All Chapters of Wanita Yang Dicintai Suamiku: Chapter 91 - Chapter 100
169 Chapters
Bab 91
Suasana di klinik ini entah mengapa auranya terasa begitu mencekam bagiku. Menakutkan dan tegang. Beberapa kali ku putar bola mata demi melirik jam yang tergantung di dinding klinik ini. Rasanya begitu kesal melihat jarum jam di sana seakan enggan berputar. Membuatku sangat gelisah.Aku masih duduk menunggu dokter yang memeriksa dengan perasaan cemas dan gelisah, yang bercampur aduk. Berkali kali ku panjatkan doa dalam hati memohon kepada tuhan agar menyelamatkan nyawa Mas Bayu, aku belum sanggup untuk kehilangan dirinya.Ponsel Mas Reyhan terus berdering. Pun sama pula dengan Mbak Lisa, aku bisa mendengar ia membagi kabar mengenai keadaan disini dan apa yang menimpa Mas Bayu, kepada Mas Adi, suaminya. Kuusap kasar wajahku dengan telapak tangan. Berharap akan datangnya sebuah keajaiban disini. Besar harapanku luka tusukan itu tidak dalam. Beberapa kali aku menepis pikiran buruk yang datang, sungguh, aku bahkan aku tak berani membayangkan hal buruk yang bisa saja menimpa Mas Bayu saat
Read more
Bab 92
Dengan cepat perawat yang mendampingi kami, langsung membuka pintu dan keluar, aku dan mbak lisa ikut turun. pelan pelan, tubuh mas bayu pun dibawa keluar dari mobil menuju instalasi gawat darurat rumah sakit umum daerah bogor ini.Aku hanya diam terpaku menatap wajah pucat itu, memandang nanar mereka yang tergesa mendorong brankar itu masuk kedalam. kakiku serasa berat melangkah. untuk ikut mendorong, atau sekedar memegang tangan mas bayu."Alina, kau baik-baik saja?" Mbak Lisa menepuk bahuku pelan.***Aku sedikit tersentak, lalu segera menoleh padanya, "iya, mbak. aku tak apa apa. Jangan terlalu mencemaskanku."Aku memandang Mbak Lisa sambil tersenyum, wajah kakak iparku itu terlihat lelah. Wajar saja, sebab begitu tiba dari surabaya ia langsung menemaniku ke cisarua hingga dirumah sakit ini. Mbak Lisa adalah orang pertama yang mendukungku dan meragukan niat poligami yang ingin dilakukan Mas Bayu. ia begitu memahami apa yang kurasakan, didukung dengan perbedaan usia kami yang tak
Read more
Bab 93
"Tak apa apa, mbak. Biar saja aku menggendongnya sebentar. Rasanya beban ini sedikit berkurang saat memeluknya." ucapku.Aku memeluk Diyara, mencium pucuk kepalanya dengan lembut, kehadirannya di sini sedikit banyak menenangkan emosiku, sungguh, hati kecilku masih sangat berharap Diyara akan tetap bersama papanya. ***Tangan kecilnya menggapai wajahku, mengelusnya lembut. Ada rasa haru menyeruak di dada saat merasakan sentuhannya, tak tahu mengapa rasanya begitu membuatku nyaman. Memeluk dirinya seperti ini seakan memberi kekuatan untukku.Berusaha tenang meski jantung ini berdegup kencang bukanlah hal yang mudah. Pikiran buruk kini bermain dibenakku, membuatku semakin gelisah. Menakutkan, kata itu sangat pas dengan hari yang kulalui saat ini. Senyum tipis mungkin bisa menyembunyikan lara namun, itulah yang sekarang sedang kulakukan. "Aku yakin ibu kuat dan sabar dengan cobaan ini." Ucap pengasuh anakku itu berusaha menghiburku. Aku menaikkan salah satu sudut bibir padanya. Menyungg
Read more
Bab 94
"Alina!"Bu Maryam mengguncang bahuku, seakan ingin membangunkanku, kupalingkan segera wajahku darinya lalu menatap nanar Diyara yang sedang tertidur pulas dalam gendongan pengasuhnya. Haruskah berakhir seperti ini, di saat kami baru memperbaikinya dan memulainya kembali dari awal? Sungguh, aku masih tak ingin percaya jika jodohku dan Mas Bayu telah berakhir hari ini. ***"Bu ..." bisikku lirih nyaris tak terdengar."Bersabarlah, Alina," ucap Bu Maryam terisak di telingaku."A-pa saya boleh melihatnya?" Mendengar ucapanku, Mas Reyhan langsung menghampiri. "Ayo Alina, lihatlah."Aku menoleh sebentar pada Mbak Sita, pengasuhnya Diyara itu membalas tatapanku dengan sorot mata sayu. Melihat wajah Diyara, membuat mataku akhirnya mengembun."Aku akan menjaga Diyara, bu." Ucap Mbak Sita seakan mengerti apa yang sedang kupikirkan.Aku mengikuti langkah Mas Reyhan di iringi oleh Bu Maryam yang berjalan selangkah di belakangku. Begitu hampir mendekati ranjang dimana tubuh Mas Bayu dibaringkan
Read more
Bab 95
Tok ... tok!Terdengar pintu kamarku diketuk dari luar ketika baru saja hendak mengganti pakaian. Karena tak ingin tidur Diyara terganggu, aku bergegas cepat membuka pintu."Alina, didepan ada polisi, katanya ingin bertemu denganmu," ujar Mbak Lisa dari balik pintu."Polisi?" Aku mengerutkan kening.****"Iya, Alina. Polisi," ujar Mbak Lisa menegaskan."Apa ini ada hubungannya dengan Kania, mbak?" Aku mencoba menebak."Sepertinya begitu, Alina." Mbak Lisa mengendikkan bahunya.Aku mengangguk lemah membenarkan prasangka Mbak Lisa. "Sebaiknya kau temui saja dulu." "Iya, mbak. Tolong temani aku menemuinya sebentar." Pintaku lalu mulai melangkah menuju ruang tamu. Kami pun berjalan bersisian. Ditemani Mbak Lisa dan suaminya. Aku menemui polisi itu. Tampak disana seorang polisi sedang berdiri di depan pintu rumahku."Anda mencari saya?" "Iya, perkenalkan, saya Malik teman Alm. Pak Bayu, suami ibu." Jawabnya mengenalkan diri."Maaf, ada keperluan apa?" aku bertanya sopan padanya."Sebe
Read more
Bab 96
"Kau jangan khawatir, Alina. Kania akan mendapatkan balasan dari semua perbuatannya selama ini padamu dan suamimu.""Iya mbak. Semoga. Aku berharap yang terbaik." Jawabku.***Delapan bulan berlalu sejak kejadian di villa itu, sebulan setelah kematian Mas Bayu, aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaan, dan memilih untuk merintis bisnis sendiri. Hal ini kulakukan hanya demi bisa memiliki cukup waktu bersama Diyara. Kematian Mas Bayu cukup membuat kondisi psikologis ku menurun, hatiku selalu dipenuhi oleh perasaan bersalah. Untunglah, aku mampu melawan rasa depresi karena kehilangannya, meski akhirnya harus berkonsultasi dengan seorang psikolog.Berbekal uang asuransi Mas Bayu, aku memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan Maklon yang memproduksi produk produk kosmetik. Aku mulai merintis bisnis kosmetik dengan brandku sendiri. Meski diawal cukup berat. Alhamdulillah, perlahan bisnisku mulai menunjukkan hasilnya.Mbak Sita, masih setia menemaniku. Aku beruntung me
Read more
Bab 97
"Oh ya, Alina. Apa kau tahu kabar terakhir tentang Kania?" Tanya Bu Maryam setelah kami duduk di sofa."Apa?" Aku mengerutkan kening."Kania? Ada apa dengannya? bukankah ia sudah berada di penjara?" Aku balik bertanya***"Persis seperti yang kuduga, kau belum mengetahuinya Alina." Desis Bu Maryam."Apa yang terjadi, bu? Setelah sidang putusan hakim, aku tak pernah mendengar kabar apapun darinya. Kupikir ia akan berada disana untuk menjalani vonis hukuman yang dijatuhkan padanya." Jelasku."Kania dipindahkan ke Rumah sakit jiwa, Alina." Ucapan Bu Maryam sangat mengejutkan, aku tak menyangka akan mendengar kabar berita ini darinya. Apakah ini alasannya beliau memintaku untuk menyambangi rumahnya?"Rumah sakit jiwa?" Bisikku tak mengerti."Iya, Alina. Ibu tak sengaja bertemu dengan Bu Delia kemarin. Saat check up bulanan di rumah sakit. Jujur ibu juga terkejut mendengarnya.""Apa Bu Delia yang menceritakan alasannya pada ibu?" Tanyaku penasaran."Iya nak. Tadinya ibu hanya berbasa-basi
Read more
Bab 98
"Aku masih menunggumu, Alina."Ucapan Mas Reyhan sontak mengejutkanku. Aku tercekat tak mengira jika pria yang duduk tak jauh dariku ini masih mengharap dan menyimpan perasaannya untukku. Aku menunduk, memalingkan wajahku darinya. menjaga pandanganku untuk tidak menatapnya. Sungguh aku masih tak menyangka jika ia kembali mengungkapkan perasaannya padaku. Apa yang dilihatnya dariku? Seorang janda satu anak. Haruskah kali ini aku mematahkan harapannya lagi?***Tubuhku masih terasa gemetar, meski aku sudah menduganya tetap saja mendengar ucapannya membuatku gugup. Kedatangan Bu Maryam yang menemani putranya ke sini seolah menjadi satu persetujuan atas keseriusan Mas Reyhan untuk meminangku.Aku tak tahu apakah harus merasa gembira atau sedih karena hal ini. Sebuah lamaran adalah kabar yang baik, namun sekarang, aku tak bisa memutuskan apakah harus menerimanya atau tidak, karena ada perasaan Diyara yang harus kujaga. Sejak kecil Diyara memang sudah begitu dekat dengan Mas Reyhan, bahka
Read more
Bab 99
SEASON KEDUAEnam bulan kemudian."Hati hati sayang, Jangan lari," teriakku pada Diyara yang berlari tergesa-gesa menyambut kepulanganku.Gadis kecilku tersenyum dan memanggilku, sambil memamerkan sebuah gambar yang baru saja diwarnai olehnya."Ma-ma lihat, bagus kan?" Lapornya padaku sambil memperlihatkan hasil karyanya. "Iya, bagus banget, nak. Pintar!" Aku memuji gambar sebuah Disney Princess yang diperlihatkannya."Diyara yang buat?" tanyaku lembut."Iya. sama Mbak," jawabnya. Sungguh ia terlihat sangat menggemaskan, membuatku menjawil Pipinya yang chubby."Diyara sayang, sini gendong sama Mbak dulu yuk, mama capek baru pulang kerja." Mbak Sita datang menghampiri. "Ngga apa apa mbak. Sini sayang, mau mama gendong, ngga?." Tanyaku lalu merentangkan tangan.Tanpa membuang waktu, Diyara langsung mengangkat kedua tangannya, isyarat bahwa ia menginginkannya, sambil menggendong Diyara, aku menyeret langkah ke kamar lalu meletakkan tas dan ponselku di atas tempat tidur."Kesorean bu?"
Read more
Bab 100
"Oh, maaf. Mungkin aku salah mengenali orang. Kupikir kau wanita yang bernama Alina." Deg. Jantungku berdegup kencang begitu mendengarnya, untuk sesaat aku mengerutkan kening, bertanya dalam hati, siapa wanita ini dan mengapa ia seakan telah mengenalku sebelumnya? karena aku sangat yakin belum pernah bertemu dengannya apalagi mengenalnya. "Iya, saya Alina. Maaf, jika saya boleh tahu siapa anda?" Jawabku balik bertanya.****"Benarkah? Jadi kau benar Alina?" Ia terlihat senang."Iya, saya Alina. Maaf, apakah ada yang perlu apa dengan saya?" Aku mencoba mencari tahu."Tidak, aku hanya menebak, karena pernah melihat anda sekali." Jawabnya."Oh ya, dimana?" Aku menyipitkan mata."Iya, waktu itu saya tak sengaja melihat anda di rumah salah seorang kerabat." Ujarnya beralasan."Maaf, anda siapa?" Tanyaku penasaran."Oh maaf, perkenalkan, saya Erika." Ucapnya dengan tersenyum lalu mengulurkan tangannya."Alina," sahutku menerima tangannya.Wanita yang cantik, dengan tubuh yang ramping da
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status