali kamu. Belum cukup ibu kamu meninggal dan suami kamu mengkhianati kamu? Tahu diri dan tahu posisi! Kamu akan hancur untuk kedua kalinya.”Keheningan berlangsung selama sepuluh detik sebelum suara Nayna kembali melantun.“Jangan menggonggong begitu. Video itu ada pada saya. Semua bukti perselingkuhan kamu sudah saya pegang. Jadi harusnya kamu bersikap baik. Malam ini saya kasih kesempatan untuk merayu suami kamu sekeras mungkin sebelum saya mengirimkan bukti yang kedua besok pagi.”Lisa bisa membayangkan wajah kusam berminyak itu sedang tersenyum penuh kemenangan, merasa sudah hebat hanya karena satu video amatir!“Jangan mengancam saya!”“Siapa yang mengancam kamu?”Serta merta Lisa menjatuhkan ponselnya. Luar biasa terkejut ketika Rama tahu-tahu sudah berada di belakangnya. 
Read more
Kiriman Bukti yang Gagal
Bagus mendatangi rumah kontrakan lamanya. Mengetuk pintu berulang kali, tapi tidak ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu untuknya. Ia menunggu cukup lama sampai kakinya terasa pegal. Bagus mendecak sambil berkacak pinggang. “Mana sih! Nggak ada di rumah kali ya?”Bagus mengintip pada celah gorden, tapi yang didapatnya hanya kegelapan di dalam rumah. Lampu tidak dinyalakan sama sekali. “Jangan bilang dia keluyuran nggak jelas lagi sama Vina? Jadi nggak bener dia. Apa dia juga sering keluar malam kalau aku nginap di luar?”Bagus mengeluarkan ponsel baru yang dibelikan Lisa, menghubungi nomor Nayna lalu mendengus kasar. “Aku diblokir!” Ia entakkan kakinya marah.Di mana dia bisa mencari Nayna?“Loh, Bagus?” Bagus menoleh dan mendapati Bu Sri, pemilik kontrakan yang baru saja pulang dari masjid menunaikan salat Isya. “Oh, kebetulan ada Ibu. Tahu
Read more
Kehilangan Akal Sehat
Lisa akhirnya sudah berada di hotel bersama Rama. Dia membawa Rama ke tempat yang jauh dari kota mereka. Tempat di mana sang suami tidak akan menerima bukti-bukti dari Nayna untuk sementara.Selama tiga hari ke depan, dia harus menyingkirkan Nayna. Entah bagaimana pun caranya, perempuan kampungan itu harus enyah jika masih berani melawannya. Lisa mengintip ke arah pintu kamar yang tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda Rama akan kembali. Laki-laki itu masih berada di luar entah mengurus apa, ia sedang sibuk dengan teleponnya. Lisa berdiri di tengah kamar sambil memegang ponsel, menelepon Bik Sumi—pembantunya.“Halo, Bik. Gimana? Sudah diterima 'kan paketnya?”“Sudah, Bu. Yang warna pink terus ada pita-pitanya, 'kan?”Lisa mengerutkan kening, sama sekali tidak punya gambaran bagaimana bentuk dan warna paket yang dikirimkan Nayna. Yang dia tahu, isinya pasti adalah bukti-bukti tentang dirinya dan Bagus.
Read more
Teror Bukti Kedua
Sepuluh menit yang lalu.Nayna duduk dengan senyum tipis yang samar. Hampir-hampir tidak terlihat jika pramusaji yang berdiri di depan mejanya tidak memperhatikan lekat ekspresi wanita itu.Di layar ponselnya sudah ada nomor kontak Rama yang baru saja dia dapatkan dari waiter di hadapannya. Pada tanda nama yang tersemat di dada kirinya, tertulis nama Anton. Laki-laki yang seumuran dengan Nayna itu berdiri menjulang di depan Nayna menggantikan tugas Rama. Mari kita lihat seberapa gelisahnya Lisa saat ini.Nayna memencet tombol dengan ikon telepon, lalu menunggu dengan sabar. Meski sedang tersenyum, Anton sama sekali tidak menemukan ekspresi genit atau licik di wajah cantik yang selalu dingin itu.Telepon akhirnya tersambung setelah sekian lama, dan senyum Nayna memudar begitu saja.“Halo?” Suara Rama tidak lagi terdengar kelewat ramah, tapi nadanya masih sangat percaya diri. Bagusnya sebagai siapa Nayna memperke
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status