Semua Bab TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU: Bab 11 - Bab 20
123 Bab
11. Disini
Alana menggenggam erat seminar kit dan tas bawaannya. Langkahnya masih terasa berat, apalagi ketika harus kembali masuk kedalam ruangan sesak yang telah menguras otaknya dua hari kemarin. Dia menghela nafas kasar dan menatap sekeliling, berusaha mengumpulkan kembali energi dan semangatnya setelah melewati aneka sesi focus group discussion dan serentetan acara lainnya. Perlahan senyuman cantiknya terpancar, ini adalah hari yang paling dia tunggu-tunggu.Tak seperti dua hari sebelumnya yang menghabiskan masing- masing sepuluh jam full di dalam ruangan untuk terus berpikir kritis, rundown hari ini jelas berbeda. Setelah memastikan kembali rundown yang dibagikan, Alana bisa bernafas sedikit lega. Hanya tersisa seminar motivasi dan upacara penutupan yang totalnya kurang lebih hanya dihelat selama lima jam. Ia mengembangkan senyumannya makin lebar, setelah ini dia bisa berlibur.Mempertahankan senyumnya kala menyapa beberapa panitia dan peserta lokakarya yang sudah
Baca selengkapnya
12. Arkasa 'Flirty' Pradipta
Satu tangan Arkasa menarik pinggang Alana untuk merapatkan tubuh keduanya, sementara tangan sebelahnya meraih gelas kaca ditangan wanita itu dan meletakkannya kembali di nakas. Setelah itu, tangannya kembali membuai pipi halus Alana tanpa melepaskan tautan mata keduanya sejak tadi. "M-mas?" Terbata namun tak juga bisa melepaskan diri. Tangannya mengatung di udara sementara mata cantiknya mengelana seakan memindai ruangan—kemana saja asalkan menghindari tatapan panas milik Arkasa. "Tiga hari tanpa kontak, kamu gak kangen saya?"  Bertanya lagi seolah tak puas akan respon Alana sebelumnya yang justru mengalihkan percakapan. Perlahan tapi pasti, Arkasa mulai menunjukkan sosok dominannya yang tak mau diabaikan ataupun dibantah.Tapi satu yang membuat wanita pemilik hazel gelap itu heran, sejak kapan Arkasa jadi begini,sih? Alana berusaha bersikap sebiasa mungkin, seolah tak terpengaruh akan tindakan Arkasa. Meskipun sebena
Baca selengkapnya
13. Tugas Negara
"Mau kemana?"Wangi segar yang menyeruak mampu mengusik lelapnya Alana yang akhirnya berusaha membuka matanya. Gadis itu menggeliat dan mengusap wajahnya pelan,  pandangannya perlahan makin jelas dan langsung terarah pada laki-laki yang tengah menyemprotkan parfum mahalnya di pergelangan tangan. Lelaki itu mengenakan pakaian casual,  rambutnya pun masih setengah basah.  Wajahnya nampak segar karena sepertinya sudah lebih dulu menyapa air dingin. "Nanti malam kita akan menghadiri undangan pesta pembukaan perusahaan baru milik rekan bisnis ayah. Beliau yang mengutus kita untuk hadir kesana," Arkasa kini menyibak rambut basahnya kebelakang. Netra elang itu pada akhirnya berlabuh pada Alana yang masih menggulung dirinya dalam selimut persis kepompong. Jelas gadis itu masih setengah sadar, wajahnya nampak clueless dan hanya berdehem pelan sebagai sebuah tanggapan.  Arkasa menahan senyum, Alana mode pagi seperti ini tentu nampak men
Baca selengkapnya
14. Perkara Dress Alana
Satu-satunya poin menyebalkan yang Alana sesali adalah tidak mempertimbangkan kembali pasal kaitan dressnya yang ternyata sulit digapai. Wajah cantiknya yang telah dipoles glam makeup  merengut kesal.   Harusnya dia sudah siap sejak beberapa waktu lalu, namun ternyata waktunya harus tersita karena sulit baginya untuk mengaitkannya sendiri. Malas mendebat dan tak mau ambil pusing. Ternyata Adara dan mertuanya telah merekomendasikannya sebuah dress yang mereka anggap cocok. Adara jelas tahu seperti apa selera Alana tentang pakaian dan dress yang dipilihnya memang sangat masuk kualifikasi.  Terlihat cantik dan elegan dengan warna hitam yang tak terlalu ramai.  Benar-benar sesuai selera Alana. Saat fitting tadi dia dibantu oleh staf butik, bodohnya ia justru menganggapnya enteng. Sekarang ini lengan Alana hampir kram rasanya karena beberapa menit mencoba dan hampir salah urat.  Ketukan pintu kamar mandi mulai terdengar, jelas A
Baca selengkapnya
15. Diluar Dugaan
"Alana?" Rasanya bak bumi berhenti berputar pada porosnya. Seakan semuanya senyap dan waktu ikut membeku. Hanya ada dirinya dan senyuman setan yang terarah jelas kepadanya. Detak jantungnya serasa makin cepat, ia mengeratkan pegangannya pada tas tangan yang masih berada dalam genggaman. Alana mundur dua langkah ketika laki-laki dengan rambut sedikit panjang berjalan menghampirinya. "Lama tak bertemu, sayang?" Panggilan sialan yang dia dengar lagi setelah lewat hampir lima tahun tak bersua dengan sosok dihadapannya. "Tak kusangka kita bertemu disini. Takdir memang luar biasa," lelaki dengan setelan gelap itu nampak menarik senyum culas miliknya makin lebar. Basa-basi memuakkan yang sebenarnya sama sekali tak ingin Alana tanggapi. Namun mendengar kata takdir dibelakang kalimat si lelaki membuat Alana jadi gemas. Menguasai kembali dirinya, memberi tenaga untuk bersidekap dan melampirkan resting bitch face andalannya.  "Sejak kapan i
Baca selengkapnya
16. Praduga
"Si bodoh sialan itu?" Menjauhkan ponselnya dari telinga kala suara melengking Adara memekik rungunya. Alana mengusap pelan telinganya sebelum kembali menempelkan ponsel disana. "Aku tahu kamu kesal, tapi tolong jangan rusak pendengaranku dengan teriakanmu itu," sarkas Alana. Gadis itu berdiri di tepian balkon kamar hotel sembari menikmati suasana malam Kota Manhattan yang cukup ramai. Terdengar dengusan kasar diseberang telepon, "serius deh, Al! Dari sekian banyak tempat, kenapa kalian harus bertemu lagi di Manhattan, sih? Laki- laki gila itu membuntutimu atau apa?" Alana bersikap seolah cuek saja, dia memperhatikan kuku- kuku di jemarinya sembari memeriksa apakah ada cat yang terkelupas atau masih baik seluruhnya. "Sepertinya dia bersama sugar mommy-nya itu. Kamu tidak lupa kan kalau Saddam menikahi wanita kaya berusia 40 tahunan yang merupakan pebisnis besar?" ujar Alana. Memang benar Saddam menikahi seorang wanita kaya raya yang berusia lumayan jauh
Baca selengkapnya
17. Makan Malam Panas
Alana menganga memandang tak percaya kearah Arkasa yang kini menampilkan wajah menyebalkan. Ketika Arkasa mengeluarkan senyuman miring dan alisnya ikut naik turun, saat itulah Alana meradang. Bagaimana seorang tuan muda Arkasa Dean Pradipta yang terhormat menuduhnya seperti itu?? Masalahnya adalah, kaitan dressnya memang terasa lebih mudah saat dilepas. Dia hanya perlu menarik sedikit dari bagian atas lalu mengeluarkan lengan dan pundaknya lebih dulu, setelah itu dia bisa membalik dress dan menurunkannya kearah kaki. Itu jelas berbeda dengan cara memasangnya. Mau dia jelaskan seperti apa pun, Arkasa tak akan pernah paham kecuali mencobanya sendiri. Bisa dia pahami, Arkasa kan tidak pernah memakai dress, jadi wajar kalau tidak mengerti perasaan itu. Tapi bisa- bisanya dia menuduh Alana tengah berusaha menggodanya? Memang dia pikir Alana wanita macam apa? "Kalaupun menggodaku juga bukan masalah, sih. Toh kita suami istri yang sah," Arkasa se
Baca selengkapnya
18. Skinship
Pendingin ruangan pun masih belum mampu menyejukkan ruangan yang terlanjur memanas akibat tautan dari dua insan yang masih saling menatap dalam. Arkasa masih menekuk sebelah tangannya—menopang  agar bobot tubuhnya tak menimpa Alana sepenuhnya. Sementara sebelah tangannya masih menahan dua tangan kurus sang gadis diatas kepala. Tanpa diduga, Alana justru melayangkan satu kecupan kecil singkat di ranum Arkasa yang menganggur. Kejadian itu terlalu cepat, bahkan Arkasa yang berusaha memastikan bahwa semuanya ada dibawah kendali pun merasa kecolongan. Tak ada lagi cengiran ataupun racauan khas Alana, yang Arkasa lihat hanyalah netra sayu dan rona merah di kulit putih Alana telah mengacaukan fokusnya. Lelaki itu tak berkedip, kini menatap penuh minat dan balas melancarkan serangan pada ranum sang gadis yang terbuka. Keduanya berbagi pagutan, kian dalam bahkan hingga perlahan Arkasa melepaskan kedua tangan Alana yang tadi dia bawa diatas kepala. Tangan sang gadis pe
Baca selengkapnya
19. Hari Kencan
Sibuk berlari diatas treadmill dengan kecepatan sedang, lengan ikut mengayun seirama. Sepasang earpods menutupi dari bisingnya dunia luar sementara pandangan mata elang itu masih fokus kedepan. Sebenarnya tak seratus persen fokus seperti biasanya. Arkasa Dean Pradipta hanya mencoba mengalihkan pikirannya dari distraksi luar biasa yang benar-benar mengganggunya sejak semalam. Setelah mandi kemarin, laki-laki itu bahkan tak bisa tidur dengan pulas. Terus menyibukkan diri dengan justru membuka kembali risetnya dan melanjutkan pekerjaannya. Dirinya baru sempat tertidur sekitar pukul 4 pagi dan akhirnya bangun kembali pukul setengah tujuh. Dia ingin menyucikan pikirannya dengan cara berusaha produktif. Tapi bayang-bayang manis bibir dan sentuhan hangat Alana terus berputar dalam kepalanya. Arkasa setengah meringis namun terkadang justru senyam-senyum tak jelas. Sungguh dia merasa konyol seperti menjadi remaja puber yang dipenuhi hormon gila. Bagaim
Baca selengkapnya
20. Curahan Arkasa
Memang benar bahwa waktu adalah hal paling berharga yang tak boleh disia-siakan. Rasanya baru sebentar berada di The Oculus, berkunjung ke museum, dan lanjut mengisi perut di restoran terdekat. Namun sekarang ini langit gelap telah menyapa dua insan berbeda gender yang tengah berjalan kaki menyusuri jalanan malam Manhattan. Seharian bersama Arkasa menguak banyak sisi baru dari lelaki itu yang tak banyak dia ketahui sebelumnya. Alana tak sadar bahwa orang seperti Arkasa sebenarnya punya banyak kesamaan dengannya terutama dalam selera arsitektur, bacaan, dan bahkan suasana favorit. Seperti sekarang ini, keduanya sama- sama tersesat dalam pekatnya malam. Taman ini mungkin akan sangat ramai pada siang hari, namun pada malam hari jadi cukup sepi. Hanya ada beberapa orang yang sempat berpapasan dengan mereka—itupun sibuk dengan aktivitas masing-masing, tentunya. Langkah keduanya beriringan, perlahan dan pasti namun tanpa ada pembicaraan apapun yang menggaun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status