All Chapters of Wanita Yang Dicintai Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70
169 Chapters
Bab 61
"Sayang, Jangan nakal sama Mbak ya, mama." pesanku pada Diyara.Gadis kecilku itu mengangguk lalu mulai berlari menggapai sebuah kotak yang berisi mainan anak yang dibelikan Bu Maryam untuknya. Tak butuh waktu lama, Diyara sudah asyik dengan rubik ditangannya."Maaf Mas Bayu, jika aku mengganggu waktu keluargamu. Aku terpaksa meminta bantuan pada Alina untuk membujuk ibuku agar mau pergi kerumah sakit." Ucap Mas Reyhan yang tak sengaja terdengar olehku.***"Tidak apa mas. Justru akulah yang seharusnya berterima kasih, karena Bu Maryam sudah begitu baik pada Alina dan Diyara."" ... Alina sudah menceritakan semuanya padaku tentang kebaikan Mas Reyhan dan ibu," Jawab Mas Bayu.Aku hanya mengulas senyum saat mendengar percakapan mereka berdua. Aku senang melihat mereka berdua bicara. Untuk saat ini aku memang tidak memberitahu perasaan Mas Reyhan pada Mas Bayu. Aku tak tahu keputusan ini benar atau tidak. Kulakukan ini semata mata hanya untuk menjaga peras
Read more
Bab 62
"Ah, iya. Aku ingat. Pria yang menemuiku dikantor waktu itu," ucap Mas Bayu pelan."Untuk apa kau mengajaknya bicara, Alina?" Tanya Mas Reyhan."Aku sengaja menemuinya dan mengajaknya bicara, aku memintanya menceritakan sebuah kejadian di hari pertunangannya dengan Kania. Kejadian sebelum akhirnya Jeni meninggal dalam kecelakaan maut itu," ungkap ku.***Mas Reyhan menghela nafas panjang, lalu berdecak kesal. Ada raut tak nyaman terlihat dari wajahnya. Wajar saja karena membicarakan hal ini sama saja seperti mengorek luka lama yang belum kering.Mas Bayu menatapku dengan penuh tanya. Aku yakin ia tak menduga jika aku bisa mengenal pria itu. Aku menunduk sebentar mencoba mengingat isi pembicaraan kami waktu itu."Apa yang dikatakan pria itu padamu, Alina?" Tanya Mas Reyhan."Ia bilang ..." Aku mulai menceritakan kembali semua yang sampaikan Pak Arif padaku kala itu, termasuk pesan yang disampaikannya padaku mengenai Kania.Kedua lelaki ini mendeng
Read more
Bab 63
Seorang perawat mengetuk pintu lalu meminta izin untuk mengganti botol infus yang sudah hampir kosong, aku memperhatikan pekerjaannya, tangannya cukup cekatan melepas botol infus itu dan menggantinya dengan yang baru. Tak lama ia menyuntikkan sesuatu ke botol infusnya. Langkah kaki terdengar mendekat, yang akhirnya membuatku menoleh, tampak disana, Bi Imas datang sambil membawa sebuah tas dan sebuah rantang berisi makanan."Maaf, Bu. Mas Reyhan baru sempat jemput bibi, jadinya baru bisa datang," sesalnya.****"Tak apa, makanya aku malas dirawat di rumah sakit. Pasti akan merepotkan bibi," keluh Bu Maryam.Aku menggeleng cepat," tidak seperti itu, bu. Kami semua sayang sama ibu. Kami hanya ingin ibu sembuh. Begitu kan bi?" Aku langsung memandang Bi Imas."I-iya ... Mbak Alina benar," ucapnya terbata."Apa ini, bi?" Tunjukku pada rantang plastik yang dipegangnya."Oh ini, masakan kesukaan ibu." ucapnya sambil mengulum senyum."Apa itu opor ay
Read more
Bab 64
Ting.Ponselku bergetar, sepertinya ada pesan yang masuk. Namun, kuabaikan karena aku masih fokus bicara dengan Mbak Sita, pengasuh anakku.[Bu, sepertinya ada kurir ingin mengantar barang didepan,] Suara Mbak Sita kembali terdengar, entah mengapa tubuhku seketika menggigil. Tuhan, jangan sampai terjadi hal buruk dirumahku. Lindungilah anakku.***PoV. BayuPonselku tiba tiba berdering saat rapat ini tengah berlangsung, pandangan mata sang pemimpin rapat membeliak lebar padaku, karena dering ponselku yang menginterupsi ucapannya dirapat bulanan ini, membuatku terpaksa mengukir seringai tipis di wajah.Rapat internal divisi ini adalah rapat penting yang mewajibkanku harus hadir dan menyimak. Untunglah, rapat ini sudah hampir selesai, hingga membuatku memiliki keberanian meminta izin untuk meninggalkan ruangan ini lebih dulu.Aku berjalan dan memilih berdiri disalah satu sudut kantor ini. Mungkin Alina yang menelpon, karena tadi pagi ia bilang aka
Read more
Bab 65
Aku suka mas ..."Wajahnya semakin dekat padaku, salah satu tangannya kini merangkul leherku. Hingga sebuah dorongan, akhirnya membuat bibirnya mendarat tepat dibibirku.Sadar dengan apa yang baru saja dilakukannya, dengan cepat aku melepaskan cengkramanku dari lengannya. Refleks, aku langsung mendorong tubuhnya, hingga jatuh tersungkur."Kau benar benar sakit, Kania. Kau gila." Aku mengusap bibirku kasar."Bagaimana rasanya ciumanku, mas? Panas atau membuatmu bergairah?" Ucapnya dengan senyum yang terlihat mengerikan itu.***"Tutup mulutmu, Kania." Hardikku"Jika kau menikahiku, aku bisa memberikan yang lebih dari ciuman tadi. Apa kau tidak tertarik menghabiskan malam malam penuh gairah bersamaku, mas?" Godanya sambil memainkan dan menjilati jari telunjuknya.Drrtttt ....Ponselku berbunyi, segera saja aku merogoh saku celanaku, mengambil benda pipih itu dari sana.Tangan Kania dengan cepat merebutnya dari ku. Wajahnya tersenyum sumring
Read more
Bab 66
PoV Bayu.Tut ... Tut ....Terdengar bunyi panggilan telepon tersambung. Membuatku terpaksa menghentikan langkah. Ia sengaja kembali mengaktifkan pengeras suara ponselnya, agar aku juga ikut mendengar pembicaraannya.[Halo, Bu Kania][Cepat bawa wanita itu, ketempat yang kuminta. Sekarang.][Baik Bu, perintahmu akan dilaksanakan, ibu tenang saja semua pekerjaan akan rapi][Aku percaya pada kalian. Ingat, jangan sampai menimbulkan kegaduhan. Atau aku tidak akan membayar kalian]Wajah Kania yang tersenyum kini menatapku. Senyum yang terlihat mengerikan, tak lama kudengar ia bicara. "Pilihannya ada di tanganmu, mas. Ikut aku atau kubawa istrimu."***PoV. Bayu"Sial!" Umpatku dalam hati.Aku bergegas mengambil ponselku yang dilemparnya tadi, sayang, layar ponsel ini retak parah. Dan juga mati. Kucoba menyalakan kembali. Meski akhirnya masih bisa menyala, namun baterainya sudah hampir habis.Kucoba menelpon Alina. Syukurlah, pang
Read more
Bab 67
Kuputuskan untuk bertolak kembali ke kamar Bu Maryam. Untuk kesekian kalinya aku mengecek ponselku. Ada perasaan lega dihati ketika tak ada lagi panggilan dari nomor telepon itu.Begitu kembali tiba dikamar Bu Maryam, aku lebih banyak diam. Meski kecemasanku sedikit demi sedikit mulai menghilang, tetap saja sikapku yang diam akhirnya membuatnya curiga."Apa terjadi sesuatu, Alina? Wajahmu sedikit tegang dan pucat, nak."Bu Maryam memandang padaku dengan tatapan menyelidik. Ya tuhan, aku memang tak pandai berbohong. Tapi, haruskah aku menceritakan tentang ancaman Kania padaku?****"Kau ada masalah, nak?" tanya Bu Maryam.Aku menelan salivaku, ada rasa ingin menceritakannya, tapi, disisi lain aku takut membuatnya emosi dan kembali terkenang akan putrinya jika aku menyebut nama Kania dihadapannya dan mengatakan apa yang terjadi padaku saat ini. Kuputuskan untuk diam saja, tak menceritakannya pada beliau soal ancaman ini. Namun tiba-tiba ponselku kembali be
Read more
Bab 68
Kemana kiranya wanita itu membawa pergi Mas Bayu?"Oh ya Bu, Mobilnya Pak Bayu masih ada di parkiran. Ia sempat berpesan jika nanti istrinya yang akan mengambilnya, sebentar saya akan ambil kuncinya dulu," Ucapnya."Apa yang kaulakukan, Mas? Mengapa kau memilih mengikuti keinginan Kania?" Lirihku pelan.****Pikiranku kalut dan tak menentu. Mengapa disaat kami ingin memperbaiki rumah tangga ini kembali. Wanita itu harus kembali mengusik ketenangan kami."Ini bu, kunci mobilnya Pak Bayu." Pak Satpam itu menyerahkan kunci mobil Mas Bayu kepadaku."Terima kasih, pak. Malam ini tolong titip mobilnya dulu disini. Insya Allah besok pagi akan kuambil. Aku bawa motor soalnya," ucapku."Baik Bu. Jangan khawatir. Aman."Aku mengangguk. Ku angsurkan sebuah lembaran merah padanya. Dengan menunduk malu, ia pun menerimanya."Terima kasih, bu."Aku hanya mengangguk pelan. Tubuhku lunglai, sejenak kuputuskan untuk duduk di dekat pagar ini. Mencoba menena
Read more
Bab 69
[Maaf jadi merepotkan Mas Adi dan Mbak Lisa. Tapi, aku butuh bantuan untuk mencari Mas Bayu.][Ini kewajibanku, Alina. Sebisa mungkin jangan lakukan apapun dulu sebelum Mbakmu datang. Mas tak ingin kau bertindak gegabah. Ingat, Kania itu wanita yang sangat licik. Mas yakin jika saat ini kau masih diawasi olehnya.]Mas Adi berkata benar. Aku sampai tak terpikirkan hal kecil seperti itu. Jika Mas Bayu saja sampai menyerah dan menuruti keinginannya. Berarti ancaman Kania berhubungan dengan keselamatanku dan Diyara.[Iya, mas. Terima kasih]Klik. Telepon terputus.***Aku memandang layar ponselku. Setidaknya perasaanku kini sedikit lega karena Mas Adi sudah mengetahui masalahku. Kuusap wajahku kasar. Masih berharap jika semua ini hanyalah mimpi.Aku menoleh saat kudengar suara langkah kaki mendekat. Tampak Mbak Sita yang datang menghampiriku."Kau sudah makan, mbak?" Tanyaku mengkhawatirkannya.Ia mengangguk, lalu duduk di dekatku."Ibu sendi
Read more
Bab 70
Aku melangkah meninggalkan ruang HRD ini. Kuhela nafas panjang karena akhirnya semua pekerjaaanku hari ini bisa terselesaikan dengan baik.Ponselku berdering. Mbak Lisa mengabariku jika ia sudah dalam perjalanan menuju rumahku. Tak lupa ia juga memberikan semangat untukku. Agar aku bisa kuat melewati semua ini.Kuputar kemudi mobil ini, tujuanku kini adalah pergi ke sebuah tempat dimana aku bisa mencari informasi tentang Kania. Sebuah tempat di mana Kania menghabiskan masa kecilnya. Sebuah tempat dimana orang orang terdekatnya berada. Tempat itu adalah rumahnya. Rumah keluarga Kania****PoV. Reyhan."Bu Alina sudah pergi pagi pagi sekali tadi, mas, Beliau tidak bilang mau kemana." jawab Mbak Sita, saat aku bertanya tentang Alina lewat sambungan telepon.Pagi ini mama memintaku untuk mengecek keadaan Alina. Pengakuan Alina kepada Mama kemarin bahwa dirinya diancam seseorang membuat mama mengkhawatirkannya. Bagi Mama, Alina sudah seperti putrinya sendiri,
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status