All Chapters of Saat Istri Mantan Menghubungiku: Chapter 71 - Chapter 80
125 Chapters
bab 71 Keikhlasan.
"Ja ngan ter lalu lama sedihnya. Lanjut kan hidupmu melodi cintaku, Serena Ayu Anjani aku mencintai mu sampai a ku mati. Akkk...." Tiba-tiba suara Kaisar tercekat. "Kak ,," jerit Serena sambil memegang lengan kaisar yang sudah tidak bisa bicara dan hanya membuka mulut dan matanya saja. Aira yang panik langsung berlari keluar untuk meminta pertolongan. Aditama segera berlari masuk ke dalam setelah melihat wajah panik menantunya, diikuti oleh Anton dan seorang ustadz yang sengaja diminta datang oleh Aditama. "Tolong panggil Dokter!" pinta Sekar pada Nurida sebelum ikut menyusul masuk ke dalam. Aditama dan seorang Ustadz segera menuntun Kaisar yang sedang mengalami sakarotul maut untuk membaca kalimat shahadat. Sedangkan Sekar segera menarik mundur Serena yang menangis sembari mengucapkan kata maaf berulang kali. Serena hanya bisa pasrah ketika Sekar menariknya menjauh dari Kaisar. Kakinya seperti melemah sehingga membuat tubuhnya meluruh dan terduduk di lantai. "Ikhlaskan Kaisar sa
Read more
Bab 72. Penyesalan tak berujung.
Sudah satu minggu sejak kepergian Kaisar untuk selamanya. Serena masih sama seperti hari di mana Kaisar pergi untuk selamanya, murung dan hanya melamun saja kerjanya. Setiap hari dia hanya duduk melamun di halaman belakang rumah. mematung dengan tatapan kosong seperti orang yang kehilangan semangat hidup. Tidak sekali dua kali Rahma dan Indira berusaha untuk mengajak bicara dan menghibur Serena, namun hasilnya nihil. Serena tetap diam dan tak jarang malah menangis. Serena merasa bersalah dan menganggap kematian Kaisar karena kesalahannya. Meski sudah berulang kali Rahma mengatakan jika semua yang terjadi bukan kesalahannya melainkan takdir dari Tuhan. Akan tetapi Serena masih saja murung dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Kaisar. Hanya jika bersama Zena, maka Serena akan memperlihatkan senyumnya dan bersikap biasa. Selain itu Serena hanya akan melamun dan tak jarang ia akan tiba-tiba menangis dan mengucapkan kata maaf berulang-ulang. Gibran sudah tidak tahu lagi harus be
Read more
Bab 73 keikhlasan Serena.
Hari ini Serena kembali mendatangi makam Kaisar sama seperti sebelumnya Ia selalu datang setiap kali jam menunjukkan pukul empat sore. Sudah satu minggu ini Serena tidak pernah absen datang ke tempat peristirahatan mantan kekasihnya itu. "Tolong maafkan aku!" bisiknya yang mungkin sudah ke seratus kali terhitung sejak saat pertama kali datang ke makam Kaisar. Setiap hari Serena datang hanya untuk mengucapkan dua kata 'Maafkan aku' . Tak ada kata lain yang diucapkannya selain dua kata tersebut. Hari ini Ia datang untuk berpamitan pada Kaisar. Serena sudah memutuskan untuk memulai hidup baru di tempat baru juga. Ia menatap sendu pada batu nisan yang bertuliskan Kaisar Danu Atmajda. Perlahan tangannya terulur hendak menyentuh batu nisan tersebut. Namun diurungkannya, sama seperti hari-hari sebelumnya. Sekalipun Serena tidak pernah menyentuh batu nisan atau makam Kaisar. Setiap kali Serena datang ke makam Kaisar, ia akan duduk di tanah samping makam sambil menangis dan mengucapakan maaf
Read more
Bab 74 Dirgantara Putra.
Pov Dirga. Beberapa hari ini aku sangat sibuk dengan bisnis baru yang sedang aku rintis bersama tiga temanku. Aku sudah mengundurkan diri dari perusahaan tempatku bekerja. Perusahaan yang telah membuatku menjadi seorang manager dengan gaji yang cukup besar yang membuatku dapat memiliki rumah, mobil dan tabungan yang lebih dari cukup untuk bisa aku nikmati di hari tua. Pekerjaan itu juga yang membuatku kehilangan banyak waktu bersama anak dan istriku. Terkadang aku merasa menjadi orang yang sangat bodoh. Aku mencari uang untuk keluargaku namun karena terlalu sibuk mencari uang sekarang aku hampir kehilangan keluargaku. Aku sibuk mengejar karir sampai-sampai aku melupakan tugasku sebagai seorang suami dan ayah. Dengan alasan pekerjaan aku membuat jarak antara aku dan putri semata wayang kami. Aku tidak pernah mengajaknya bercanda apalagi memanjakannya, sehingga membuat Zena putri kami lebih dekat dengan Dewa, sahabat istriku di banding denganku. Aku juga tidak punya waktu untuk seked
Read more
Bab 75 Menemui Meysa.
Pov Dirga. "Tapi Anita mengatakan jika kalian dalam proses perceraian sejak setahun yang lalu," kata Meysa yang membuat emosi tersulut. Ternyata benar apa yang di katakan Serena adikku itu tidak seperti yang aku kira. Anita benar-benar membuatku kecewa kali ini. "Itu bohong." sahutku dengan nada tinggi. "Aku sangat mencintai istriku. Jadi, tidak mungkin aku akan menceraikan dia," Aku berbicara dengan serius."Mana aku tahu jika Anita berbohong, aku pikir kamu memang ingin bercerai. Serena sendiri membenarkan jika kalian sedang proses perceraian." jawabnya membela diri. "Itu karena ucapanmu yang mengatakan kita ada hubungan dan berencana menikah," Aku menatapnya tajam, "Seharusnya kamu tidak mengatakan kata-kata yang sudah membuat istriku terluka. Aku kecewa padamu, bisa-bisanya kamu memberinya saran agar bercerai denganku." Aku benar-benar kesal padanya. Aku mengnggapnya sebagai teman baik, seharusnya di tahu cara menghargai persahabatan kami dengan tidak saling mencampuri urus
Read more
Bab 76. Sidang kedua perceraian.
Sudah satu jam Dirga berdiam diri di dalam mobilnya sambil mengawasi rumah mertuanya. Setelah mendengar informasi yang diberikan oleh sahabatnya beberapa jam yang lalu Dirga bergegas menuju rumah sang mertua. Namun dua satpam yang berjaga di rumah ibu mertuanya itu menolak untuk mengizinkannya masuk. Dirga tak menyerah, dia berusaha masuk dengan memanjat pagar namun usahanya gagal karena Gibran mengganti gerbang pagar rumahnya dengan pintu besi yang dilapisi kayu sehingga area rumah tidak terlihat dari luar dan sulit di panjat. Dulu rumah keluarga Serena hanya rumah kecil yang sederhana dengan halaman luas dan berpagar kayu sepinggang orang dewasa. Namun seiring dengan kesuksesan Gibran, rumah mereka berangsur-angsur berubah menjadi besar dan mewah. Bisa dikatakan Dirga jarang berkunjung ke rumah mertuanya sehingga dia cukup terkejut ketika kedatangannya beberapa bulan yang lalu di hadang oleh 2 satpam yang entah sejak kapan di sewa oleh Gibran. Hari ini Dirga kembali dibuat kaget
Read more
Bab 77. Penyesalan yang tidak berguna.
"Bagaimana jika adik Pak Dirga yang di tampar dan lengannya dilukai dengan pecahan kaca sampai mengalami infeksi? Apa Pak Dirga bisa memakluminya?" tanya salah satu Pengacara Serena. Sontak membuat Dirga tersulut emosinya. Dengan penuh amarah dia menatap tajam pada salah satu pengacara Serena yang mengajukan pertanyaan tersebut. "Anda sangat marah?" Pengacara Serena tersenyum puas. "Pak hakim bisa lihat sendiri. Apapun alasannya, mengangkat tangan pada wanita tidak bisa di benarkan apa lagi di maklumi." tambahnya mengutarakan pendapatnya. Setelah melihat bukti dan mendengar pernyataan dari kedua belah pihak, akhirnya hakim ketua memutuskan untuk menunda sidang sampai jadwal persidangan berikutnya. Hakim juga memberi kesempatan pada kedua belah pihak untuk mencari bukti dan membawa saksi untuk memperkuat peryataan mereka pada sidang selanjutnya. Setelah ketukan terdengar ketukan palu, ketiga hakim meninggalkan ruang sidang. Diikuti Gibran dan dua pengacaranya. Dengan wajah Sumringa
Read more
Bab 78, Jika saja semudah itu menebus kesalahan
"Aku tidak bisa hidup tanpa Serena dan Zena. Aku mohon jangan pisahkan kami!" ucap Dirga memelas. "Kalau begitu kamu mati saja," ujar Gibran datar tanpa berbelas kasihan. "Aku rela mati, jika memang itu bisa menyembuhkan luka di hati Serena. Dengan sebagai hati aku akan membunuh diriku sendiri jika itu membuat Serena bahagia." kata Dirga serius. Seandainya saja semudah itu cara menebus kesalahan pada Serena. Sayangnya itu bukan yang diinginkan oleh wanita yang sudah memberikan seorang putri cantik untuknya. Sekalipun Serena terlihat dingin dan keras namun hatinya sangat lembut dan hangat. Serena adalah orang yang tidak tegaan dan mudah merasa iba kepada orang lain. "Cih. Kamu mengatakan itu karena kamu tahu Serena seperti apa?" cibir Gibran. "Asal kamu tahu kalau bukan karena Serena, sudah aku pastikan kamu terbaring di ranjang rumah sakit." sambungnya sembari menekan suaranya agar tidak berteriak. "Aku tahu. Aku sadar sepenuhnya istriku itu sangat baik. Dan aku sangat menyesal s
Read more
bab 79 Masalah yang tidak ada habisnya.
[Ada yang melaporkan Ayahmu karena membeli barang curian. Ayah kamu di tuduh sebagai penadah barang curian.] Mirna menjelaskan dengan terisak. [Karena itu sekarang Ayah kamu berada di kantor polisi untuk dimintai keterangan.] "Astaghfirullah,," ucap Dirga lirih sambil memijit pelipisnya.Kepalanya mendadak pusing mendengar cerita ibunya. Masalahnya dengan Serena belum selesai kini ditambah lagi dengan masalah minimarket keluarganya.[Kenapa bisa seperti itu Bu? Bukannya selama ini Ayah ambil barang langsung dari sales pabrik yang datang ke mini market kita?] tanya Dirga keheranan. Setahu Dirga barang-barang yang di jual di minimarket ayahnya itu di kirim langsung oleh sales pabrik. Bagaimana bisa tiba-tiba ayahnya di tuduh sebagai penanda barang curian. [Iya, dulu memang langsung di kirim oleh sales tapi sejak dua tahun lalu ayahmu mengambil sebagian barang toko dari teman lamanya, namanya Pak Aji.] jawab Mirna [Kata Ayahmu kalau ambil barang di Pak Aji, harganya lebih murah jadi
Read more
Bab 80, Karma
Pukul 12 malam lebih sepuluh menit, Dirga baru sampai di rumah orang tuanya. Begitu mendengar suara mobil berhenti di halaman rumah, Rahma di ikuti Anita langsung menyambut kedatangan Dirga. "Dirga," Mirna berhambur memeluk putra sulungnya yang baru beberapa langkah berjalan di teras rumahnya. Sambil menangis Mirna mengajak putranya masuk ke dalam rumah lalu meminta Anita untuk mengambilkan air minum untuk kakaknya yang baru sampai setelah menempuh perjalanan jauh. Setelah mereka duduk di ruang tengah Mirna memberitahu putranya itu jika malam ini suaminya harus menginap di kantor polisi untuk kepentingan penyelidikan. Kasus yang di hadapi Hendrawan cukup serius karena yang melaporkan kasus pencurian ini, langsung dari pihak perusahaan yang merasa di rugikan. Tidak hanya satu perusahaan melainkan tiga perusahaan yang sama-sama melaporkan kasus yang sama dengan pelaku yang sama pula. Meski lelah, dengan serius Dirga tetap mendengarkan cerita ibunya. Sambil menyandarkan punggungnya p
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status