All Chapters of Malaikat Maut Sang Pelakor : Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
Kembali ke Kota
Ranti segera menjatuhkan pandangan, menatap sepatu sneaker yang membungkus kedua kakinya.Ada perasaan enggan saat bersitatap dengan mata orang yang berstatus ayah tapi berpuluh tahun menelantarkan dia dan adiknya."Baik!" sungut Pak Surya, tak lagi bisa mengelak."Kalau Bapak kooperatif, saya akan membiarkan bapak berjalan dan masuk mobil tanpa diborgol. Tapi, kalau Bapak berusaha mempersulit kami ... maka kami akan bertindak tegas!" ucap Andika dengan nada ancaman.Pak Surya meluruhkan pandangan dan hanya bisa mengangguk. Dia juga tidak ingin menjadi tontonan warga sekitar. Biar bagaimanapun, dia hanya tamu yang menumpang di rumah teman."Apa saya boleh berpamitan dulu pada tuan rumah. Khawatir mereka akan bertanya-tanya kalau saya pergi begitu saja," ucap Pak Surya kepada Andika dengan tatapan memohon."Baik, saya antar Bapak ke dalam!" jawab Andika dengan tegas. Ranti hanya bisa meluruhkan pandangan dengan perasaan yang rumit.Pak Surya pun melangkah masuk diiringi oleh Andika. Di
Read more
Jabatan yang Mulai Terancam
Di sebuah rumah di sudut Kota Yamon, nampak ramai oleh warga yang sedang berkerumun seperti penasaran dengan sesuatu.Padahal, garis polisi yang berwarna kuning telah terpasang dengan kokoh. Namun, tetap saja ada warga yang nekad ingin menerobos masuk dan melihat secara jelas apa yang terjadi di dalam rumah yang cukup mewah itu.Polisi tampak berjaga dengan ketat di sekitar rumah dan mengusir para warga yang tetap nekad tersebut.Letnan Ardi yang memimpin pihak berwajib nampak sedang memeriksa setiap ruangan yang ada dalam rumah tersebut. Di salah satu sudut ruangan nampak tergeletak sesosok mayat perempuan cantik yang masih muda, usianya kidaran 23 tahun. Tubuhnya terlihat membiru dengan mata yang melotot, terlihat sangat ketakutan dan kehabisan napas sebelum meregang nyawa. Di tangan kanannya masih memegang sebuah pisau lipat kecil. Sementara di dahinya terlihat meradang dan bengkak, seperti bekas benturan keras ke tembok."Cepat buat garis polisi dan pindahkan jenazah korban ke kan
Read more
Dua Orang Bertopeng
"Selamat siang, Pak Andika!" sapa seorang perwira polisi berpangkat AKP telah menunggu Inspektur Andika dalam ruang kantornya."Siap! Selamat siang, Pak AKP Hendrawan!" jawab Andika tegas sambil memberi hormat ala-ala polisi.Polisi yang disebutkan namanya itu tersenyum ramah. Dia merupakan teman seangkatan Andika saat menempuh pendidikan di kepolisian."Hahaha ... Apa kabar kawan? Jangan terlalu sungkan, aku datang sebagai teman!" ucap AKP Hendrawan lunak. Nampaknya, dia ingin membuat suasana lebih nyaman. Dia memang setingkat di atas Andika dalam kepolisian. Baru tiga bulan ini dia menjabat seorang AKP."Wah! Tidak berani saya, Pak! Bisa kena tegur nanti saya. Oh, ya! Apa kabar keluarga di rumah?" balas tanya Andika. Saat pendidikan dulu, mereka memang cukup dekat, bisa dibilang senasib sepenanggungan. "Bersyukur, istri dan anakku sehat. Kamu ... kapan bawa calon untuk dinikahi?" tanya AKP Hendrawan."Dalam proses, tunggu saja undangannya!" jawab Andika santai yang disambut senyum
Read more
Target Berikutnya
Novita merebahkan tubuh indahnya dengan malas di sofa panjang. Terasa empuk dan lembut menyentuh punggungnya yang ramping.Wajah cantiknya terlihat sedikit kesal, tapi tetap memancarkan aura cantik yang alami. Kulit wajahnya begitu bersinar. Gadis cantik itu menarik napas beberapa kali untuk membuat rileks otaknya yang sedang ruwet.Bagaimana tidak! Hari ini dia sudah berdandan secantik mungkin sejak pagi karena Samuel berjanji akan mengajaknya jalan-jalan, mumpung hari libur.Tapi, setelah dua jam menunggu tanpa ada kepastian, bahkan kabar dari Sam pun tidak ada."Lihat aja, sepuluh menit lagi nggak ada kabar, aku akan telepon kamu!" gumam gadis itu dengan nada jengkel.Bibirnya menyunggingkan senyum sinis dan sedikit licik.Samuel sudah menjadi kekasihnya sejak setahun terakhir, bahkan laki-laki itu sudah berjanji untuk menikahinya tahun ini. Tapi sayang, ternyata Samuel telah mempunyai seorang istri yang sedang hamil (gubrakk!).Awalnya, Novi (panggilan Novita) tidak tahu bahwa kek
Read more
Siapa Bayangan Hitam itu?
"Manusia-manusia tidak bermoral_!"Pergumulan keduanya terhenti saat tiba-tiba pintu kamar terdorong dari arah luar dan juga suara bentakan yang cukup mengganggu di antara desahan bibir keduanya.Dengan gugup Samuel menyudahi gerakannya dan melompat turun dari atas tubuh Novita. Tatapan kesal dan terkejut nampak jelas di matanya. Bagaimana tidak? Baru saja dia hendak menuntaskan hajatnya, tiba-tiba harus terputus negitu saja menyisakan rasa sakit. Dengan sembarang, dia meraih kain apa saja untuk menutupi tubuhnya dan Novita yang polos."Kurang ajar! Siapa yang berani menrobos masuk tanpa ijin?" teriaknya dengan berang.Sementara Novita berusaha memakai bajunya di bawah selimut dengan asal.Wajah cantiknya terlihat memerah kemudian memucat menahan malu dan emosi secara bersamaan. Seperti halnya sang lelaki, dia merasa tersiksa karena harus kehilangan momen paling nikmat dalam hubungan dengan kekasihnya."Siapa kamu! Berani sekali masuk rumah orang tanpa ijin!" bentak Novita saat melihat
Read more
Orang yang Berpakaian Hitam itu, siapa?
"Rend, jam berapa kamu pulang tadi?" tanya Ranti penasaran."Jam delapan, terus langsung tidur. Kenapa, Kak?" Narendra balik bertanya."Tadi kamu dengar nggak, ada yang buka pintu depan sebelum aku?" Ranti makin penasaran saja."Ya, nggak, Kak. Kak Ranti buka pintu aja aku nggak tahu," jawab Narendra dengan tatapan bingung."Ya, udah! Terusin aja tidur kamu! Kakak juga mau langsung istirahat," ucap Ranti sambil berlalu dari pintu kamar adiknya."Terus siapa yang barusan masuk?" gumam Ranti dengan kening berkerut. Dia pun segera masuk ke dalam kamarnya. Ternyata, Aira tidak ada di kamar, berarti tidur dengan neneknya, begitu pikirnya.Dia pun membuka laci rahasianya dan membolak-balik sepuluh lembar foto yang disimpannya."Masih ada lima target, tapi kenapa semua melenceng dari jalur?" monolog gadis itu, tanpa sadar tangannya yang memegang bolpoin menusuk - nusuk salah satu wajah dalam foto."Siapa sebenarnya yang melakukan ini semua? Seharusnya aku, tapi ...," Ranti menyimpan kembali
Read more
Jambret itu ...
"Bu, jadi gimana menurut Ibu?" tanya Ranti pada Ibunya melalui sambungan telepon."Ya, sudah! Kalau Pak Andika memang bilang seperti itu. Bawa ayahmu tinggal untuk sementara. Di sebelah dapur, kan masih kosong," jawab Bu Diah setelah berpikir beberapa saat.Ranti menarik napas lega, lalu mengalihkan pandangannya pada Polisi tampan yang ada di depannya.Andika yang sedang menatap wajahnya tanpa berkedip, terkejut dan merasa agak kikuk karena kepergok sedang memperhatikan gadis manis itu.Ranti juga langsung mengalihkan pandangan ke arah lain dengan jantung berdebar."Nhapain, sih, dia perhatiin aku sampai segitunya," pikir gadis itu."Kalau begitu, apa saya boleh bawa ayah saya sekarang, Pak?" tanya Ranti untuk menghilangkan kegugupannya."Oh, ya. Silakan," jawab Andika dan langsung menghubungi anak buahnya melalui aiphone,"Letnan Andi, tolong bawa Pak Surya ke sini! Keluarganya sudah menjemput!" perintahnya tanpa basa-basi."Siap, Pak!" Terdengar jawaban dari seberang telepon.Tak ber
Read more
Ayah yang Bersalah
Pak Surya menarik napas berat, kepalanya masih terdongak menatap wajah di balik topeng hitam yang menutupi jambret itu."Sekali lagi aku bilang, keluargamu menjadi taruhan atas setiap tindakanmu, pikirkan itu!" desis orang itu sambil mencampakkan kepala Pak Surya begitu saja hingga orangtua itu terhubung dan hampir jatuh. Mereka sama sekali tidak menyentuh Ranti yang masih tergugu di dekat sepeda motornya, pandangannya tak lepas dari ayahnya. "Ternyata dalam tas butut ini tak ada yang menarik. Nih, aku kembalikan!" teriak orang yang memegang tas Ranti dan merogoh isi tas itu. Dia langsung melemparkan tas kecil itu begitu saja ke atas rerumputan. Dalam sekejap, deru motor mereka yang memekakkan telinga sudah memecah kesunyian, meninggalkan raungan keras. Ranti menutup telinganya sambil melangkah dan memungut harta miliknya di atas rumput."Kalianlah yang terlalu bodoh. Kalau mau jambret orang lihat-lihat dulu dong! Sudah tahu miskin main jambret aja, cari yang pakai mobil mewah sana!"
Read more
Karena, Orang Itu Adalah ....
..Orang itu melangkah pergi sambil tersenyum miring."Assalamualaikum ...!" Terdengar suara salam di pintu depan rumah Ranti. Ternyata Narendra yang baru pulang, entah dari mana."Wa'alaikummussalam," jawab Bu Diah dan Ranti hampir bersamaan. Mereka menoleh sekilas ke arah pintu."Rend, di kamar belakang ada ayahmu," ucap Bu Diah singkat, memberitahu keberadaan Pak Surya."Biar saja, bukan urusan aku, Bu," jawab Rendra acuh, seakan tak peduli sama sekali."Jangan biarkan dia berlama-lama di sini, Kak! Lagipula apa maksudnya Andika itu menyuruh orang tua itu tinggal di sini!" sambung Narendra dengan sengit."Huss!" Ranti langsung mendelik ke arah adiknya. Narendra berlalu begitu saja, masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sementara wajah Bu Diah sekilas terlihat pias, dia menghela napas dengan berat."Maafkan Ibu, Rend. Andai dulu aku bisa membuat Mas Surya bertahan denganku, mungkin kamu nggak akan menanggung kebencian sebesar ini pada ayah kandungmu," bisiknya dalam hati.Akhirnya, wanita
Read more
Petunjuk Baru
"Orang itu siapa, Yah?" Ranti mengernyitkan kening, menunggu ayahnya melanjutkan penuturannya.Namun, tampaknya sulit untuk Pak Surya mengatakan apa yang dia ketahui."Dia ... Ayah juga tidak tahu!"Akhirnya, hanya ucapan itu yang terucap dari bibir tuanya. Lelaki paruh baya itu segera melangkah pergi menuju ruang dalam. Sekilas dia melirik ke arah kamar putranya, Narendra.Langkahnya terlihat gontai, seperti sedang ada yang dipikirkan, tatapan matanya begitu rumit.Krietttt!Tiba-tiba, pintu kamar Narendra terbuka dan muncul sosok tampan itu di depan pintu kamar."Bu, mau sampai kapan laki-laki itu di sini?" tanyanya dengan sinis.Matanya berkilat seperti pedang yang siap menebas punggung Pak Surya yang sempat menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar suara putranya."Rend, jangan seperti itu, Nak! Biar bagaimanapun dia tetap ayahmu ... sebenci apapun harus tetap menghormatinya," ucap Bu Diah dengan lembut. Jemarinya menepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat agar Narendra dud
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status