All Chapters of Wanita Yang Dicintai Suamiku: Chapter 81 - Chapter 90
169 Chapters
Bab 81
Pandangan mata Kania kini beralih tajam memandang Mbak Lisa, sebelum bibirnya mengeluarkan kata kata, kakak iparku itu mendahuluinya bicara."Jangan pernah melakukan hal itu lagi karena kau tak pantas menyentuh wajah Alina." Ancam Mbak Lisa sambil membalas tatapan Kania. Ia langsung berdecih dan memalingkan wajahnya. Tak lama, Kania berdiri dan merapikan beberapa bagian baju dan tubuhnya yang terkena tanah sambil terus mendelik tajam pada kami.***Angin dingin kembali berhembus kencang, menggoyangkan di dedaunan. Beberapa saat kemudian, Kania membalikkan badan, menyeret kakinya beberapa langkah menjauhi kami. Membuatku seketika berpikir apakah ada sesuatu yang direncanakannya sekarang?Entahlah. Yang kutahu aku tidak boleh lengah. Setidaknya, sekarang aku mengerti mengapa Mas Adi mengizinkan istrinya datang kesini demi untuk membantu dan menemaniku mencari Mas Bayu. Mbak Lisa, kakak iparku itu menguasai bela diri taekwondo, keberadaannya di sisiku bisa mencegah hal buruk yang ingin
Read more
Bab 82
"Tidakkah kau berpikir jika kehadiranmu hanya bisa membuatnya menderita saja. Kau pikir siapa dirimu, jangan karena kau istrinya lantas kau berhak mempermainkan perasaannya. Pergi meninggalkannya lalu tiba tiba kembali seakan tanpa dosa?""Apa kau masih tak mengerti juga, Alina. Kau hanyalah pelampiasan saja. Bagi Mas Bayu kau hanyalah amanah dan sebuah tanggung jawab."Ucapan Kania akhirnya tak pelak membuatku melepas cengkraman tanganku lalu menampar wajahnya untuk yang kedua kalinya.***Plak!Tanganku terasa panas dan memerah sebab dari kerasnya mengayunkan tamparan ke wajah Kania. Ingin rasanya membuka mulut dan juga menarik lidahnya, entah mengapa ucapan Kania benar-benar menyakitiku. Wanita ini semakin lama semakin manipulatif, seakan dirinya adalah satu satunya korban disini. Tuhan, rasanya aku ingin tertawa, lalu mencekik dan membunuhnya. Hasratku ini mungkin terdengar terlalu kejam. Aku ingin melihatnya mati dihadapanku sekarang juga, entah mengapa aku merasa hukuman itu se
Read more
Bab 83
Bab 83Tangan Mas Reyhan mengepal kuat. Rasa amarah yang selama bertahun-tahun terpendam kini seakan melesak keluar. Entah mungkin, mencari alasan ataupun pembenaran atas kasus kecelakaan Jeni, tetap saja, menurutku keluarga Jeni berhak mendapat penjelasan dari Kania, karena ia adalah orang terakhir yang ditemuinya sebelum kecelakaan maut itu terjadi."Kau ingin tahu?""Baiklah, akan kukatakan. Kesalahan adikmu itu adalah karena ia memiliki semua hal yang tidak kumiliki. Hidup adikmu itu terlalu sempurna untukku, apa alasan itu sudah cukup membuatmu puas, Mas?" Jawab Kania enteng dengan mata membulat besar.***Apa yang baru saja Kania katakan? Hidup Jeni terlihat sempurna baginya? "Sungguh, aku hampir tak ingin mempercayai dengan apa yang baru saja kudengar. Benarkah itu? Jika itu benar alasannya, berarti selama itu Kania menyimpan rasa iri dan dengkinya terhadap Jeni? Apakah karena merasa kehidupan Jeni jauh lebih baik darinya, hingga ia bisa bertindak sejahat itu? Bagiku hal ini s
Read more
Bab 84
Dok ... Dok ...!Terdengar seperti suara pintu diketuk, untuk beberapa saat aku dan Mbak Lisa akhirnya tahu, suara itu seperti seseorang mengetuk di salah satu kamar. Tak lama kudengar suara samar seseorang memanggil namaku."Alina."Aku dan Mbak Lisa saling menatap satu sama lain. Tanpa banyak bertanya segera saja kubalikkan badan. Mencari asal suara tersebut."Alina, apa itu kau?"***Langkah kakiku terdengar berdetap, dengan pandangan fokus kedepan, tak lama suara ketukan pintu terdengar kembali, disusul dengan suara seseorang yang memanggil namaku.Suara itu terdengar kembali berulang kali, aku menajamkan telingaku, Suara itu masih terdengar samar, persis seperti suara Mas Bayu, mungkinkah ia berada di kamar itu?Aku kembali menoleh menatap Mbak Lisa yang mengiring dibelakangku, seakan meminta jawabannya untuk lebih meyakinkan diri jika suara yang tadi terdengar adalah benar suara Mas Bayu, suamiku.Mata Mbak Lisa mengedip, seakan mengerti jika aku sedang meminta pendapatnya saat
Read more
Bab 85
"Siapa kau, kania?"kania melempar senyum sinis padaku, membuatku mendelik tajam padanya. tak kusangka wanita ini masih berani memanggil mas bayu bahkan dihadapanku. tak lama kulihat ia nekat melepas pegangan tangan mas bayu lalu menarik lengannya."kau tidak akan pergi kemanapun, mas. lagipula mau pergi kemana kau? bukankah semalam kau sudah berjanji akan menikah denganku." ucap kania dengan wajah memerah.***"A-apa yang baru saja kau katakan, Kania?""Kau bilang, Mas Bayu berjanji akan menikahimu?"Dadaku kembali bergemuruh mendengar ucapan kania. menikah? rasanya, aku tak salah dengar. aku yakin ia baru saja mengucapkan kata itu.Benarkah mas bayu berjanji menikahinya? aku yakin kania tidak mungkin salah bicara hanya untuk membuatku kesal. seketika aku menoleh dan memandang mas bayu dengan penuh tanya. melihat raut wajahku yang tak bersahabat, mas bayu mencoba menjelaskan semuanya padaku. "ini tak seperti kau bayangkan. jangan percaya apa yang dikatakannya, alina!" usai mengatak
Read more
Bab 86
"Apa maksud ucapan Kania?" Batinku mulai gelisah.Perkataan Kania sontak membuatku refleks melepaskan genggaman tangan Mas Bayu. Aku memandang Mas Bayu tajam. Kepercayaanku padanya yang tadi begitu sempurna entah mengapa mendadak menguap. Beberapa pertanyaan berkecamuk di dalam kepalaku. Mungkinkah semalam mereka berdua sudah menghabiskan waktu bersama? "Jelaskan padaku sekarang, mas. Apa maksud perkataan Kania tadi?"****"Alina!"Panggilan Mas Bayu sontak membuatku membuang muka, kebohongan apa lagi yang ingin disampaikannya sekarang. "Alina, kumohon jangan dengarkan semua ucapan Kania, itu tidak benar, aku tidak pernah mengatakan hal seperti itu apalagi berjanji akan menikahinya," Mas Bayu berusaha menjelaskan padaku. matanya menatapku dalam, seakan memohon padaku."Entahlah, mas. Aku tak tahu apakah saat ini kau sedang bicara jujur atau berbohong padaku," keluhku."Percayalah, aku tak akan mungkin mengkhianati kepercayaanmu." Ucapan Mas Bayu membuatku menunduk. Pikiran dan hati
Read more
Bab 87
"Apa yang baru saja kau katakan, Kania. Apa serendah itu dirimu, hingga bertindak seperti seorang pelacur murahan!" Nada suara Bu Delia terdengar bergetar.Kania diam, ia masih meringis sambil memegang pipinya yang memerah. Mata itu mendelik tajam pada Bu Delia. Seakan tak bisa menerima perkataan ibunya."Jawab mama, Kania! Mengapa sampai kau berbuat nekat seperti ini. Apa kau sadar bahwa ini semua salah?"****Bu Delia memandang murka pada putrinya, kemarahannya sangat jelas terlihat begitu juga dengan kekecewaan. Aku merasa mungkin ia tak menyangka jika putri kebanggaannya bisa melakukan hal serendah itu.Kania bungkam, ia masih meringis menahan perih sambil memegang pipinya yang memerah. Mata itu mendelik tajam pada Bu Delia. Seakan tak bisa menerima tudingan ibunya.Aku, Mas Bayu, Mbak Lisa, dan Mas Reyhan masih terlihat memusatkan perhatian pada ibu dan anak itu. Sepertinya tak ada seorang pun dari kami yang akan menyela pembicaraan mereka berdua karena itu diluar kewenangan.Waj
Read more
Bab 88
Kania terisak. Mata itu memerah. Mungkin ini pertama kalinya ia mencurahkan semua isi hatinya selama ini pada ibunya. Untuk pertama kalinya ia mengatakan keinginannya. Aku, Mbak Lisa, Mas Bayu dan Mas Reyhan hanya bisa melihat saja. Sedang Keysa terlihat masih nampak shock dan tak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami untuk menyela pembicaraan mereka berdua. Raut wajah Kania yang kecewa karena perlakuan dan sikap ibunya masih terpampang Jelas. Membuatku merasa iba mendengar ceritanya.***Kania meringis, wajahnya kini tampak sayu dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menggigit bibir bawahnya. Sikapnya terlihat tidak nyaman saat menceritakan luka lama yang tersimpan dalam hatinya itu.Beberapa saat berlalu dalam kebungkaman. Aku melirik Mas Bayu yang kini fokus memandang Kania. Entah apa yang dipikirkannya saat ini, karena sepertinya ia nampak begitu tertarik dengan kisah masa lalu Kania.Kania memejamkan matanya sejenak, angin lembut
Read more
Bab 89
Bu Delia berusaha membujuk putrinya. Tatapan matanya sendu dan penuh harap nampak ketika ia menatap putri sulungnya itu. Ironi memang, disaat banyak yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang dengan alasan kebutuhan keluarga. Tenyata ada yang lebih penting dari itu. Kasih sayang, cinta, dan kehangatan sebuah keluarga.Mata Kania masih mendelik tajam, tak lama kemudian ia terkekeh. Untuk sesaat aku merasa ada yang janggal, seperti ada sesuatu yang ia pikirkan, entahlah seperti ada sesuatu yang ia rencanakan dalam kepalanya. Tak lama, ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku belakang celana jeans yang dipakainya dan secepat kilat menusukkannya pada seseorang yang berada sisi kanannya.***Shoot!Pisau itu menusuk tepat di bagian perut Mas Bayu. Setelah menusuknya, Kania langsung mencabut kembali pisaunya. Sekilas aku melihat salah satu bibirnya terangkat dengan mata yang nampak begitu berbinar. Seakan puas dengan apa yang baru saja dilakukannya.Kejadian itu berlangsung san
Read more
Bab 90
PoV. Kania.Aku melihat mereka menggotong tubuh Mas Bayu yang berlumuran darah, membawanya masuk ke dalam mobil. Mata Alina mendelik penuh kemarahan padaku, Namun, tak begitu kupedulikan. Aku meringis masih merasakan sakit di lenganku yang memerah akibat cengkeraman kuat tangan Mas Reyhan. Melihat Mas Bayu yang terkapar membuatku puas. Ada rasa kemenangan di dalam dadaku melihatnya. Setidaknya dengan begini, Mas Bayu tak akan menjadi milik Alina. aku tak akan pernah bisa melihat wanita lain ada di sisi Mas Bayu.Aku gila.mungkin benar. Akan lebih baik melihatnya mati saja daripada melihatnya tersenyum dan tertawa bersama wanita lain, membuat hatiku terasa sakit jika mengingatnya. Cinta dan kecemburuan ini akhirnya menarikku dalam kegelapan yang tak berujung."Apa yang sudah kau lakukan, Kania. Mengapa harus bertindak nekat seperti ini, nak?" Tanya mama begitu ia menghampiriku lalu menarikku dalam dekapannya."Sudahlah ma, aku sudah lelah. tolong jangan bersikap ingin menghakimiku."
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status