All Chapters of Wanita Yang Dicintai Suamiku: Chapter 101 - Chapter 110
169 Chapters
Bab 101
Aku mengambil ponselku yang sejak tadi kuabaikan. Nampak banyak sekali notifikasi yang masuk. Satu persatu ku baca pesan yang masuk, salah satunya pesan WA dari Mas Reyhan.[Alina, apa aku bisa bicara denganmu?]***Deg.Entah mengapa jantungku tiba-tiba berdegup kencang, dari kalimat yang dalam pesannya, Mas Reyhan mengisyaratkan sesuatu hal penting yang ingin dibicarakan denganku. Apakah ini berkaitan dengan lamarannya padaku?"Meski beberapa pertanyaan melintas di benakku, kucoba untuk berprasangka baik. Segera saja ku ketik balasan pesannya. Malam semakin larut, aku melirik Diyara yang mulai tertidur, kelihatannya ia cukup kelelahan. Ku matikan lampu kamar hanya tinggal menyisakan satu lampu saja yang masih menyala. Aku meletakkan ponselku di atas nakas, lalu mengganti chanel televisi, mencari acara menarik yang bisa kunikmati. Beberapa saat kemudian, terdengar ponselku berdering dengan nama Mas Reyhan tertera di layar.Apakah begitu penting hal yang ingin dibicarakan denganku,
Read more
Bab 102
Rasa penasaran masih ada dalam benakku. Sosok Aisyah yang dikatakan Erika benar-benar mengacaukan pikiranku. Sudah kuputuskan untuk segera menanyakannya pada Mas Reyhan. Semoga saja, ini bukan suatu alasan untuk menghalangi hubungan kami, hubungan yang baru beberapa jam lalu terjalin.***Jam Tujuh malam akhirnya kami tiba kembali di rumah, lampu rumah terlihat menyala, kelihatannya Mbak Sita sudah pulang kerumah. Aku memang memberikan duplikat kunci rumah padanya sebelum ia pulang, karena khawatir ia akan kembali lebih dulu daripada kami.Begitu mendengar suara mobil. Mbak Sita bergegas keluar, dan membukakan pagar, melihat penampilannya yang sedikit berbeda membuatku pangling melihatnya. Ia memotong rambut panjang sepinggang miliknya menjadi sebatas bahu, terlihat lebih segar dan cantik.Aku mengeluarkan semua barang dari mobil, dan memintanya untuk membawanya masuk ke dalam rumah, nampak Diyara yang terbangun dari tidur, bergegas mengulurkan tangannya untuk masuk ke dalam gendonga
Read more
Bab 103
Aku kembali menatap kantong keresek hitam itu dengan penuh tanya, pikiranku kini dipenuhi prasangka. Mungkinkah ada seseorang yang begitu tidak menyukaiku selama ini. Tapi siapa?"Siapa yang sengaja ingin menerorku seperti ini?" Batinku mulai bertanya****Kejadian semalam membuat tidurku tak begitu pulas. Aku bermimpi buruk. Dalam mimpiku semalam, nampak ada seseorang yang hendak mendorongku ke dalam jurang, ketika hendak menoleh, mencari tahu wajah pelakunya. Mendadak kulihat wajah Mas Reyhan berdiri diam tak jauh dari tempatku berada.Orang bilang mimpi adalah bunga tidur. Mungkin ungkapan itu tidak sepenuhnya salah. Tapi, ada perasaan aneh yang kurasakan ketika mengingat mimpi itu kembali. Semoga bukan suara pertanda buruk atau bahaya, karena trauma atas tragedi Kania masih membekas dalam diriku.Aku masih menyisir rambutku, seperti biasa, pagi pagi aku akan ke ruko, mengecek beberapa laporan. Ruko itu sebenarnya adalah kantor milikku. Tempat dimana semua kegiatan bisnis kosmetikk
Read more
Bab 104
"Bu, apa kau kenal seorang wanita bernama Erika?"Pertanyaanku sontak membuat mereka berdua menyipitkan mata padaku, senyum yang selalu menghiasi wajah Bu Maryam menghilang dan berganti dengan rahang wajahnya yang mengeras.***"Erika?" "Darimana kau tahu nama itu? Apa kau mengenalnya?" Tanya Bu Maryam, manik matanya masih fokus menatapku.Aku menggeleng pelan." Tidak.""Aku tak sengaja bertemu dengannya di sebuah hotel di Bandung. Sewaktu aku dan Diyara pergi untuk berlibur kesana minggu lalu," Jawabku."Siapa dia, bu? Apakah wanita itu masih ada hubungan keluarga dengan kalian? Karena wanita itu bilang jika dia mengenal keluarga ibu," Aku kembali bertanya hati-hati."Bisa dibilang begitu, Alina. Kerabat jauh." Mas Reyhan menjawabnya."Apa dia mengganggumu?" Tanya Bu Maryam kembali.Aku kembali menggeleng," tidak, kami hanya berkenalan saja. Tepatnya ia yang mengenaliku dan mengajakku berkenalan lebih dulu.""Begitukah?" Mata Bu Maryam kembali menyipit menatapku "Iya, kami hanya be
Read more
Bab 105
"Wanita akan bersikap berbeda jika mencintai seseorang, mas. Rasanya aku mulai bisa mengerti mengapa Kania begitu terobsesi pada Mas Bayu dulu." Aku mencibir."Bolehkah aku bertanya satu hal saja padamu, Mas?" "Apapun itu, Alina." Sahutnya cepat"Apa kau masih mencintainya?"***Raut wajah Mas Reyhan nampak berubah, helaan nafasnya terdengar berat. Aku sudah menduganya jika ia tidak nyaman membicarakan hal ini. Hanya saja rasa penasaran membawaku untuk mengetahuinya.Sesekali ia menunduk lalu memalingkan wajahnya dariku, entahlah, mungkin ingin mencoba menutupi perasaannya saat ini. "Maaf mas, aku tak bermaksud untuk mengorek masa lalumu atau ...""Aku bisa mengerti, Alina." Ia memotong perkataanku.Mas Reyhan diam, nampak seperti sedang mengumpulkan kata-kata untuk menjelaskannya padaku, aku masih bergeming, menunggu ia bicara."Aku menunggu penjelasanmu," ujarku memberanikan diri menatapnya.Kali ini Mas Reyhan tersenyum. Entah apa makna dibalik senyuman itu karena aku merasa ada
Read more
Bab 106
Kembali ponselku berdering, kupelankan laju mobilku untuk melihat siapa yang menelpon. Nama Mbak Sita tertera dilayar, ada apa pengasuhnya Diyara menelpon, karena tak biasanya mengubungiku.Segera saja aku menepi dan berhenti sejenak menerima panggilan teleponnya, suara cemas Mbak Sita terdengar, membuatku sedikit panik."Bu, tolong cepat pulang, Diyara ...""Ada apa dengan Diyara Mbak?"***"Ada apa dengan Diyara Mbak?" Aku menyela ucapannya cepat."Badannya tiba tiba panas. Sudah saya kasih obat penurun panas tapi panasnya tidak turun. Ibu cepat pulang, saya takut bu," suaranya terdengar begitu cemas."Lima belas menit lagi aku akan tiba dirumah, siapkan semua keperluan Diyara, begitu aku sampai kita segera kerumah sakit" pintaku."Baik bu."Aku menutup teleponnya dan berusaha untuk tenang, ini pertama kalinya Mbak Sita sepanik ini. Ku putar kembali kemudi mobilku, menekan pedal gas, berharap segera tiba dirumah. Sepanjang perjalanan ke rumah, Pikiranku tidak fokus, rasanya ingin
Read more
Bab 107
Kami bicara tak begitu jauh dari pintu masuk IGD. Entah mengapa rasanya ada yang aneh, tapi aku tak tahu apa itu. Hanya saja ada perkataannya yang begitu mengganjal di dalam benakku.Pintu ruang IGD tiba tiba berderit. Seraut wajah menyembul begitu pintunya terbuka sempurna. Sosok pria kini tengah berdiri di hadapan kami, menatap Erika dengan tajam."Erika, kau disini?" Tanya Mas Reyhan dengan raut wajah terkejut.***"Mas Reyhan?!" Wanita itu balas menyapa, tak kalah terkejutnya.Aku menyeringai, sesuatu yang mengganjal di hati yang kurasakan sedari tadi seolah terjawab sudah. Jika dugaanku benar, mengapa ia melakukannya? Aku sungguh tak mengerti apa maksud dan tujuan wanita ini sebenarnya."Ada apa kesini? Apa ada anggota keluargamu yang sakit?" Mas Reyhan bertanya sambil melirik padaku.Erika menggeleng," tidak, mama dan papa, baik baik saja. Aku kesini karena menjenguk teman."Jawab Erika kemudian melangkah ke sisi kanan Mas Reyhan. Tanpa rasa canggung, wanita itu langsung memegan
Read more
Bab 108
Mas Reyhan diam, menungguku bicara. Kuhela nafas panjang, kuberanikan diri untuk menanyakannya langsung padanya, menanyakan tentang masa lalunya, karena aku sangat yakin jika si pengirim kiriman misterius masih ada kaitan dengannya.Kurasa ini waktu yang tepat untuk menanyakannya. "Mas, bisakah aku mengetahui bagaimana hubunganmu dan Aisyah berakhir?***Mas Reyhan memandangku tanpa berkedip. Seakan pertanyaanku begitu melukainya. Sesaat, aku merasa jika dirinya mengetahui apa yang ada dalam pikiranku saat ini. Aku tahu, rasanya tak sopan untuk mengorek masa lalu seseorang. Hanya saja, aku merasa teror kiriman misterius itu ada hubungannya dengan masa lalu Mas Reyhan.Pengakuan tak sadar yang di ungkapkan oleh Erika tadi, semakin menyadarkanku akan hal itu. Karena, sebelumnya tidak pernah ada yang mengirim sesuatu yang aneh kerumahku, sampai aku mengenal wanita itu.Mungkinkah dugaanku ini benar? "Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui, Alina?" Tanya Mas Reyhan membuyarkan lamunanku.
Read more
Bab 109
Lagi, sebuah panggilan telepon tanpa nama membuat pikiranku seketika mengingat kiriman misterius itu, ada rasa ingin mengabaikan panggilan ini, tetapi rasa penasaran akhirnya mengalahkannya, tanganku kini bergerak menggeser tombol hijau dilayar."Assalamualaikum, halo?" Aku menyapanya lebih dulu.****Tak terdengar balasan dari lawan bicaraku, hingga tiga kali aku menyapanya, seseorang di sana tetap diam."Siapa ini?" Tanyaku untuk yang terakhir kalinya."Batalkan pernikahanmu!" Suara berat seseorang menjawabnya. Suara yang sengaja disamarkan, tak jelas apakah suara laki laki atau perempuan."Apa maksudmu?" Aku balas bertanya."Turuti saja, jika kau ingin hidupmu tenang."Klik.Sambungan telepon terputus. Aku menghela nafas panjang, entah apa kali ini maksud si peneror itu. Mbak Sita melirik dengan tatapan tanya, aku memaksa diri untuk tersenyum agar ia tidak khawatir. Bagaimanapun aku juga harus memastikan pengasuh anakku itu merasa aman berada di rumahku. Aku tak ingin karena teror
Read more
Bab 110
Yah, Inilah wanita, kadang tak tahu mengapa, tiba tiba menyimpan kecemburuan yang besar pada wanita lain yang pernah singgah dihati pasangannya.Mas Reyhan diam sejenak begitu mendengarnya. Tak lama, ia tersenyum."Sepertinya trauma masa lalumu belum hilang. Alina. Baiklah, setelah selesai urusan di butik, aku akan mengajakmu bertemu dengannya." Ucapnya menyerah mengikuti keinginanku.****Pov. ReyhanWajah Alina tampak begitu bersemu ketika aku memujinya, Gaun pengantin berwarna putih pucat berbahan Lace dibagian depan itu sangat cocok di tubuhnya.Sejak pertemuan pertama, aku sudah merasa dia sosok wanita yang berbeda. Awalnya, aku mengira senyumannya yang begitu mirip dengan Alm, Jeni. Adik perempuanku, yang membuatku langsung menyukainya, ternyata aku salah. Alina begitu serupa dengan Aisyah.Beberapa kemiripan mereka kadang membuatku merasa seperti melihat Aisyah, hanya saja, Alina lebih sedikit terbuka daripada Aisyah yang begitu pendiam dan tertutup.Tampak wanitaku itu sangat
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status