Semua Bab Oh...Jandaku tersayang.: Bab 131 - Bab 140
173 Bab
Kesempatan kedua.
"Pak...Saya......"Apa yang harus di katakan untuk pertanyaan tersebut?, Agung terjebak serta merasa seperti sedang meminang buah simalakama."Saya..." Bahkan setelah beberapa saat di tunggu, yang keluar dari bibir itu masih sulit di mengerti."Saya?."Handoko mengulang kalimat pendek Agung, dengan sedikit tarikan kecil di ujung kiri sudut bibir.Sebuah senyuman, yang tidak menyampaikan makna kebaikan senyum itu sendiri.Mendengar kalimat yang sama, nada yan sama, serta pengucapan yang hampir serupa tersebut, justru terdengar menakutkan dalam pendengaran Agung.Baginya salinan kalimat itu, lebih mirip dengan tambahan beban yang kian menindih ubun-ubun, akibat rasa takut yang semakin besar. Haruskah ia berkata bahwa dirinya teledor dan tidak profesional dalam tugas?. Jika itu di ucapkan, berarti dirinya tidak cukup cakap untuk pekerjaannya sekarang, dan itu berarti Agung harus rela berhenti.Jika harus jujur
Baca selengkapnya
Sosok penting di APC.
"Lalu...Apa kelalaianmu?, dan mengapa saya harus memberimu kesempatan lagi?." Handoko.Baginya, kecerobohan Agung di pagi hari ini sangat mengesalkan untuk di ingat.Sebagai seorang sekuriti keamanan dia bisa dianggap tidak kompeten. Bagaimana bisa mata dan pikiran itu "Meleng" mengikuti gerak tubuh seseorang (tamu) yang datang ke perusahaan. Apakah dia sedang nongkrong di cafe atau di mall perbelanjaan, sehingga bisa seenaknya menggerakkan tubuh(kepala) menikmati pemandangan yang ada serta melintas di depannya?. Apa sebagai seorang penjaga keamanan sosok ini tidak tahu, bahwa kehadirannya disana adalah wajah awal yang terlihat oleh setiap orang yang datang ke APC?, selain itu jika sikapnya terlalu sembrono dan terlihat konyol, mampukah dia di anggap sebagai pemberi keamanan serta ke nyamanan untuk semua orang?." Wajah tampan Handoko semakin di buat jengkel ketika Agung dengan mudah meminta kesempatan kedua, bahkan sebelum mengutarakan kejahatan y
Baca selengkapnya
Mendung menghilang dan Guntur datang.
"Jeblaaaar...."Handoko melebarkan mata sekilas, pikiran yang semula masih bisa tenang dan memberi rasa tak nyaman untuk orang lain kini semakin terusik."Pikiran apa itu?, apa mungkin dia mengetahui sesuatu?." Ucapnya untuk diri sendiri, dengan hanya manik mata yang bereaksi lebih tajam menatap Agung."Cukup bagus, imajinasimu sensitif rupanya." Masih bergumam dalam hati, dan tentu saja Agung tak pernah mengetahui semua.Bagaimana sang penjaga akan peduli tentang keterkejutan orang lain, bahkan jika itu mungkin untuknya melihat perubahan singkat Handoko barusan, bisakah otaknya yang tengah terjepit erat mampu menebak?.Agung tengah terfokus untuk mencemaskan diri sendiri, masa depan ibu, serta adiknya.Dengan dirinya di berhentikan dari APC, maka setiap pengaturan rencana lanjutan untuk pengobatan sang ibu, serta biaya belajar sang adik akan menjadi kacau balau.Terlebih lagi, membayangkan di kota ini bahkan juga di kota-kot
Baca selengkapnya
Ditelanjangi orang lain.
"Apa yang kau maksud dengan calon orang penting APC?, siapa?." Handoko kembali bertanya."Orang penting?...... Atasan?....Siapa?....Angelkah?." Handoko merasa bahwa maksud perkataan dari Agung, adalah bahwa Angel kekasihnya, dan di masa depan wanita tersebut akan menjadi salah satu orang penting di APC karena sangkut paut dengan diri sendiri. Dengan pikiran yang demikian, Handoko merasa telah tertangkap basah, dan di telanjangi saat ini." Bagaimana mungkin secepat itu di ketahui oleh orang lain?." "Dari mana pria ini tahu tentang perhatiannya untuk Angel?, siapa yang telah memberitahukan hal tersebut?." Handoko semakin merapatkan bibir, dan dalam beberapa saat waktu ke depan tak ada baris kalimat apapun yang tercetak dari sana."Apa sikapnya begitu mencolok?""Dan benarkah ia sepeduli itu kepada Angel, sehingga tak dapat di tutupi dari penglihatan orang lain?, Lalu... benarkah ini dapat di kategorikan sebagai kasih sayang pria dan wanita?." Dalam sekilas saja, banyak pemikiran muncu
Baca selengkapnya
Mati kau!
Beberapa saat setelah Angel keluar dari ruangan, Anggara merasa sedikit keterlaluan atas tindakan yang sengaja membiarkan wanita itu berdiri seperti patung di depannya.Meskipun itu di lakukan demi kepuasan hatinya, tetap saja tak bisa di pungkiri bahwa Anggara merasa ada yang tidak tepat.Sebenarnya, ia hanya ingin sekedar menegur dan membuatnya sedikit membayar atas ketidak kesopanannya tadi pagi, atau lebih tepatnya Anggara mencari alasan membuat wanita itu berputar di sekitar dirinya.Anggara seperti seorang yang tersesat dan kehausan di tengah laut, semakin banyak meminum air di sana, maka yang ada semakin haus di rasakan.Semakin lama ia berinteraksi dengan Angel, semakin buruk keinginan yang ada di dalam hatinya.Bahkan, ia juga miliki perasaan yang semakin liar untuk Angel saat ini.Hati Anggara tidak tenang serta marah, ketika melihat pria lain menatap wanita tersebut, dan itu juga berlaku untuk sahabatnya sendiri Handoko.
Baca selengkapnya
Pencuri.
"Mati kau...!" Guman Anggara pelan, di sela langkah kaki berbalik masuk keruangan.Angel yang masih belum pulih dari perasaan kaget, mengikuti di belakang dengan wajah yang kuyu. "Bodohnya aku....bodoh...bodoh...."Wanita itu berjalan dengan pikiran yang bercampur aduk, meruntuki kebodohan diri sendiri, takut, gugup dan juga menyesali tindakannya yang kurang lihai dalam berkamuflase (menerima telepon tanpa ketahuan).Dengan statusnya yang menjadi incaran untuk dipersalahkan, seharusnya ia lebih berhati-hati dalam bertindak."Braaak...." Suara pintu tertutup dengan sedikit kasar.Angel berjalan di belakang Anggara dengan pikiran yang tidak pada tempatnya, telah menutup pintu secara reflek dan sedikit memberi hentakan.Sosok Anggara yang hendak duduk berbalik dan menatap wanita itu dengan tajam, seolah berkata dengan keras. "Apa maksudmu?, apa kau bodoh?, tidak terima?, marah?." Atau sejenis lainnya.Angel yang juga terkejut dari bunyi keras pintu, ota
Baca selengkapnya
Masih pencuri.
"Jika semua pencuri sepertimu, alangkah bagusnya." Anggara."Pencuri?." Angel mengernyitkan kening sejenak dengan sebuah gumaman kecil. Entah mengapa ia merasa tak pernah ada bahasa bagus yang keluar dari bibir bos di depannya sekarang."Kakekmu pencuri, bapakmu pencuri, bahkan adik kamu juga pencuri." Lanjutnya lagi, masih dengan kebungkaman bibir.Perasaan kesal yang mulai ada semakin kuat menjalar, layaknya akar kecambah yang tumbuh subur dengan hanya kerlingan mata.Namun, lagi-lagi ia hanya bisa memasang wajah normal serta penuh rasa hormat untuk Anggara.Bagaimanapun, dan apapun yang di dengar oleh kedua telinga miliknya, harus tetap bisa di sikapi dengan bijak.Dalam keengganan yang di paksakan, bibir Angel menjawab secara perlahan. "Benar...jika pencuri seperti saya, mungkin tidak akan ada kehilangan di dunia ini."Meski baris kalimat itu terdengar pasrah dan tak memiliki makna lain, namun dalam penerimaan Anggar
Baca selengkapnya
Klan yang sama.
"Batalkan rencana yang tadi, kirim saja semua keruanganku.""Mengapa tidak memaafkannya saja?." Lanjut Anggara lirih, setelah meletakkan ponsel.Wajah itu masih tenang, serta terlihat tidak ambil pusing tentang jawaban apa yang akan keluar dari bibir Angel.Sementara, sosok wanita cantik yang sedari tadi lebih banyak menunduk, mulai mengangkat kepala untuk melihat lebih jelas sosok di depannya.Ada gambaran ragu serta kesulitan pada wajah itu, sert berupaya untuk tampil tenang."Mengapa harus memaafkan?, apakah karena kalian satu klan sehingga saling memahami dan memberi dukungan?." Pikir Angel dalam hati, dengan semburat rasa kesal, untuk sosok Anggara.Sebuah helaan nafas berat terdengar di telinga Anggara, dan tentu saja ia mengerti makna di dalamnya."Iya...mengapa saya tidak memaafkannya?." Angel bergumam pelan, sebuah ucapan yang memiliki makna berbeda dengan apa yang terdengar.Suara lirih itu terdengar h
Baca selengkapnya
Heeei...!
Yang jelas saya bisa, dan bersedia untuk berusaha dengan sebaik mungkin hanya dengan satu pria seumur hidup. Lalu mengapa tidak bisa melakukan itu untuk saya?." Lanjutnya lagi, dengan bahasa yang tak jauh berbeda dari sebelumnya.Dengan ucapan tersebut, dari sorot mata yang ada Anggara seolah merasa wanita ini tengah menunjukkan sebuah kemarahan kepadanya.Entah mengapa secara reflek Anggara terhenyak, dengan rasa tidak nyaman dalam hati.Ada rasa ketidak Adilan menyeruak ringan sekilas, bahwa sosok sang suami bajingan milik Angel, tengah beralih menempati tubuh sendiri dan siap untuk menjadi penerima kemarahan. Jelas saja, Anggara merasa sikap tersebut tidak relevan, ia berpikir kapan dirinya bisa menjadi sosok pengganti?, bahkan jika itu diri sendiri yang berbuat kesalahan kapan seorang Aditama bisa terima dipersalahkan?."Heeei....Ada apa dengan tatapanmu?." Anggara mendengus sedikit keras, ia ingin memberikan sedikit teguran sikap Angel yang di rasanya
Baca selengkapnya
Jangan ikut campur.
"Kapan giliranmu untuk mengoreksi kehidupanku?." Suara magnetis yang terdengar jauh lebih berat, kembali meluncur dari bibir Anggara."Ti..tidak pak, maaf saya telah tidak sopan dan lancang." Kali ini, Angel tahu telah membuat kesalahan, namun apa yang bisa di lakukan bukankah dia(Anggara) yang memulainya.Anggara tak habis pikir, dengan kejelian yang di miliki serta sifatnya yang enggan menerima ketidaksempurnaan, dengan penjelasan apapun wanita ini tidak memenuhi syarat kriterianya.Sebab dalam pandangan Anggara sejauh ini, selain ceroboh, lamban, dan tidak dalam kategori miliki kecantikan yang sensasional, terlebih lagi, Angel juga memiliki bibir yang lancang.Akan tetapi, lagi dan lagi Anggara di buat bingung dengan keengganan melepas wanita tersebut dari genggaman tangannya."Sial...!" Pekiknya dalam hati. Anggara sangat gusar dengan kesabaran baru yang di miliki hatinya, untuk sosok sekertaris ini."Bruugh." Anggara melempa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status