All Chapters of Better Without You: Chapter 31 - Chapter 40
53 Chapters
Chapter 30 - Still Remember Him
"Laila... Lo masih belum siap buat cerita ya?" Tanya April sembari berjalan mendekatiku yang tengah duduk di sofa dengan tatapan kosong. Aku menoleh kehadapan April dan melihat tatapan April yang seakan ragu untuk bertanya kepadaku. Aku memang meminta mereka untuk mengantarkanku ke apartemen saat aku keluar dari ruangan praktek Mbak Regina dengan tergesa-gesa dan cemas. Saat itu mereka tampak bertanya-tanya dengan apa yang terjadi di ruangan Mbak Regina. Akan tetapi aku masih belum bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka detik itu juga. "Iya. Gue gak siap sama sekali. Kalo gue cerita gue gak sanggup. Rasanya kepala gue kaya mau pecah kalo inget lagi tentang kejadian itu." Ucapku datar sembari menghela napas kasar. Aku merasa pada saat itu aku sudah berada di titik terlelah dalam hidupku. Jiwa dan fisikku sudah tak mampu dan tak bisa lagi memikul semua rasa pahit yang aku rasakan ketika aku mengingat kembali kenangan yang aku ciptakan bersama Rafael
Read more
Chapter 31 - New Person
Beberapa hari kemudian... "Gimana kalau lo membuka hati dengan orang baru?" Ucap April memberikan saran sembari duduk di sofa apartemenku. "Gak gampang." Ucapku tertawa sinis. Lagipula, bagaimana bisa aku membuka hati kembali dengan orang lain? Yang aku pikirkan pada saat itu aku tidak akan pernah jatuh cinta kembali atas apa yang sudah terjadi. Aku sadar bahwa aku adalah seseorang yang 'terlalu mencintai' jika aku berada dalam suatu hubungan. Aku takut jika aku jatuh cinta lagi aku akan mencintai orang yang salah sehingga aku akan terjebak dengan keadaan depresi itu. "Alternatif lain, La. Mungkin orang baru ini bisa ngebuat lo lupa dengan Rafael." Sambung Aurora menyetujui saran April. "Siapa? Gue gak kenal dengan siapa-siapa saat ini. Paling yang gue kenal Diego. Yakali gue pacaran sama Diego." Ucapku tertawa sinis sembari menggelengkan kepala. Lagipula aku pun bukan tipe orang yang bisa menjalin hubungan asmara dengan teman atau sahabat sendiri. "Gue punya temen. Actually dia
Read more
Chapter 32 - Seriously?!
Awal bertegur sapa dengan Aditya selama beberapa minggu pada akhirnya membuat kami mulai saling terbuka satu sama lain. Waktu itu yang aku harapkan dari hadirnya Aditya dalam hidupku cuma satu... Ya, pastinya ingin melupakan Rafael dan tidak berada dalam penyesalan yang selalu menghantuiku. Waktu itu aku dan Aditya baru saja selesai menonton film horror di salah satu bioskop yang berada di dekat kampusku memutuskan untuk langsung kembali pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat beberapa menit. Aku bisa menyimpulkan Aditya sepertinya seorang pria yang memiliki selera humor yang tinggi. Jika menonton film horror bersama Aditya, dia selalu saja menciptakan lelucon dari adegan film horror yang ditayangkan sehingga membuatku selalu tertawa. Tetapi aku senang dengan sikap Aditya, baru kali itu aku tertawa kembali setelah Rafael mencampakkanku. "Lain kali kalau sama kamu jangan nonton horror lagi deh. Nonton komedi aja sekalian." Ucapku memberi candaan kepada Aditya semb
Read more
Chapter 33 - Mengenang Ekspektasi
"Oh God!!! I have no idea, La. Gue gak tau kenapa Aditya bisa kaya gini." Ucap Aurora frustrasi saat mendengar penjelasanku mengenai keinginan Aditya. "It's okay." Jawabku santai dan kembali fokus menyantap sushi. "So-sorry, La. Gue kirain Aditya bukan cowo brengsek. Bingung juga gue dengan tu orang. Berubah banget semenjak tinggal di Aussie." Ucap Aurora dengan raut wajah yang tampak kesal dengan tindakan Aditya. "No. Dia gak salah. Lagian lebih baik terus terang diawal dia maunya apa, kan? Daripada memberi harapan dan pura-pura baik tapi ternyata palsu." Ucapku sembari tertawa sinis. "Hahaha. Nyindir Rafael lo?" Ucap April sembari memberikan senyuman sinis kepadaku. "Iyalah siapa lagi?" Ucapku dengan sangat yakin dan tertawa kecil. "Sebenarnya Aditya bisa aja ngerayu gue dan buat gue cinta mati sama dia. Nah saat gue udah masuk perangkapnya dia, gue pasti nurutin apa kata dia karna udah dibuat cinta mati. we never know, right? So, lebih baik dia terus terang di awal. And it's a
Read more
Chapter 34 - Yogyakarta
Sebelum mengenal Rafael, mengunjungi rooftop adalah salah satu tempat yang bisa membuatku melepaskan penat sesaat dikala banyaknya tuntutan di kampus. Akan tetapi setelah kejadian menyakitkan yang aku terima dari Rafael, mengunjungi rooftop tidak juga bisa melepaskan penatku untuk saat itu. Yang ada hanya rasa hampa. Kemana pun aku melangkahkan kaki, aku selalu saja tidak pernah menikmati apapun yang ada di sekitarku. Biasanya jika ada perayaan seperti kelulusan Kak Nadia, aku adalah orang yang paling bersemangat untuk menghadirinya dan aku pun sangat menikmati momen itu. Tapi hal itu tidak lagi aku dapatkan sejak kepergian Rafael dari hidupku. "Laila!!! Melamun mulu lo kebiasaan! Tuh Bule di sudut sana ngeliatin lo daritadi deh, La." Saat aku tenggelam dalam rasa hampa di tengah kesibukan orang-orang yang mengunjungi rooftop, April mengejutkanku dengan ucapannya. "Ha?" Ucapku menatap April dengan tatapan bingung, lalu aku pun melihat kearah sudut rooftop yang diberitahu oleh April.
Read more
Chapter 35 - Similar Person
Eithan replied your story "Welcome to Jakarta." -Eithan Aku mengunggah salah satu foto yang menunjukkan suasana di Bandara Soekarno-Hatta di story Anstagram-ku. Itulah mengapa Eithan bisa tahu bahwa saat itu aku sudah berada di Jakarta. Semenjak pertemuan malam itu, aku dan Eithan saling berbagi username social media yang cukup sering kami gunakan. "Hi Eithan! Thanks!" -Laila "Wanna go out tonight?" -Eithan "Where?" -Laila "Hawaian Restaurant." -Eithan "Sounds good!!! See you!" -Laila Aku tidak tahu apakah caraku salah menerima ajakan Eithan secara terang-terangan hanya karena ingin menghilangkan kekesalanku atas kebenaran yang ku ketahui di Yogyakarta, tetapi setidaknya aku butuh seseorang waktu itu. Bertemu dengan Eithan merupakan salah satu hal yang membuat jiwa dan pikiranku sedikit tenang namun juga selalu terbayang akan hadirnya Rafael. Aku bertemu dengan Eithan sebanyak tiga kali namun aku selalu tersiksa dan merasa bersalah setiap kali menemuinya. Pertama, aku tersik
Read more
Chapter 36 - A Better Person
"Tapi lo gak nerima Eithan, kan?" Tanya April memastikan sembari membelalakkan matanya kearahku saat aku selesai menceritakan mengenai hubunganku yang sudah terjalin cukup dekat beberapa minggu bersama Eithan. "Nggak lah." Jawabku yakin "Tapi kalau di pikir-pikir Eithan baik banget ya." Ucap Dina yang sedikit terlihat menaruh harap atas hubunganku dengan Eithan. "Iya. Tapi sayang beda agama." Sambung Aurora menghela napas sembari menggeleng-gelengkan kepalanya "Kenapa ya gue itu selalu terjebak dengan perbedaan agama gini? Dan kenapa gue selalu narik orang yang agamanya berbeda dengan gue ke dalam hidup gue?" Ucapku yang akhirnya melontarkan isi pikiranku selama ini kepada teman-temanku. "Yah jangan nanya kita, La. Kita juga gak bisa jawab kalo hal begitu. Rahasia alam semesta itu mah." Jelas April sembari tertawa kecil. "Iya sih bener... Tapi sekarang gue udah memutuskan untuk berteman baik dengan Eithan, kok." Jelasku meyakinkan April, Dina, dan Aurora. *** Berjalan di pinggi
Read more
Chapter 37 - I'm sorry, Don't Leave!
Aku seringkali menunjukkan tingkah konyol kepada Eithan seperti melewati zebra cross yang hanya menginjak garis-garis putihnya saja dan berteriak saat ada pesawat yang lewat. Dan ya, Eithan terlihat sangat bahagia dengan kekonyolan yang ku ciptakan. Namun tanpa aku sadari, kekonyolan itu adalah kekonyolan yang pernah aku ciptakan bersama Rafael. "Kamu serius ngelakuin hal kaya gini tiap hari? La, itu pilotnya gak akan denger kalau kamu say Hi." Ucap Eithan sembari tertawa lepas "Of course. Aku selalu ngelakuin hal ini juga dengan Rafael waktu itu kalau pesawat lagi lewat. Dan kita berdua gak bisa lihat zebra cross, kalau kita lihat, fix harus taruhan." Ucapku bersemangat dan tak sengaja menyebut nama Rafael. Seketika raut wajah Eithan berubah drastis saat aku mengucap nama pria itu. "Oh--- Okay." Ucap Eithan datar "So-sorry, Eithan. Aku--" "It's okay, La. Anyway, habis ini kita langsung balik, yuk. Ada yang harus aku kerjain buat besok." "Kamu marah ya?" Tanyaku dengan susah pa
Read more
Chapter 38 - Terapi
Satu minggu kemudian… Aku duduk di hadapan Mbak Regina. Mencoba untuk menceritakan semua hal mengenai Rafael. Waktu itu, aku siap untuk menceritakan segalanya setelah aku mulai membuka hatiku untuk Eithan yang tanpa sadar aku malah menyia-nyiakan kesempatan itu dengan masih terpaku kepada Rafael. Aku sadar, saat itu aku butuh pertolongan dari orang yang profesional seperti Mbak Regina. "Mbak memang benar, aku pernah gagal sebelum menjalin hubungan dengan Rafael. Justru aku bingung, aku pernah gagal sebelum kenal dia. Tapi saat ini aku kenapa gak bisa melupakannya dan menyembuhkan diri sendiri?" Tanyaku kesal. Sudah hampir satu tahun, aku kembali membuka luka itu dan akhirnya siap untuk menceritakan hal yang pernah aku tunda sebelumnya. Ya, sesuatu yang seharusnya aku ceritakan saat pertama kali mengunjungi tempat praktek Mbak Regina. “Yeah I know. Karna dia terlalu menjanjikan dan ngasi harapan terus ke kamu. Kamu udah ngejawab itu sendiri, Laila.” Jelas Mbak Regina "That’s it! M
Read more
Chapter 39 - Dufan dan Melupakan
WazzApp Group Notification "Laila, kita jalan-jalan yuk!" Aku terbangun dan melihat layar ponselku yang berisikan ajakan oleh Aurora, April, dan Dina. Aku melirik jam yang masih menunjukkan pukul delapan pagi. Biasanya ketika weekend seperti ini, aku lebih memilih untuk bangun lebih siang dari biasanya "Kemana?" Balasku dengan mata yang masih melekat "Dufan aja." -April Aku rasa aku ingin menikmati suasana dufan dan memacu sedikit adrenalineku. Semenjak di tinggal oleh Rafael, setengah jiwaku sudah tak merasakan hidup. Dan saat itu Eithan pun sudah pergi meninggalkan Indonesia. Aku pun akhirnya menyetujui ajakan mereka. Aku membereskan apartemenku dan bersiap-siap merapikan diri sebelum teman-temanku datang. Biasanya jika aku dan teman-temanku pergi, mereka selalu berkumpul di apartemen ini. Tok… tok… tok… Tak di ragukan lagi, pasti itu teman-temanku. Aku pun bergegas membuka pintu "Hei, La. Gue numpang make up disini ya. Takut telat tadi." Ucap Dina yang langsung bergegas masu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status