All Chapters of Oh...Jandaku tersayang.: Chapter 161 - Chapter 170
173 Chapters
Trust... U.
@Ramesh. "Fuck U.." Angel hanya membuka dan melihat sekilas forum waktu itu, memastikan hanya rumor dan perdebatan kecil yang berkembang di sana, serta bukan perihal penting tentang pekerjaan ia kembali menutup ponsel.Dengan kecerobohan tersebut, Angel semakin menjadi menu sarapan pagi bagi penghuni Grup forum FiKA. Meski dengan sangkut paut kedua petinggi kantor yang terlibat di sana, nama mereka khususnya kedua orang penting tidak pernah di sebut.Dan itu benar adanya, bahkan nama Angel juga tidak di sebut dengan jelas oleh akun princess sebagai penyebab kehebohan di forum grup, hanya menggunakan nama panggilan lain" Sekretaris baru, makan bareng big bos, perjalanan luar kota, serta bermain diantara dua sahabat baik."Tapi jika mereka tidak bisa menebak siapa yang sedang di bicarakan oleh akun @princess, maka mereka tidak akan pernah layak bekerja di APC. Dengan bahasa lain, semua orang bisa menebak dengan baik, bahwa FL pagi i
Read more
Satu kesempatan lagi.
@Ramesh. "@ Angel...siiiip...trust U."@Ariel. "@Angel....Semangat?, 4 who?, U or we all?." @Pink. "Santai." """Chit chat kembali ramai, meskipun masih ada beberapa orang dengan penulisan yang sedikit memancing emosi."""""Biarlah rumor berkembang, biarlah semua bergunjing tentang dirinya, atau mungkin dia menjadi satu satunya orang tidak memahami apapun, Angel berusaha untuk tidak lagi memikirkannya.Sebab mulut serta pikiran orang lain ada pada tubuh mereka sendiri, dan tentu saja kapan seorang Angel mampu mengontrol semua?, setidaknya tidak ada masalah baru yang perlu di pikirkan. Kurang lebih demikian Angel menyikapi ketidak tahuannya perihal rumor pagi ini.Wanita itu merebahkan tubuh perlahan di atas kasur, dan mulai mencoba memejamkan mata.Namun belum sempat ia mengetuk pintu pulau kapuk tercinta, ponselnya berdering."Ika?." Gumamnya lirih ketika melihat nama yang tertera pada layar ponsel.Angel
Read more
Sahabat dan saudari terbaik.
Tak mendengar respon dari balik telepon, Cantika kembali melanjutkan ucapan. " Bisakah itu Njel?, setidaknya demi aku, demi ayah dan ibu." Cantika sedikit memiliki harapan, bahwa dengan diamnya sang sahabat, mungkin semua masih bisa di perbaiki.Akan tetapi yang tidak di mengerti oleh gadis tersebut adalah, kediaman Angel sungguh jauh berbeda dengan apa yang di pikirkan.Kenyataan yang ada sahabatnya itu tengah mencari kalimat yang tepat, untuk menyampaikan keputusan yang telah di ambil.Dalam beberapa hari terakhir Angel sengaja tidak menemui keluarga Bagas, hal ini di karenakan ia tahu dengan jelas bahwa semuanya tak bisa terselesaikan jika dirinya berhadapan langsung dengan keluarga tersebut.Angel menghela nafas dalam, membayangkan setiap kenangan yang mereka lalui selama ini, kebersamaan, kepedulian, serta keutuhan keluarga yang hangat.Tanpa terasa bulir bening air mata Angel lolos dengan cermat. Perasaan kehilangan sesuatu yang penting menyeruak hebat dalam hati, benarkah keput
Read more
Idiot.
"Aku membenci kalian, aku membencimu, kau buruk kalian orang-orang yang buruk.""Cluk." Suara sambungan telpon diakhiri.Angel termenung seperti patung dengan tatapan mata tertuju pada layar ponsel yang kini telah bisu.Baginya kata-kata itu seperti sebuah belati tajam yang mengoyak hati dengan kuat.Sakit, bahkan mungkin terlalu sakit untuk di ungkapkan.Angel menengadah keatas, dengan tangan lunglai memegang ponsel di pangkuan.Air mata semakin deras mengucur meski kedua katup mata itu tertutup."Mengapa semuanya harus terjadi?, bukankah dia juga terluka?, apakah kepedihannya masih kurang?, kenapa dia harus di bebani dengan lebel buruk serta egois?, harus pasrah dan terus memaafkan agar di anggap sebagai orang baik?, sepadan kah untuk semuanya?." Angel memiliki banyak pertanyaan serta rasa tidak terima dalam benak.Dari sekian yang terpikirkan, satu hal yang paling membuatnya takut untuk di terima. Apakah selama ini keluarga itu tulus kepadanya?, jika mereka tulus mengapa berusaha m
Read more
Tamu.
Waktu bergulir tak pernah menunggu siapapun, malam yang pekat berganti pagi hingga menjemput senja kembali, melewati detik, menit, hari, Minggu, dan berganti bulan.Dengan rutinitas pekerjaan yang padat diakhir-akhir ini, di tambah 2kali bolak-balik memenuhi panggilan sidang perceraian perceraiannya, tubuh Angel seolah menerima beban kelelahan yang berat, sehingga wajah cantik itu terlihat sedikit tirus.Tentu saja bukan tanpa alasan, di tengah proses sidang yang sedikit berbelit akibat keengganan dari Bagas berserta keluarga, Angel juga harus memperkuat kesabaran menghadapi teguran serta beberapa kata buruk dari Anggara, ketika meminta ijin keluar kantor demi menghadiri panggilan sidang.Entahlah, mungkin di kehidupan lampau ia adalah penjahat dalam sejarah kehidupan sang bos, sehingga di kehidupan ini sosok itu menagihnya balik.Bagaimana tidak, meski telah memberikan alasan kuat serta menunjukkan surat panggilan sidang secara langsung tetap saja mas
Read more
Yang terakhir.
Oleh karena hal itulah, ketika tamu lain datang Angel memutuskan tidak membuka pintu, ia tak ingin lagi menjadi semakin rapuh.Bukan tidak menghargai empati mereka, namun lebih cenderung merasa takut tak bisa menjadi diri sendiri, dan kembali lemah serta berharap orang lain memahami, menghibur serta menguatkan dirinya.Angel tidak ingin lagi bergantung kepada orang lain, dan mencoba memahami, juga berjuang sendiri..........................Hari ini Angel berjalan lebih cepat setelah sidang ketiga usai.Mengingat bahwa prosesnya berjalan lancar dan sesuai harapan, entah mengapa ia tidak merasa senang seperti yang di bayangkan, ada rasa sedih serta sesak di hati yang tiba-tiba menyeruak hebat.Melihat wajah lesu dan kuyu Bagas di sana, dalam pikiran tergambar jelas bahwa seorang Angel sangat kejam untuk sosok yang pernah di cintai tersebut, bahkan mungkin bukan hanya pernah, melainkan masih mencintainya saat ini.Langkah kaki Angel setengah berlari menuju parkiran tanpa menoleh kebelaka
Read more
W.W.
"Ke bandara" "Sekarang""???" Angel mengernyitkan kening sejenak, melirik jam pada pojok ponsel dan sedetik kemudian segera melempar benda kecil itu, pada tempat duduk di samping."Aaaahhhh.....Dasaaaaaarr...." Makinya keras untuk sosok pemberi pesan, sembari menyalakan mobil segera melesat pergi.Angel tak menyadari, dengan masuknya pesan dari sosok yang tak lain adalah Anggara, pikiran "nano-nano"nya beberapa saat lalu telah menghilang dan di gantikan dengan rasa kesal yang kuat.Namun anehnya dengan gerutu kekesalan yang ada, seolah sebuah semangat dan pompaan tenaga baru hadir menyelimuti dirinya, meskipun terkaver dengan rasa jengkel bahkan mungkin keterpaksaan.Angel benar-benar lupa tentang masalahnya saat ini, bahkan dia juga tak mengetahui ada sesosok tubuh berdiri mematung, memandangnya lekat dari depan pintu utama gedung KUA.Ya...Bagas berdiri di sana hendak mendatangi wanita itu, namun ketika mendengar suar
Read more
Akhirnya...
Hari-hari Angel setelah perceraian, ternyata berlalu lebih tenang dari yang di bayangkan.Rutinitasnya hampir berkutat pada satu titik yang sama. Tiba di tempat kerja tepat waktu, sesekali berkomunikasi dengan karyawan lain, menjalankan setiap tugas dengan sebaik mungkin, memesan makan siang atau menemani sang parlente makan siang atau makan malam, dan tentu saja yang paling penting masih harus terus menambahkan tingkatan kesabaran di depan sang bos.Dengan kesibukan yang sebagian besar menyita pikiran serta waktu, tanpa di sadari justru membuatnya jauh lebih cepat bisa "move on" dari kesedihan hidupnya.Jika saja orang tidak mengenal atau mengerti tentang polemik yang tengah di hadapi, mereka akan berpikir bahwa kehidupan pribadi Angel baik-baik saja.Bagaimana mungkin Angel sempat untuk mengingat kegagalannya, sekedar untuk merasa lega saja hampir tidak memiliki waktu. Kesabaran menjalankan tugas satu belum sempat di cash, perintah tidak relevan yang membutuhkan kesabaran serta per
Read more
Bahagiamu, bahagiaku.
"Haah...akhirnya aku bisa menikmati hidupku." Gumam Angel dalam hati dengan binar mata cerah, sembari berjalan mendekat kearah Anggara."Mohon di tentukan pak." Ucapnya ringan sembari menyodorkan ponsel, yang telah menampilkan beberapa foto wanita cantik."Ini Rania 19 tahun mahasiswi di kota ini, cantik, putih, tinggi 169cm. Kalau yang ini Daisy 20 tahun, putih, indo cina 168cn, mahasiswi juga, dan yang ini..." Angel terus menggeser layar ponsel serta memberikan penjelasan tentang profil foto yang di lihat, tanpa menyadari kelainan ekspresi wajah Anggara, yang kini sudah bisa di bilang hampir menempel kepadanya. "Evangeline." Jawab Anggara dengan suara sedikit dalam, ketika Angel selesai menyebut nama salah satu profil foto pada layar.Iya...Evangeline, janda cantik satu anak berpose jauh lebih berani dari yang lainnya, wajahnya cantik, dengan kulit kuning Langsat mampu membuat pria manapun bertekuk lutut."Hah?." Jawab Angel reflek seraya menoleh kearah Anggara. Tentu saja wanita i
Read more
Ya...tentu saja.
"Njel...Apa kau percaya jika ku katakan aku tertarik kepadamu?."Angel terdiam sejenak, menatap wajah di depannya dengan sedikit raut terkejut. "Apa yang kudengar barusan?." Kurang lebih demikian makna dari diamnya.Tetapi ketika mengingat siapa Anggara, dan bagaimana kebiasaannya berhubungan dengan wanita, Angel kembali tenang dan bersikap wajar. Wanita itu mengangguk serta kembali menampilkan senyum kecil, sebelum menjawab dengan ringan. "Ya pak." Sekarang, giliran Anggara yang terdiam dan menatap serius wajah Angel dengan sorot mata tak percaya, bahkan secara reflek pria itu mengulangi perkataannya kembali. "Kubilang aku tertarik kepadamu, apa kau percaya?."Ada rasa ragu dalam baris kalimat kali ini, seperti rasa enggan, heran, dan mungkin sedikit campuran rasa "aneh" yang tak di mengerti sebabnya. Namun kapan seorang Anggara akan menjaga perkataan dan tindakan.Pria tersebut justru menatap sosok cantik di depannya lebih cermat. Sedetik kemudian, gejolak rasa ingin tahu serta se
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status