Semua Bab BARA, HOT DADDY, SWEET HUSBAND: Bab 41 - Bab 50
56 Bab
BAB 41 - KAU YANG DATANG DAN PERGI
Beberapa saat yang lalu.“Dokter Cindy?”Langkah Cindy terhenti seketika.“Dokter Kinan.” Cindy tersenyum manis saat melihat seniornya. Berbeda dengan senyuman sedih di wajah Kinan. “Saya dari tadi cari Dokter.”“Ah, males sebenarnya saya ketemu kamu.”Cindy tersenyum melihat rajukkan seniornya. “Maaf ya, Dok.”Kinan melipat tangan di dada. “Kenapa sampai harus resign sih?”“Kan aku mau ikuti jejak Dokter Kinan dan Dokter Andra.” Cindy menatap cincin berlian yang melingkari tangan Kinan. Kisah Kinan dan Andra memang menjadi kisah romansa terfavorit di rumah sakit mereka. Keduanya adalah dokter muda yang rupawan dan baik hati. Pernikahan mereka yang dramatis membuat semua orang di rumah sakit ikut merasa begitu bahagia.“Kalau kamu mau ikut jejak saya, ya cari suami dokter. Bukan suami pengacara,” gerutu Kinan, masih dengan n
Baca selengkapnya
BAB 42 - LAPISAN KACA YANG RETAK
Kardus-kardus menumpuk di depan rumah dinas Bara.Edo menghisap dalam-dalam rokoknya sambil memejamkan mata. Beberapa puntung rokok yang mati berserakkan di sekitar kakinya, dan satu lagi tambahan setelah Edo menghisap rokoknya sampai habis. Ia melemparkan rokok itu, lalu menginjaknya hingga mati.Masih belum terurai, Edo mencari batang rokok yang lain. Berharap kali ini, penat dalam benaknya akan sedikit memudar. Namun, saat ia tidak menemukan batang lain di bungkus rokoknya, ia memaki keras. “B*ngsat!”Edo menendang kerikil dengan ujung sepatu, lalu memungut puntung rokok yang sudah diinjaknya —yang masih cukup panjang— sebelum menyalakannya kembali. Ia tertawa sinis saat menyadari penampilannya pasti seperti penampilan Putra yang terjaga semalaman di depan studionya beberapa waktu yang lalu.Bahkan mungkin, meski ia sudah menghisap seluruh rokok di muka bumi, kusut dalam kepalanya takkan pernah menghilang.Bruk.Fa
Baca selengkapnya
BAB 43 - CHAOS
Putra : ‘Gue akan nikahi Nilam.’ Tidak perlu menunggu lama untuk mendapat jawaban dari pesan yang dikirimnya beberapa saat yang lalu. Putra menghisap dalam-dalam rokok yang terselip di antara jarinya, lalu terkekeh sinis saat melihat nama Bara yang mencoba menghubunginya berkali-kali.Jika ia tau semudah itu memancing Bara keluar dari persembunyiannya, mungkin ia sudah melakukannya sejak dulu.Putra membiarkan teleponnya berdering sedikit lebih lama, meski sebentar, ia ingin pria itu merasakan kegelisahaan yang selama ini mereka rasakan saat mencari keberadaannya.“Apa maksud lo, bangs*t?!” bentakkan itu muncul saat akhirnya Putra menjawab telepon.Senyum sinis Putra melengkung tipis. “Lo nggak bisa baca?”“Jangan main-main, Putra!” geram pria di seberang telepon, yang membuat kekeh Putra terlontar begitu saja.“Gue nggak ma
Baca selengkapnya
BAB 44 - KESEMPATAN YANG HILANG
 Beberapa saat yang lalu.Malam semakin larut saat akhirnya Cindy melepas sarung tangan lateks dan maskernya. Ia mengambil air mineral di kulkas ruang perawat, lalu meletakkan uang pecahan 20.000 di dalam kotak yang terbuat dari kardus bekas, tanpa repot-repot mengambil kembalian.Langkah lelahnya membawa ke luar ruang IGD. Akhirnya, setelah sesorean ini ia harus membantu timnya menghadapi keadaan genting karena tumpukan pasien korban kebakaran rusun, sekarang ia bisa kembali menghirup udara segar tanpa aroma darah atau alkohol.Cindy memejamkan mata sambil memijat tengkuk yang pegal. Rata-rata pasien yang masuk mengalami luka bakar, tapi ada satu orag pria tua yang masuk karena serangan jantung, dan dua orang balita yang tidak sadarkan diri karena keracunan asap.Suara sirine ambulans sudah lama berhenti, tapi suara itu masih terus terngiang-ngiang di telinga Cindy. Ia menghela napas panjang, lalu mendongak menatap langit. Lengannya tersemat
Baca selengkapnya
BAB 45 - BREAKING DOWN
“Halo? GImana?!” tanya Putra tanpa basa-basi.“Nggak ada di sini.” Fadlan yang menjawab. Ia menatap Edo yang mengelilingi bagian luar rumah, sedangkan ia baru saja memeriksa bagian dalam rumah yang terkunci. Tidak ada tanda-tanda kedatangan Leo atau siapa pun ke rumah itu. Lampu depannya padam, dan pagarnya masih terkunci saat mereka datang. Ibu pemilik warung di depan rumah Bara juga mengaku tidak melihat siapa pun yang datang.“S*al.” Putra mengepalkan tangannya. Ia menatap langit yang semakin kelam.“Gue sama Edo akan jalan dari sini ke mall, kalau Leo benar-benar ke rumah Bara jalan kaki, kami pasti ketemu di jalan.”“Oke. Jangan lengah.”“Oke.”Saat sambungan teleponnya terputus, Putra menoleh kepada Nilam yang sudah menunggu kabar dari Fadlan dan Edo. Ia menggeleng dengan berat hati. “Leo nggak ada di rumah Bara.”Nilam
Baca selengkapnya
BAB 46 - PENCARIAN LEO
Ini bukan kali pertama Bara mencari orang hilang.Ia pernah mencari seorang anak berusia 8 tahun yang hilang di kantor pengacara karena tidak terima dengan perceraian kedua orang tuanya. Lalu, ia juga pernah mencari seorang pemuda 16 tahun yang kabur saat orang tuanya berkonsultasi atas kasus kepemilikan n*rkoba. Terakhir, Bara dan timnya harus mencari wanita 19 tahun yang baru saja menabrak ibu hamil hingga meninggal.Dan mereka semua selalu ditemukan, dalam keadaan baik-baik saja.Namun, ini adalah kali pertama Bara mencari seseorang dengan luapan kecemasan yang begitu tinggi. Seluruh prosedur sistematis yang sudah ia pelajari berkali-kali, menguap seketika. Ketenangan dan pikiran jernih adalah hal paling utama yang dibutuhkan saat melakukan pencarian seseorang, tapi justru dua hal itu lah yang tidak bisa Bara miliki sekarang.Rasa cemas dan khawatir membuat penilaiannya kabur. Belum lagi sengatan nyeri yang berkali-kali muncul dari luka yang dibuat ole
Baca selengkapnya
BAB 47 - LOST IN THE MOMENT
“Dokter tolong Ibu saya!” “Kami sedang melakukan yang terbaik, sekarang kamu bisa pergi ke ruang tunggu.”“Tapi Ibu saya, Dok!” Seorang dokter berseragam biru mengangguk kepada perawat yang menatapnya, memberikan kode agar perawat itu membawa si anak pergi ke ruang tunggu sementara mereka memeriksa kondisi pasien.Itu adalah tahun pertama Cindy berada di rumah sakit. Seluruh teori yang ia pelajari di bangku kuliah menjadi dasar utama Cindy dalam melakukan tindakan. Namun, ternyata itu tidak semudah perkiraannya. Ia memang memiliki nilai yang hampir selalu sempurna di setiap mata kuliah, tapi ia jelas lupa mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang bisa terjadi kapan saja— di depan matanya. “Dokter! Ini tangannya!” Seorang polisi berlari masuk sambil membawa kantong plastik putih bernoda darah. Cindy menjadi orang yang me
Baca selengkapnya
BAB 48 - A BROKEN HEART
Tiga minggu yang lalu.“BARA KAMU DI MANA?!” “Aku di depan rumah sakit, Bu.”“LARI! CEPAT KE SINI!” Tak ada waktu. Ia berlari mengejar kesempatan setipis helaian rambut. Bara sudah berusaha berlari sekuat mungkin, mengabaikan teriakan seorang security yang memintanya berhenti, ia bahkan tidak kembali untuk meminta maaf kepada wanita yang ditabraknya tanpa sengaja. Bara terus berlari, menaiki tangga menuju ruang ICU, saat ia tak tahan lagi menanti angka lift berganti, dan ia tidak pernah bisa mengatakan apakah ia tepat waktu atau tidak. Karena rasanya, tidak ada hal yang tepat pada saat itu. “Bara di sini.” Sapaan lemah itu terdengar bersama sebuah senyuman lirih saat Bara sampai. Mata kabur Retno mulai berkabut. Ia menoleh pelahan kepada cucunya yang terus menangis ketakutan. itu pemandangan yang menyakitkan untuk wanita tua yang sudah hidup
Baca selengkapnya
BAB 49 - MIMPI BURUK
“Dokter!”Pintu ruang IGD terbuka, dan sebuah brankar didorong masuk.Andini, dokter jaga malam itu, langsung datang menghampiri bersama dua orang dokter koas yang baru saja masuk hari ini, dan seorang perawat. Keempatnya menyambut brankar.“Pasien ditemukan tidak sadar di depan rumah sakit, ada cedera kepala,” jelas seorang security yang ikut mendorong brankar. Itu sedikit menjelaskan asal darah yang membasahi pakaiannya.“Identitasnya?”“Tidak ada, Dok. Sepertinya dicuri.”“Astaga.”Sekilas Andini memeriksa kondisi fisik pasien. Tubuhnya sudah mulai membiru pucat, tidak bergerak sama sekali, dan jari-jari yang mulai dingin. “Pak, bisa dengar saya? Saya dokter Dini, anda sedang di rumah sakit sekarang. Pak?”Tak ada jawaban atau bahkan erangan yang terdengar. Andini melirik kedua dokter muda yang sudah panik di sampingnya. Ini bukan kasus yang mudah untuk
Baca selengkapnya
BAB 50 - PERTEMUAN DUA REMBULAN (2)
I don't see you like I shouldYou look so misunderstoodAnd I wish I could help but its hard when I hate my selfPray to God with my arms openIf this is it, then I feel hopelessAnd I wish I could helpBut its hard when I hate myself. NF – Hate Myself*** Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah ia akan kehilangan orang yang dikasihinya sekali lagi?Pertanyaan itu terus terulang, padahal Cindy tau apa jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya. Namun, entah bagaimana ia sama sekali tidak ingin meyakini itu.Ia tidak bisa.“Keadaannya stabil, sekarang ditangani Dokter Andra langsung,” jelas Yumi, perawat yang menyambut Cindy saat ia sampai di rumah sakit.Mira, yang datang bersama Cindy dari asrama, menggenggam erat lengan gadis itu, khawatir gadis itu akan ambruk sewaktu-waktu.“Syukurlah,&rd
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status