Semua Bab Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya: Bab 11 - Bab 20
78 Bab
Bab 11.A
Mobil yang membawa Kirana melesat dengan cepat."Kirana kenapa?" tanya salah satu tetanggaku, ia pun sama ingin tahu apa yang terjadi."Ga tahu tadi roknya banyak darah, masa iya keguguran?" Aku bergumam tapi tetanggaku ini mendengar."Wah kalau ada darah sih sudah pasti keguguran, dia 'kan lagi hamil muda." Ia menebak-nebak.Gosip tentang Kirana keguguran tak lama lagi pasti akan menyebar, aku memilih pulang masuk rumah ketimbang ikut ibu-ibu lain ngerumpi, selain ghibah itu dosa, Mas Lutfi juga akan marah kalau tahu.Waktu sore tiba, begitu Mas Lutfi pulang aku langsung pergi ke dokter kandungan, selama di jalan Mas Lutfi menghibur agar aku tak tegang."Kantung janinnya sudah terlihat ya, Bu. Wajar kalau di tespek belum jelas kelihatan," ucap dokter setengah baya yang bernama Diana itu.Aku melirik Mas Lutfi dengan raut bahagia."Jadi saya hamil?" tanyaku dengan mata berkaca."Iya, Bu, selamat ya. kayanya ini baru empat minggu. Masih sangat muda," jawabnya sambil tersenyum.Aku dan
Baca selengkapnya
Bab 11.B
"Aku sudah menyakiti kamu dengan selingkuh sama Kirana, aku udah usir kamu dari rumah, padahal rumah itu hadiah pernikahan kita, dan aku juga sudah membiarkan Kirana memakai semua baju dan perhiasanmu." Mas Hanif sesenggukan.Diingatkan masa lalu, hatiku tersayat lagi. Untung saja masa depanku bahagia, ada penggantinya yang lebih baik dan bisa menuntunku ke jalan yang benar.Hadirnya Mas Lutfi memang sangat mengobati luka hati ini."Aku sudah membiarkanmu pergi tanpa pernah mengembalikanmu pada kedua orang tuamu," lanjut Mas Hanif dengan mata berkaca.Rasanya aku pun ingin menangis jika ingat masa itu. "Kamu harus tahu diri kalau ga mau dimadu, pergilah dari sini, jangan bawa apapun! ATM, perhiasan semuanya dibeli pakai uangku dan sekarang akan menjadi milik istri baruku."Begitulah katanya dulu, aku pun pergi hanya dengan beberapa helai baju yang sudah dikemas di dalam tas, dan dengan selembar uang berwarna merah."Sekarang aku menerima karmanya, Ris, anakku meninggal padahal aku be
Baca selengkapnya
Bab 12.A
Siapakah dia? apakah Mas Lutfi memilik rahasia?Tanganku bergetar kala memegang ponsel pintar milik Mas Lutfi, segala prasangka buruk tentangnya melintas di kepala.Bisa jadi Mas Lutfi itu duda tapi mengaku bujangan saat menikah denganku, lalu bagaimana dengan orang tuanya? kenapa mereka tidak katakan saja yang sebenarnya, toh aku tak mempermasalahkan mau dia duda atau bujang.Aku menggigit bibir, menebak-nebak sambil sambil berfikir, kalau kutanyakan langsung ke orangnya bisa saja dia berbohong.Tapi 'kan selama ini Mas Lutfi selalu jujur, mungkin tak ada salahnya jika kucoba tanyakan. Sekarang yang penting aku tenang.[Ini dengan siapa maaf?] sendTak ingin larut dalam penasaran aku pun membalas pesan nomor kontak tak bernama itu.Sayangnya centang satu warna abu, di telpon pun percuma takkan nyambung."Makanannya enak, Yang, udah lama ga makan persambelan," ucap Mas Lutfi, ia sangat menikmati pecel ayam buatanku."Kok ga makan?" Ia bertanya heran.Aku menggaruk pipi yang tak gatal
Baca selengkapnya
Bab 12.B
"Terus Ibu sama Bapak ke sini naik apaan? kalau bilang dulu 'kan bisa dijemput sama Lutfi," sahut suamiku."Naik mobil rental, sudahlah Ibu sama Bapak punya uang kok buat bayarnya," jawab bapak."Oh ya, besok Ibu mau ke kontrakan Laila. Anak itu bulan ini ga pulang kampung, betah amat di kontrakan sendirian, Ibu jadi khawatir Lutfi, sama adikmu," ungkap ibu.Laila adik Mas Lutfi yang jutek itu memang tinggal sendiri di kota ini, pernah ditawari tinggal bersama di sini katanya ga mau dengan alasan tak enak sama aku.Pas aku yang menawari ia beralasan ingin mandiri dan sudah dewasa, bagaimana lagi kami tak bisa memaksa, yang penting ia bisa jaga diri dan sering-sering main ke sini.Gadis itu kini bekerja di sebuah perusahaan ternama, Ia menjabat sebagai CEO di perusahaan itu, maklum ia lulusan sarjana sedangkan suamiku lulusan SMA.Dulu, katanya Mas Lutfi mengalah putus sekolah demi adiknya yang pintar, sedangkan suamiku ini biasa saja nilai juga pas-pasan. Eh! Itu kata ibunya ya."Lai
Baca selengkapnya
Bab 13.A
"Ga usah serakah kamu! Selama ini aku selalu transfer lima juta, masa iya sekarang minta dua puluh juta, dia itu masih anak-anak, ga mungkin kebutuhannya sebanyak itu," ucap Mas Lutfi membentak.Ya Tuhan, ada apa lagi ini? apa maksudnya?"Aku kasih delapan juta, pokoknya ga mau tahu harus cukup, sekarang istriku juga lagi hamil dan butuh biaya banyak, ngerti kamu!""Engga ada tapi-tapian!"Sepertinya Mas Lutfi menyudahi telponnya, sementara tubuhku masih nempel di dinding."Eh, Ris, lagi ngapain kok berdiri di situ?"Sial, ibu mertuaku ini ngagetin saja, aku 'kan jadi terkejut mana tubuh lagi lemes, untuk tak jatuh."Ehh ... eng ... engga apa-apa kok," jawabku sambil cengengesan."Nempel-nempel di dinding meni kos cak-cak," ujarnya sambil geleng-geleng kepala."Loh, Risti. Kamu ... sejak kapan di sini?" Itu Mas Lutfi yang bertanya, mungkin ia mendengar percakapan kami makanya dia ke sini.Awas kau, Mas, akan kubrondong dengan seribu pertanyaan sebentar lagi ."Sejak tadi, sejak Mas ne
Baca selengkapnya
Bab 13.B
"Perempuan itu namanya Sabrina dan Rafka adalah anaknya, hasil perbuatan zina kami di masa lalu." Mas Lutfi menunduk lalu menatapku.Jelas saja aku terkejut, Mas Lutfi punya anak di luar nikah? tak kusangka pria yang dikira sempurna ternyata punya aib juga.Aku menganga sambil menatapnya kecewa."Semua manusia punya aib dan dosa, Yang, dan itu dosa terbesar yang sudah Mas lakukan di masa muda," ujarnya penuh penyesalan.benar juga apa katanya, lalu bagaimana dengan anak itu? kenapa Mas Lutfi dulu tak menikahinya? apa dia kabur dan tak ingin tanggung jawab?"Terus Mas kenapa ga nikahi dia? Rafka itu 'kan anakmu!" tegasku sambil cemberut."Mas lari dari tanggung jawab ya!" Aku kelepasan tak sengaja membentaknya.Jujur aku kecewa sekali, ternyata anak yang kukandung ini bukanlah anak satu-satunya bagi Mas Lutfi."Orang tua Sabrina ga setuju, Yang, karena dulu Mas miskin, cuma penggembala sapi, keseharian Mas cuma ngurus sapi."Aku menengadah agar tak marah sudah janji soalnya, dia jujur
Baca selengkapnya
Bab 14.A
"Terus Bapak sama Ibu tahu soal ini? dan kenapa mereka juga bungkam soal ini kalau tahu?" tanyaku lagi."Emm kalau soal itu ...." Mas Lutfi terdiam lagi "Kenapa? apa semua keluargamu juga bohongin aku?" tanyaku sambil menelisik wajahnya.Mas Lutfi menghirup napas pelan dan mengembuskan perlahan."Mereka ga tahu, Ris. Ayahnya Sabrina yang nyuruh Mas ga ngasih tahu siapa pun soal kehamilannya itu, ia ga mau putrinya dipandang rendah oleh masyarakat.""Ayahnya Sabrina sempet ngancem kalau sampai ada orang yang tahu soal kehamilan anaknya, walaupun itu orang tuaku sendiri, maka dia ga akan segan-segan nyakitin ibu dan bapak.""Waktu itu Mas nurut aja karena memang bapak lagi sakit, takut kondisinya makin parah kalau dikasih tahu.""Lalu entah gimana ceritanya, tiba-tiba Sabrina dilamar lelaki pilihan ayahnya itu dan mereka nikah ga lama kemudian lahirlah Rafka.""Mungkin semua orang menyangka kalau Rafka adalah anak suami Sabrina, padahal sebenarnya bukan."Mas Lutfi menunduk dan terdiam
Baca selengkapnya
Bab 14.B
"Iya, aku takut Mas masih mencintai perempuan itu, kalau sekarang dia jadi janda gimana? apa Mas masih tetep mau sama dia?" tanyaku sambil menatapnya.Mas Lutfi malah terbahak, padahal tak ada yang lucu."Ya enggalah, ogah amat harus balikan sama dia, dulu kemana aja pas Mas mohon-mohon, mentang-mentang Mas miskin ga punya kerjaan dia maen terima aja lamaran orang lain, padahal 'kan di perutnya ada anakku." Mas Lutfi bergidik.Kutelisik, memang wajahnya itu tak menampakkan raut kebohongan, malah terlihat seperti jijik saat menyebut nama Sabrina."Ya iya jangan, awas aja kalau Mas tergoda lagi sama dia, aku akan bawa pergi anak ini dan Mas ga akan pernah lagi ketemu sama dia." Aku mengancam."Jangan dong, iya Mas ga akan tergoda sama dia, ngapain tergoda sama istri orang, istri sendiri saja sudah cantik seperti bidadari." Mas Lutfi mencolek daguku.Aku pura-pura mual, hanya dia yang memujiku seperti itu, baiklah mulai besok aku akan pakai skincare dan perawatan di salon, demi dirinya a
Baca selengkapnya
Bab 15.A
(POV Lutfi)Flashback enam tahun yang lalu."Fi, aku hamil," bisik Sabrina waktu kami janjian di warung kopi, untung saja di sini tak ada siapa-siapa, pemiliknya pun sedang di dalam tak mungkin bisa mendengarkan.Jelas saja aku menganga, masa baru satu kali melakukan langsung jadi? fikirku."Gimana ini, Fi? kalau ayahku tahu habislah aku." Sabrina nampak sedih.Awalnya aku dan Sabrina berpacaran secara sehat. Namun, karena ia sering nyamperin ke rumah dengan pakaian agak terbuka, sejak itulah aku tergoda.Ayahku bekerja di sebuah pabrik penggilingan batu, sedangkan ibu sehari-hari ngurus sawah, pulang jam satu siang.Laila kuliah, dan adikku yang tengah sudah menikah. Kalau kata orang Sunda aku itu dirunghal, alias dilangkahi karena adikku Lusi nikah duluan.Karena di rumah tak ada siapa-siapa dan Sabrina sering datang ke rumah, jadilah kami tergoda rayuan setan, hingga melakukan itu sampai kebablasan.Waktu itu aku minta maaf pada Sabrina, tapi ia bilang tak apa-apa, karena kami sama
Baca selengkapnya
Bab 15.B
"Sudah kubilang anak itu akan lahir sebagai anak Juna, bukan anakmu! Kamu mana sanggup membiayai hidupnya!" Untuk kesekian kalinya harga diriku sebagai lelaki seperti diinjak-injak. Biarpun miskin tapi aku bertekad takkan menyusahkan istri dan anak."Kalau Juna tahu aku hamil dia pasti marah, dan Ayah juga akan dibuat malu, sudahlah mending aku nikah sama Lutfi saja." Sabrina merengek lagi."Ya makanya kamu harus main cantik jangan sampai Juna tahu kamu sudah hamil. Ayah ga mau tahu pokoknya kamu harus terima lamaran Juna sebelum dia ngelamar gadis lain!" tegas Ayah Sabrina.Kami sama-sama menangis dan memohon, tapi Ayah Sabrina tak menggubrisnya, ia malah mengancam dan mengusirku dari rumahnya."Lutfi, sekarang kamu pergi dari rumah saya, awas kalau kamu berani membuat berantakan rencana saya, akan kupastikan bapakmu celaka saat bekerja, dan ibumu akan kupastikan kehilangan sawahnya yang tak seberapa itu."Aku merinding mendengar ancaman ayah Sabrina, pasalnya dia adalah pemilik pab
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status