All Chapters of Kenapa Bajuku Selalu Sama dengan Tetangga Baru? : Chapter 61 - Chapter 70
138 Chapters
61. Paranormal Cabul
Gadis berusia dua puluh tahun itu sudah dibutakan oleh cinta. Ia rela melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian dari Rian. Apalagi tetehnya sedang tidak ada di Bandung, maka kesempatan baginya semakin luas. Rian memang sedang keluar kota, tapi tawaran memikat Rian dari jarak jauh tentu sangat menggiurkan baginya. Dini pun semakin semangat menuntaskan pekerjaannya hari ini, sambil bolak-balik menatap jam di tangannya yang terus bergerak maju. Saat jam istirahat, Dini makan dengan banyak. Ia membeli makan di kantin kantor dan juga memesan satu gelas jus mangga. Ia harus kuat untuk menuntaskan pekerjaannya hari ini, disambung pekerjaan nanti malam memikat Rian. Sebelum naik kembali ke atas, Dini menyempatkan mencetak foto Rian kembali. Tentu saja ia tidak mencetaknya di dekat kantor, karena bisa saja menjadi bahan gosip jika ada yang menyadari wajah Rian. DestiJam berapa lo balik kerja? Dini tersenyum senang membaca pesan dari temannya. Jam lima, Des. Doakan gue gak dapat tugas
Read more
62. Video Tidur Bersama
Dini sampai di rumahnya pukul setengah satu malam. Bu Suci sampai menunggu di depan teras dengan begitu cemas. Ia mencoba menghubungi nomor ponsel Dini, tetapi tidak juga tersambung. Syukurlah sinar motor di depan pagar membuat Bu Suci bisa bernapas lega. Ia berlari untuk membukakan pagar. "Ya Allah, Nak, kamu darimana saja? Ini sudah jam setengah satu," tanya Bu Suci penuh kekhawatiran. Dini memasukkan motornya ke dalam rumah, lalu mematikan mesin motor itu. Bu Suci pun bergegas mengunci pagar kembali, kemudian menyusul Dini ke dalam rumah. "Hari ini hari paling rempong, MaUntunglah tidak ada begal di jalan tadi. Mama, Dini langsung mandi dulu ya. Badan Dini lengket." Bu Suci mengangguk kaku. Ia menutup pintu, lalu menguncinya. Memandang punggung Dini yang perlahan menghilang di balik pintu kamar mandi. Ponsel putrinya terus saja berdering. Tentu Bu Suci penasaran, siapa yang sibuk menelepon putrinya tengah malam seperti ini? Namun, jika ia mengangkat panggilan itu, putrinya bisa
Read more
63. Gairah yang Salah
"Loh, Ma, mana Pak Rian?" tanya Dini yang sudah tampil sangat cantik pagi ini. Ia sengaja buru-buru berdandan agar bisa melihat Rian pagi hari. Namun, kini bosnya itu sudah melesat pergi, tidak ada lagi wujudnya di rumah. "Dini, Ria sepertinya salah paham dan wajar sih jika salah paham." Bu Suci duduk tanpa semangat di kursi ruang tamu. "Ada apa emangnya, Ma?""Tadi Mama diminta Rian untuk menelepon Puspa. Ia khawatir karena Puspa ponselnya gak aktif. Chargernya ketinggalan di kamar. Jadi Mama diminta untuk video call.""Terus, apa yang jadi masalahnya?" Dini masih tidak mengerti. Bu Suci hanya menghela napas berat karena ada rasa kecewa juga dengan Puspa. Jika ia memberitahu Dini, apakah akan baik-baik saja? "Eh, itulah, intinya Rian kecewa karena teteh kamu gak buru-buru pulang.""Oh, gitu, mau balikan kali," timpal Dini. "Ya gak bisa, udah tinggal nunggu surat cerai. Udah sah ditalak juga kemarin itu. Kalau mau nikah lagi, salah satunya harus menikah dengan orang lain dulu. Adu
Read more
64. Tanda Merah
Rian mengantarkan Dini pulang ke rumah dengan mobilnya. Tentu saja hal itu membuat Bu Suci mereka heran karena sebelumnya Rian begitu anti dengan putri bungsunya. Sayang sekali, wanita paruh baya itu tidak memperhatikan jalan Dini yang sedikit mengangkang. Ia hanya heran kenapa wajah Dini amat pucat begitu turun dari mobil. "Ada apa ini, Rian? Kenapa Dini pulang sama kamu? Apa Dini bikin ulah lagi?" cecar Bu Suci dengan wajah penasaran. "Bukan, Ma, Dini hanya kurang sehat saja tadi di kantor. Kalau saya paksa pulang pakai motor, nanti pingsan di jalan bagaimana? Jadi saya yang antar," jawab Rian santai tanpa terkesan sedang membual. Dini melepas tangannya yang ada di pinggang Rian dengan malas. Sebenarnya ia masih ingin bermesraan dengan pria dewasa yang sekarang menjadi kekasihnya, tetapi ia juga harus sadar diri bahwa ia tidak bisa berjalan lama karena masih begitu sakit di bagian intimnya. "Ya sudah, kamu istirahat, saya mau pulang dulu. Mari, Ma, saya pamit." Bu Suci sekali la
Read more
65. Tergila-gila dengan Tubuh Dini
Puspa pulang dengan bus siang hari menuju menuju Bandung. Robi ia tinggal sebentar dan ia titipkan pada adik suaminya. Untunglah wanita itu mau dititipin Robi sampai lusa. Sampai Ramon keluar dari rumah sakit. Lusa, ia akan kembali menjemput Robi jika Ramon belum bisa mengantar putra mereka kembali ke Bandung. Ia harus segera bertemu Rian untuk menjelaskan semuanya. Terserah lelaki itu mau mendengar atau tidak, ia akan tetap menjelaskan kejadian sebenarnya pada Rian. Bu Suci bernapas lega saat melihat Puspa berada di depan pagar rumah dengan wajah jelas tidak baik-baik saja. "Akhirnya kamu pulang juga, Puspa," seru Bu Suci saat Puspa masuk ke pekarangan rumah. Wanita itu mencium punggung tangan mamanya tanpa semangat. "Robi masih saya tinggal di sana, Ma, karena Ramon mungkin baru lusa keluar rumah sakit," kata Puspa. "Kalau dituruti maunya Robi, mungkin saya kudu selamanya di dekat papanya, tapi saya gak bisa dan sudah gak minat juga. Saya gak mau merasa bersalah pada Rian. Ma,
Read more
66. Keluarga Rian
Dini memakai bajunya dengan cepat. Rambutnya pun ia sisir dengan sela jari tangan karena benar-benar berantakan karena ulah Rian. Pria itu pun sibuk menarik celana kerjanya dan juga risleting celana. Kemeja yang kusut ia ganti dengan kemeja yang tersimpan di dalam lemari. Ya, di dalam ruangan kerja Rian memang ada lemari kecil khusus untuk menggantung pakaian. "Pak, saya takut!" rengek Dini memasang wajah memelas. "Kenapa takut? Kamu diam saja di situ karena saat ini orang diluar sana tahunya kamu sedang saya tegur." Dini pun mengangguk paham. Dadanya berdebar saat Rian memutar anak kunci, lalu membuka pintu dengan kesal. "Oh, sekarang kakaknya, tadi adiknya yang bikin aku kesal. Dini, keluar dan jangan sampai kamu ulangi kesalahan itu lagi, jika masih ingin meneruskan PKL di sini!" Ucapan tegas Rian sembari menoleh ke dalam. Dengan kode kedipan mata, Dini pun bangun dari duduknya, berjalan menunduk keluar dari ruangan Rian. "Memangnya Dini salah apa? Kamu gak bisa menghukum Dini
Read more
67. Ke mana Rian?
Tiga hari berlalu sejak Puspa ke kantor. Gosip langsung merebak dengan cepat. Tentu saja Dini pun ikut terseret. Namun, gadis itu tidak mau ambil pusing karena yang penting baginya, Rian sudah menjadi miliknya dan tidak akan mungkin berpaling. Hanya saja, ini hari ketiga kekasihnya tidak ke kantor. Ia ingin sekali menelepon Rian, tetapi khawatir kekasihnya itu marah. #Pak, apa Bapak sakit? Kenapa tidak ke kantor sudah tiga hari?SendDini melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali melirik ponsel. Tanda ceklis abu-abu itu belum juga berganti warna. Ke mana Rian? Hingga siang, ia pun semakin resah. Pesannya tidak juga dibaca dan terakhir kekasihnya online jam sepuluh malam tadi. "Ada Pak Adi dan Bu Gina di bawah!" Seru Miska pada karyawan lainnya. Semua pun sibuk membenahi meja mereka. Bu Yusi dan Kardi; OB kantor pun secepat kilat membersihkan lantai kantor. "Ruangan Pak Rian, cepat!" Titah Miska pada Kardi. Pemuda itu pun berlari kencang untuk merapikan ruangan bosnya yang amat bera
Read more
68. Dini yang Syok
Begitu mendapat kabar Rian akan menikah dengan kekasihnya, gadis bernama Dini itu pun bukan kepalang. Ia tahu sekali Rian hanya mencintai tetehnya dan kini berpaling padanya karena rasa kecewa. Lalu siapa kekasih yang disebutkan orang tuanya tadi? Apakah perjodohan? Lalu bagaimana dengan dirinya? Apakah setelah Rian mendapatkan pelepasan dahaga prianya, lelaki itu akan meninggalkannya?Brak!"Bengong terus! Cepat rapikan kerjaan kamu, Dini! Itu di luar langit udah gelap. Mau nginep di sini? Belum tahu ya, ada yang suka ngesot dari dalam ruangan Pak Rian kalau sudah lewat Isya, cepat!" Dini terlonnak kaget dan mencoba kembali fokus pada layar monitor komputernya, padahal air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi. Ia takut, benar-benar takut kalau Rian meninggalkannya.Pukul sembilan malam, Dini sudah berada di rumah dengan wajah begitu muram. Puspa memperhatikan adiknya, lalu berdiri untuk menanyakan ada apa dengan dirinya."Kamu kenapa, Dek? Sakit?" tanya Puspa penuh selidik."Ngg
Read more
69. Tidak Mudah Melupakan Seseorang
Jika kalian pernah melewati masa manis dengan seseorang, pastilah tidak mudah untuk melupakannya. Apalagi kalian berpisah hanya karena salah paham saja. Malam ini, Puspa kembali mengingat Rian. Pria itu adalah pria baik dan keadaan yang membuatnya kini menjadi benar-benar berpisah dari Rian. Kontak Rian pun sudah ada di depan matanya. Sebuah pesan ingin ia tuliskan untuk menanyakan bagaimana kabar mantan kekasihnya itu, tetapi sepertinya ia tidak nekat. Rian sudah benar-benar mengakhiri semua dengannya, tidak mungkin ia mencari perhatian lagi, bukan? Selagi Ramon masih sendiri dan terus mencari celah dengan mengatasnamakan Robi, maka hidupnya tidak akan pernah tenang. "Mungkin, jika lo udah nikah lagi dan bawa Robi pindah sama laki lo yang baru, Ramon baru tidak bisa berkutik." Itu adalah saran yang dikatakan Mbak Ella, tetangga sebelah rumahnya yang sering menjadi tempatnya bercerita. Anak Mbak Ella seusia Robi dan mereka bermain dengan akrab. Maksud hati, begitu surat cerai yang
Read more
70. Dini yang Meremehkan Puspa
"Teh, ini ponselnya?" Dini masuk ke dalam kamar Puspa yang memang tidak terkunci untuk mengembalikan ponsel milik Puspa. Ia telah selesai berbincang dengan Rian. Memang tidak lama, sekitar sepuluh menit saja. Namun, bagi seorang Puspa, bos berbicara dengan anak buah PKL selama sepuluh menit, itu termasuk waktu yang lama. "Rian bilang apa? Apa kamu ditegur Rian lagi?" tanya Puspa penasaran. "Ditanya soal tugas yang waktu itu belum selesai," jawab Dini seadanya, lalu keluar begitu saja dari kamar Puspa. Ia tahu, pasti ada yang ditutupi oleh adiknya, tetapi ia tidak tahu apa. Ingin bertanya lebih detail, tetapi khawatir Dini tersinggung. Apalagi dirinya sudah tidak ada hubungan dengan Rian. Puspa pun memutuskan menon-aktifkan kembali ponselnya agar Ramon tidak kembali mengganggunya. Keesokan paginya, Puspa pun sudah bersiap sejak pukul enam pagi. Sebuah kejutan yang mencengangkan karena Dini yang kemarin seperti gadis yang depresi, tapi pagi ini nampak begitu bersemangat. Dini berad
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status