All Chapters of Karma pahit seorang pelakor: Chapter 11 - Chapter 20
117 Chapters
pilihan Tukiman
"Saya memilih hukum adat dijalankan! Saya lebih baik mati dari pada harus mengakui kesalahan yang tidak pernah saya lakukan!"Jawab Tukiman dengan lantang. "Heh Tukiman! Jadi kamu mau bilang kalau anak saya berbohong? Rela mempertaruhkan harga dirinya untuk sebuah omong kosong? Bahkan paklekmu sendiri yang menjadi saksi saja kamu masih mengelak?! Jawab Mak siyem yang tak terima dengan keputusan Tukiman. Hatinya mulai gusar.  "Tapi saya memang tidak melakukan apapun Mak, kenapa mbak Sumini tega melakukan semua ini kepada saya? Bukankah istriku itu adalah sahabatmu? Apa salah kami mbak?" "Justru aku yang seharusnya bertanya kepada sampean, kenapa sampean tega melakukan semua ini kepada saya, sampean nodai saya, lalu tidak mengakui perbuatan itu, dan melimpahkan kesalahan kepada saya, seolah-olah semua ini hanya relayasa. Apa untungnya buat saya dengan melakukan semua ini?"Sumini menjawab
Read more
Pertenrangan batin
Saat tersadar, tubuhnya sudah ada ditepi sungai, dengan banyak orang yang mengelilinginya. Terdengar ucapan syukur dari mereka saat matanya mulai terbuka. Suara saling berbisik terdengan saling bersahutan. Ternyata dia masih hidup, padahal dia sudah tak berharap akan keselamatanya saat itu, ataukah Tuhan memang punya rencana lain dengan hidupnya?  "Untung le, kamu selamat. Tadi waktu saya lagi Memet nyari ikan, saya melihat tubuhmu terseret arus."Jelas salah satu warga yang mengelilinginya. "Matursuwun pak." "Rumahmu mana le? biar dianterkan saja, tubuhmu masih sangat lemah untuk pulang sendiri. Apa mau istirahat dulu dirumah bapak? kebetulan rumah saya tidak jauh dari sini." Tukiman menolak dengan halus. Dia merasa raganya baik-baik saja, namun jiwanyalah yang justru sedang hancur-hancurnya. Tukiman menyebutkan alamat rumahnya setelah terus didesak warga untuk seg
Read more
Berusaha egois
 Ada perasaan bahagia, namun juga sedih yang membayangi Sumini.Bahagia karena sebentar lagi dia akan menikah dengan lelaki yang dia inginkan, sebentar lagi dia akan memiliki status baru. Akhirnya, akan ada sosok lelaki dalam keluarganya. Namun Sumini juga sedih, karena lelaki yang dia cintai, tidak menginginkan pernikahan ini.  "Westalah nduk, tresno iku jalaran Soko kulino. Kalau saat ini Tukiman tidak mencintaimu, benih-benih cinta itu akan tumbuh dengan seiring berjalanya waktu!" "Tapi, bagaimana dengan Menik Mak?" "Mikirin kok orang lain, apa kamu cukup selamanya hanya berteman dengan Menik? Nangis terus tiap kali melihat kemesraan mereka? Justru karena kalian sudah dekat, akan mudah bagi Menik untuk menerima kamu, sudahlah tidak perlu memikirkan hal itu, yang paling penting sekarang sandang pangan mu akan terjamin dengan menikahi Tukiman, bagaimanapun kelak dia harus adil! Sebantar lagi status sosia
Read more
Pernikahan Sumini
Akhirnya, hari besar itu datang juga.Acara akan dilakukan dirumah pihak laki-laki. Semua ini permintaan Menik, karena sesuai janjinya, dia sendiri yang akan menyiapkan pernikahan untuk sahabat dan suaminya itu. Menik mempersiapkan semua ini dengan sebaik mungkin, walaupun dengan hati hancur. Menik hanya berusaha untuk menerima ini sebagai takdir tuhan. Memang sudah jalannya untuk seperti ini.  Rumahpun dia pilih untuk didekorasi dengan hiasan yang meriah, bahkan Menik sendiri jugalah yang menyiapkan baju untuk suaminya, Tukiman.Dia belikan kemeja dan jas terbaik untuk dikenakan hari ini, seolah ini adalah pernikahan yang memang sudah direncanakan dengan matang. Seolah pernikahan ini adalah pernikahan yang diharapkan. Semua aneka makanan yang terbilang mewah juga sudah tersedia dimeja.  Menik tidak ingin mempermalukan keluarga mereka dengan tampilan dan suguhan yang apa adanya, karena Dimata masyarakat, k
Read more
Janji Tukiman
Acara sudah selesai, Sumini dan ibunya juga sudah diantar pulang. Menik berjalan memasuki kamar AStutik, dia ingin berganti baju sekaligus istirahat disana. Hari ini, dia sungguh merasa sangat lelah, bukan hanya badannya, namun juga hati dan fikirannya. Setegar apapun dia dimata orang lain, seolah ribuan belati menyayat hatinya ketika suaminya mengucap ijab kabuk untuk perempuan lain.  Malam ini menik akan tidur dikamar anak perempuannya itu, namun baru saja dia hendak memejamkan mata, terdengar pintu kamar yang terbuka.  "Dek, kenapa malah tidur disini? Seharian kamu belum sempat makan, aku dan anak-anak sudah menunggu kamu dari tadi dimeja makan. Ayo kita makan dulu, aku nggak mau kamu sakit." "Aku belum lapar mas" "jangan seperti itu. Kamu belum makan, bagaimana mungkin tidak lapar?" "Perempuan mana mas, yang bisa makan dengan lahap setelah melihat suaminya mengucapkan ijab kabul u
Read more
Ambisi Sumini 1
Semula, Sumini memang tidak ada niatan untuk menyakiti Menik. Dia hanya meminta sedikit kebahagiaan dari sahabatnya itu.Semula, dia memang tidak berniat untuk merebut Tukiman dari Menik. Selama ini, Menik sudah memiliki hampir semua yang diinginkan oleh seorang wanita, wajah yang cantik, kulit yang putih bersih, anak-anak yang pintar, harta yang melimpah, disegani masyarakat, juga keluarga yang terpandang.Lalu, salahkah dia bila meminta sedikit saja kebahagiaan itu? Rasanya begitu tamak jika Menik ingin menikmati semua itu sendiri. Bukankah didunia ini tidak ada yang sempurna? Sejak kecil, Sumini hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Tempat tinggalnya pun tak tentu, seringkali berpindah karena tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Sejak kecil, Sumini sudah harus bekerja membantu ibunya agar tetap bisa makan untuk hari esok. Bahkan Sumini tidak tahu bagaimana rasanya bermain dengan kawan seusianya. Tidak ada waktu untuk bersenang-senang, tidak
Read more
Ambisi Sumini 2
"Masak apa nik?" "Astagfirullah, mbak Sumi, kaget aku mbak. Masuk rumah kok nggak ada suaranya sih?" "Hehe...  iya maaf, habis kamu sibuk sampai gak denger aku masuk. Tadi sudah ketok-ketok malah nggak nyaut, yasudah aku langsung masuk saja." "Iya mbak, aku kesiangan bangun ini tadi, semalam nemenin Tutik belajar sampai larut malam, sekarang takut sarapannya gak keburu." "Aku bantuin ya, ini kopi buat bapaknya anak-anak ya? Sejak menikah, kami belum pernah makan dan berbincang, saling bertukar cerita dimeja makan, seperti suami istri pada umumnya Nik." Ucap Sumini lirih dengan senyum tipis penuh kehampaan, atau tepatnya bicara dengan diri sendiri. Mendengar penuturan Sumini, muncul rasa iba menyusup dihati Menik, atau justru lebih tepatnya rasa bersalah? Egoiskah dirinya?  Karena memang, bahkan setelah suaminya menikah lagi, pria itu tak pernah sekalipun
Read more
bibit dendam dihati Sumini
Setelah Tukiman dan Menik berunding, akhirnya dengan berat hati Tukiman mengijinkan Sumini tinggal dirumah itu untuk sementara waktu. Sebenarnya Menik pun juga masih ragu, akankah keputusanya ini sudah benar. Apakah hatinya sudah siap? Namun ketika mengingat Sumini yang mengiba, muncul pertentangan dalam hatinya. Antara tak tega dan juga tak rela. Batinnya berperang, satu menghakimi dirinya bahwa betapa egoisnya dia selama ini, satu lagi berkata bahwa dia sudah benar. Tidak ada kewajiban dirinya untuk terus mengalah. Namun akhirnya Menik mengijinkan Sumini untuk tinggal seatap dengannya. Menik berfikir bahwa dia tidak bisa selamanya sembunyi dari kenyataan. Apapun yang terjadi nanti, Menik sudah siap.  Sumini merasa senang, akhirnya keinginannya untuk tinggal dirumah itu bisa terwujud dengan mudah. Dia sangat tahu kelamahan Menik, dan Dia juga sangat tahu, Menik adalah kelemahan Tukiman. Tukiman akan menuruti apapun keinginan Menik,
Read more
Fitnah
"kamu kenapa to Yem, tak perhatikan dari tadi kok melamun saja?"Tanya nyai Saminah kepada mak Siyem. "Aku kepikiran sama Sumi nyi." "Kenapa Dia? Bukankah anak itu sekarang sudah bahagia tinggal sama suaminya?" "Justru itu nyi, sejak Sumi tinggal bersama Tukiman, Dia itu sering sekali  sakit, aku kok kawatir dia disakiti Menik, atau disuruh melakukan semua pekerjaan rumah sendiri? Mungkin Menik cemburu melihat kemesraan Sumini dengan Tukuman, sehingga ketika Tukiman pergi bekerja, Menik akan dengan leluass menyiksa badan dan batin Sumini." "Ah, aku kok sangsi, selama ini aku kenal Menik, anaknya baik kok, wong anak itu nggak tegaan. Nepuk nyamuk aja dia ndak tega, apalagi nyiksa manusia." "Loh, ya bisa saja Lo nyi, siapa tahu dia cemburu, melihat suaminya nempel terus sama Sumi? Sekarang, perempuan mana yang dengan suka rela dimadu sih nyi? Duh malah sekali nasib anakku satu-
Read more
Terusir
"Wanita ini harus diarak dan diusir dari desa ini, agar tidak menimbulkan bala untuk kita semua. Karena telah bersekutu dengan setan! Tega-teganya kamu berbuat seperti itu kepada anakku! Kalau kamu tidak suka Sumini tinggal disini, kenapa kamu tidak terus terang saja? Masih bagus Sumini tidak menuntut Tukiman untuk menceraikan kamu, tapi kamu malah setega itu dengan anakku! Dasar kamu ya, kelihatannya saja baik, kenyataannya jahat!"Ujar Mak Siyem dengan lantang. "Sabar dulu Mak, kita dengar dulu penjelasan mbak Menik." ujar salah satu warga menengahi. "Penjelasan apa lagi yang harus kita dengarkan? Semua sudah jelas, kalian semua yang ada disini juga menyaksikan sensiri dia ingin menyantet anakku karena cemburu! Ada media santet yang dia sembunyikan dikamarnya!" Mendengar ada keributan, warga yang lain pun banyak yang berdatangan. Mereka ingin melihat apa yang sedang terjadi. Penasaran, dan kebanyakan mereka hanya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status