Semua Bab Malaikat Maut Sang Pelakor : Bab 21 - Bab 30
45 Bab
Siapa Pahlawan yang Menolong Ranti?
Dengan berat, Ranti membuka matanya yang terasa perih.Dia berusaha menarik napasnya yang sesak, namun dadanya terasa sakit, seperti ditimpa oleh batu besar hingga membuatnya terengah-engah dan sulit bernapas.Setelah menarik napas dalam secara perlahan, dia merasa lebih baik.Matanya memandang berkeliling, mencoba memahami apa yang terjadi dan di mana dia berada saat ini.Dia merasa sebuah tangan dingin sedang menggenggam jemari tangannya.Kesadarannya mulai pulih, melirik ke sisi kanan, ternyata ibunya yang sedang menggenggam tangannya dengan erat.Bu Diah duduk di sisi pembaringan, tubuhnya membungkuk lelah dan kepalanya diletakkan di tempat tidur. Wajahnya yang mulai keriput menghadap ke arah putrinya yang terbaring di atas tempat tidur.Ranti menatapnya dengan haru. Dia mulai teringat kejadian yang dialaminya sebelum terbangun di kamar yang dia yakini sebagai kamar rumah sakit. Semua kejadian itu terekam ulang dengan jelas dalam ingatannya.Lalu, siapa yang telah membawanya ke ru
Baca selengkapnya
Siapakah Sang Penolong?
Inspektur Andika terdiam sesaat seraya menatap tajam ke manik mata Ranti, membuat wajah wanita cantik itu memucat dan tertunduk seketika."Mereka bilang, ada yang datang dan menghajar mereka sebelum polisi tiba di lokasi," jawab Andika singkat.Tentu saja, dia seorang polisi, seharusnya dia lah yang meminta keterangan."Berarti bayangan yang datang itu buka polisi," gumam Ranti seolah bicara pada dirinya sendiri. Sang Inspektur yang berwajah tampan namun tegas itu langsung menatapnya dengan tajam, penuh tanya."Apakah Ibu Ranti sempat melihat siapa yang datang?" tanya Andika segera."Saya hanya melihat sekilas bayangan hitam yang langsung menghantam orang yang memukul dan menendang saya sebelumnya. Setelah itu, semuanya menjadi gelap," jawab Ranti dengan pandangan menerawang, mencoba mengumpulkan memorinya."Apa Ibu tidak mengenalnya sama sekali?" tanya Andika lagi, menegaskan."Maaf, Pak! Saya benar-benar tidak ingat apapun setelah itu. Sepertinya orang itu berpakaian hitam-hitam, ka
Baca selengkapnya
Siapa Korban Berikutnya
"Ada korban pembunuhan lagi, ciri-cirinya sama dengan korban-korban sebelumnya," jawab Letnan Yusa dengan nada kelam.Andika mendesah."Sampaikan pada Letnan Ardi, saya akan langsung menuju tempat kejadian, kirim lokasinya sekarang!" perintah Andika sambil melangkah keluar ruangan dan mengajak beberapa anggota lain untuk menuju lokasi pembunuhan yang dikirimkan oleh Letnan Ardi."Aa! Letnan Yusa, lanjutkan memeriksa ponsel Vira, barangkali kita menemukan petunjuk!" perintahnya sebelum menghilang di balik pintu."Siap!" jawab Yuda meskipun tahu bahwa Sang Komandan mungkin sudah menjauh dan tak lagi mendengar ucapannya.Dia kembali menekuni dan memcoba memeriksa ponsel Vira."Pasti ini!" Dengan wajah tegang, Yusa meneliti setiap detail yang ditampilkan di layar handphone itu.Pada aplikasi pesan seluler menampilkan pesan ancaman dari nomor tak dikenal kala itu. Letnan Yusa langsung menghubungkan Ponsel tersebut ke dalam laptopnya.Yusa mencoba memanggil nomor yang tertera pada layar ter
Baca selengkapnya
Benarkah Ayah Malaikat Mautnya?
Narendra terlonjak dari duduknya dan menatap Ranti, hampir tak percaya."Jadi, dengan kata lain ... korbannya adalah ... Istri baru Ayah?" tanya Pemuda tampan berkulit coklat itu, seakan tak percaya."Bisa jadi_," jawab Ranti ragu."Maksud Kakak?" Narendra belum paham."Sebab yang kudengar tadi, korbannya adalah wanita muda. Apa mungkin Ayah mempunyai istri yang masih muda?" Ranti mencoba berpikir logis."Huh!" Narendra mendengus kesal,"Buaya, tetap aja buaya! Nggak akan mungkin jadi cicak!" rutuknya lagi.Tentu saja Ranti mengerti maksud ucapan adik satu-satunya itu. Dia mengangguk setuju."Apa perlu kita cari tau informasinya?" tanya Ranti sedikit ragu sambil menatap lekat wajah Narendra."Buat apa? Hanya akan menyakiti hati Ibu!" jawabnya ketus."Tapi dia tetap ayah kita, Rend. Meskipun kita menolak, darah tetap lebih kental." Ranti meraih tangan adiknya dan menepuk-nepuk punggung tangannya."Terserah Kakak aja! Aku malas ikut campur!" gumam Narendra pelan, hatinya sama sekali belu
Baca selengkapnya
Andika yang Mengejutkan
"Ibu jangan dengarkan gosip yang nggak jelas. Nanti malah mengganggu kesehatan Ibu sendiri," ucap Ranti lembut sambil merangkul bahu Bu Diah dengan tangan kanan dan menggendong Aira di kiri."Ibu lihat berita di Televisi," jawab ibunya terdengar pasrah. Ranti jelas tahu, meskipun telah bercerai dan diperlakukan tidak adil oleh mantan suaminya, namun dalam hati ibunya masih mengharapkan hal yang baik untuk ayah dari anak-anaknya itu."Memangnya, ada berita apa di televisi, Bu?" tanya Ranti dengan nada penasaran. Namun, dia tak ingin putri kecilnya mendengar ucapan orang dewasa. Akhirnya, dia meminta adiknya untuk membawa Aira bermain."Aira, Sayang. Masuk dulu, gih, sama Om. Nanti Mama susul!" perintahnya dengan halus sambil mencium kedua pipi gembil gadis kecil itu yang langsung mengangguk."Safira, istri barunya ditemukan tewas di rumahnya, ciri-cirinya hampir sama dengan korban pembunuhan Malaikat Maut sebelumnya," terang Bu Diah setelah Aira masuk ke dalam rumah. Sementara dia dan
Baca selengkapnya
Perjalanan
"Apa, Pak? Coba tolong diulang!" ucap Ranti dengan mimik yang minta penjelasan.Andika tidak langsung memberi jawaban. Dia mengencangkan Sabuk pengaman dan meminta Ranti melakukan hal yang sama dengan isyarat jari tangannya.Ranti pun mengikuti instruksi dari Andika dan mengenakan sabuk pengamannya."Bukankah kamu sendiri yang bilang untuk tidak menimbulkan kehebohan saat kita mencari ayahmu?" Andika balik bertanya saat mereka mulai melaju membelah jalan raya."Tentu saja, lalu?" Ranti makin tak mengerti. Dia menatap Andika dari samping dengan kening berkerut."Hemmm, ganteng juga," bisik hatinya konyol."Menurut kamu, apa pendapat orang kampung kalau melihat lelaki dan perempuan datang bersama?" Kembali Andika mengajukan pertanyaan.Ranti mengangguk mengerti."Okay! Saya mengerti, Pak," jawab Ranti mengulas senyum manis, membuat jantung Andika mulai berdetak tak normal."Ngomong pakai bahasa non formal aja, setidaknya untuk misi ini," pinta Andika membuat Ranti kembali tersenyum."Ba
Baca selengkapnya
polisi kembali kecolongan, kondisi Vira memburuk.
Di Rumah Sakit Polisi terjadi kegemparan, karena Vira yang dikabarkan telah siuman, ternyata ditemukan dalam keadaan sekarat oleh perawat yang hendak memeriksanya. Yang membuat terkejut adalah kondisi kritisnya bukan tanpa sebab, tapi ada yang telah melepaskan selang oksigen dan infusnya.Dokter dan perawat pun segera berlarian menuju kamar rawat Vira saat mengetahui hal itu."Bagaimana mungkin ada yang bisa masuk tanpa diketahui polisi, bukankah kamar ini sudah dijaga ketat!" seru Dokter Lingga yang bertugas merawat Vira. Dia segera memasang kembali infus dan oksigen yang terlepas. Namun, kondisi Vira menjadi kritis lagi, bahkan lebih buruk dari kondisi sebelumnya."Pasti ada yang berhasil masuk ke sini, harus segera diselidiki. Cepat periksa CCTV!" perintah Letnan Ardi pada beberapa anak buahnya.Dia belum ingin menghubungi Inspektur Andika sampai dia menyelidiki siapa pelakunya."Gawat! Bisa-bisa Komandan marah besar karena kejadian ini. Pasti ada di antara yang bertugas di sini ya
Baca selengkapnya
Dalam kegelapan malam
Letnan Ardi seketika menatap layar monitor dengan mata menyipit.Memperhatikan dengan teliti apa yang sedang di-zoom oleh anak buahnya,Bagian leher perawat itu. Dia masih kurang paham apa yang sedang ingin ditunjukkan oleh Lettu Brama, tapi seketika dia berteriak bersamaan dengan teriakan Lettu Brama."Jakun_!" seru mereka serempak."Sial! Kenapa kita bisa kecolongan seperti ini. Pasti orang yang memakai Hoodie itu yang menyamar menjadi perawat dan masuk ke ruangan Vira!" seru Letnan Ardi sambil menghentakkan jari tangan kanannya ke meja hingga mengeluarkan suara yang cukup keras. Wajahnya membeku karena kekesalan yang memguasai dirinya."Bagaimana mungkin seorang pria bisa masuk ke dalam toilet wanita dan bahkan merebut pakaian perawat? Ini tidak mungkin, kan! Kecuali_," Letnan Ardi dan Lettu Brama saling memandang dengan penuh arti. Lettu Brama segera memutar kembali rekaman CCTV dengan diperlambat hingga selesai di hari itu.Anehnya, orang yang mengenakan hoodie dan rok pendek it
Baca selengkapnya
Maukah kamu membantu memecahkan misteri?
Mendengar teriakannya, spontan Ranti memnuka matanya dengan kaget. Hampir dia terlonjak saat menyadari ada ular kecil berwarna hitam yang mulai merayap di atas pangkuannya."Ssttt!" Andika langsung mengangkat telunjuknya ke bibir saat melihat Ranti akan membuka mulutnya dan berteriak.Gadis itu seketika menutup mulut dengan tangan kanannya. Dia juga menahan napasnya sekuat tenaga agar tidak menimbulkan gerakan sedikitpun.Andika memperhatikan arah gerakan ular berbisa itu. Kalau dilihat dari warna dan bentuk kepalanya yang menyerupai sendok, dapat diduga bahwa ular tersebut dari kenis cobra kecil.Wajah Ranti memucat saat ular itu merayap melalui celana jeans dan menuju pangkuannya. Dia sangat ketakutan, hingga tak berani menggerakkan tangan yang ada di pangkuan dan mulai dirayapi tubuh ular yang licin dan baginya sangat menjijikkan.Saat ular itu mulai membelakangi posisi Andika, secepat kilat dia menyambar kepalanya dan mendekapnya dengan erat agar tidak bisa menyemburkan bisa racun
Baca selengkapnya
Pertemuan Dangan Ayah
Spontan Ranti membulatkan matanya yang memang sudah bulat dengan tatapan bingung."Hahaha_!" Dia terbahak sambil menatap aneh ke arah Andika yang juga sedang menatap tepat ke manik matanya, seperti mencari sesuatu dari sorot mata gadis itu."Kenapa tertawa? Aku sedang bicara serius," ucap Andika dengan mimik wajah yang serius dan kurang suka dengan nada tertawa Ranti.Gadis itupun segera menghentikan kekehannya."Aku tidak bersedia menjadi partner kamu menumpas Malaikat Maut Pelakor itu, Pak Inspektur Andika!" jawab Ranti dengan nada tegas dan penuh tekanan."Kenapa? Takut_?" tanya Andika dengan pertanyaan yang menggantung."Saya punya tugas lain yang lebih penting dari sekedar membantu Bapak!" jawab Ranti dengan santai sambil memutar pinggangnya yang terasa pegal."Apa?" tanya Andika penasaran."Mencari nafkah buat keluarga saya, Pak," Masih dengan santai gadis itu menjawab seraya mengambil ponsel dari dalam tasnya karena merasakan ada getaran."Halo_!" sapanya setelah menekan tombol
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status