All Chapters of Pendekar Golok Melasa Kepappang : Chapter 11 - Chapter 20
140 Chapters
Gerombolan Bandit
Persiapan pemberontakan Rajaputra Aruna sudah disusun sejak jauh hari. Itu terbukti oleh kekuatan tempur yang dibangun. Hidup Rajaputra Aruna yang terbiasa melanglang buana membuatnya memiliki banyak teman dan jaringan. Apalagi dengan status sebagai anak Datu Sriwijaya, Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Semua orang dari berbagai lapisan sudah tentu ingin dekat dengan anak Selir Laksita itu. Sayangnya, kesempatan luas itu malah membuat Rajaputra Aruna keliru menempuh jalan hidup. Jalan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Budha. Perilaku tak senonoh Rajaputra Aruna makin menjadi. Ditambah dengan rasa iri terhadap Putra Mahkota Sriwijaya, Pangeran Indrawarman. Rasa iri Rajaputra Aruna terhadap Pangeran Indrawarman, melahirkan sikap antipati terhadap ayah dan saudara laki-lakinya itu. Sampai suatu saat, Rajaputra Aruna berniat merebut kekuasaan dari Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Niat jahat yang mendorong Rajaputra Aruna membangun kekuatan militer dan menghimpun pendekar-pendekar al
Read more
Pangeran Indrawarman
Keheningan menjalari suasana Kutaraja Minanga Tamwan malam itu. Hanya regu-regu prajurit jaga yang terlihat berjalan hilir mudik di jalan-jalannya. Di kejauhan, sesekali lolongan anjing hutan terdengar parau.Waktu sudah merambat ke tengah malam. Dari sudut kutaraja yang gelap, sesosok bayangan manusia berjalan cepat. Ia terlihat mengendap menghindari mata regu-regu prajurit jaga. Dari langkah kakinya yang ringan, terlihat bahwa ia bukan penduduk kebanyakan.Sosok manusia itu dengan cepat bisa mencapai jantung Kutaraja Minanga Tamwan. Ia langsung menuju Istana Kedatuan Sriwijaya. Sampai di depan gerbang istana, ia bersembunyi. Lalu masuk dengan cepat saat regu prajurit jaga lengah. Istana utama, tempat tinggal Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang ditujunya.Belum lagi sosok manusia misterius itu tiba di depan pintu istana utama, suara seorang laki-laki telah menegurnya dari dalam."Kaukah itu Pada?""Amba Pangeran.""Lekas masuk Pada. Tak boleh ada seorangpun yang melihatmu masuk.""Am
Read more
Permaisuri Sobakencana
"Ananda Pangeran Indrawarman, yang dikatakan Bhiksu Dharmapala itu benar adanya. Ananda adalah tumpuan harapan seluruh penduduk Kutaraja Minanga Tamwan dan Sriwijaya saat ini," pemilik suara itu melanjutkan kalimatnya. Ia ternyata Permaisuri Sobakencana.Melihat kedatangan Permaisuri Sobakencana, Pangeran Indrawarman dan Bhiksu Dharmapala langsung duduk di lantai dan menyembah padanya."Bangunlah kalian berdua," ujar Permaisuri Sobakencana pada keduanya. Perempuan paruh baya itu lalu duduk di kursi kosong yang terletak di sebelah kiri kursi Pangeran Indrawarman.Pangeran Indrawarman lalu menyambut kedatangan Permaisuri Sobakencana."Ibu Ratu, kenapa Ibu Ratu belum tidur di malam selarut ini?", tanya Pangeran Indrawarman pada Permaisuri Sobakencana, ibunya yang biasa ia panggil Ibu Ratu. Ia heran, karena tak seperti biasa, Permaisuri Sobakencana belum masuk ke kamar tidur. Padahal malam sudah cukup larut. Permaisuri Sobakencana cepat menjawab pertanyaan Pangeran Indrawarman. Ia maklum a
Read more
Pendekar Golok Melasa Kepappang
Suasana pelabuhan Mukha Upang cukup tenang sore itu. Sesekali kesibukan terlihat dari bongkar muat di dermaga yang dilakukan oleh kapal-kapal dagang. Baik kapal dagang milik pedagang lokal ataupun asing.Tenangnya aktivitas pelabuhan Mukha Upang, sama sekali tak menunjukkan jika beberapa hari lalu telah terjadi pertempuran besar antara pasukan Srwijaya melawan pasukan Mukha Upang. Di bandar yang kelak tercatat dalam sejarah sebagai Kutaraja Kedatuan Sriwijaya itu, semua berlangsung normal.Menjelang hari gelap, sebuah kapal kayu berukuran sedang mendarat di dermaga pelabuhan Mukha Upang. Kesebelas penumpangnya terlihat lelah. Terlihat jelas mereka semua mengantuk. Tapi semua lelah dan kantuk itu seperti tak dirasakan oleh mereka. Kesebelas orang tersebut adalah Pada dan sepuluh orang prajurit Sriwijaya yang ditugaskan mengawal Pada oleh Pangeran Indrawarman.Setelah berkemas, mereka semua lalu menemui syahbandar pelabuhan. Lalu bergegas menuju ke perkembangan Sang Dapunta Hyang Sri Ja
Read more
Lima Ratus Prajurit Pilihan
Pada sudah keluar dari tenda Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Ia langsung menyusul Senapati Utama Sadnya. Tak lama kemudian, senapati madya yang baru saja mendapat gelar Pendekar Golok Melasa Kepappang itu berhasil ia dapatkan.Saat itu Sadnya tengah bercakap-cakap dengan seorang laki-laki paruh baya yang berwajah seram dengan rajah yang memenuhi tubuhnya. Laki-laki itu adalah Rampog. Teman baru Sadnya.Mereka berdua tampak sedang melakukan obrolan serius. Pada belum berani menegur keduanya."Rampog! Bisa tak bisa kau harus kumpulkan sisa anak buahmu yang ada malam ini juga!""Alangkah mendadaknya Senapati!""Aku hanya jalankan perintah Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa Rampog!""Ah...penguasa selalu saja sesuka hati kalo beri perintah!" rutuk Rampog."Rampog! Setidaknya kau bantu aku!""Ya...ya... Senapati! Baiklah! Kalau bukan karena kau, tak akan aku patuhi perintah siapapun!""Sudahlah jangan mengomel terus! Segeralah pergi kumpulkan anak buahmu! Aku perlu seratus lima puluh orang m
Read more
Kejutan Tandrun Luah
Gunung Batu lepas senja. Puluhan burung rangkong berkaok-kaok terbang berpasang-pasangan pulang ke sarangnya. Sayap mereka beradu cepat dengan gelap yang mulai menyergap.Di perkampungan pasukan Rajaputra Aruna di Gunung Batu, ribuan prajurit mulai berkemas. Sekali pukulan canang lagi rombongan pertama mereka segera berangkat menuju Kutaraja Minanga Tamwan.Dalam pertemuan terakhir yang dipimpin Rajaputra Aruna dan melibatkan Senapati Madya Sarpa dan para pendekar aliran hitam, diputuskan keberangkatan pasukan Rajaputra Aruna dalam tiga gelombang. Dari tiga ribu prajurit Rajaputra Aruna, dua ribu lima ratus berangkat menyerang Kutaraja Minanga Tamwan. Sementara lima ratus lainnya tetap di Gunung Batu, bersiaga menjaganya.Gelombang pertama pasukan Rajaputra Aruna berjumlah seribu orang prajurit. Mereka sudah bersiap di lapangan yang biasa dijadikan tempat latihan. Tugas pasukan gelombang pertama adalah menghancurkan benteng pertahanan terdepan pasukan Kedatuan Sriwijaya. Mereka dipimp
Read more
Pos Pasukan Penjaga Sriwijaya Terdepan
Malam gelap pekat. Lima perahu berisi manusia kira-kira seratus orang itu makin mendekat ke pos penjagaan pasukan Sriwijaya yang terbuat dari rakit bambu yang terletak di kanan kiri Sungai Komering. Jika tak jeli benar, maka pos penjagaan Sriwijaya itu tak akan terlihat. Tak satupun obor dinyalakan oleh prajurit penjaga.Salah seorang yang naik lima perahu asing itu berteriak. Membuat seluruh prajurit jaga Sriwijaya bersiaga."Siagaaaa...! Siagaaaa...!" orang itu ternyata Tandrun Luah. Bersama seratus orang lainnya, ia berhasil melarikan diri dari perkampungan prajurit Rajaputra Aruna.Pos penjagaan pasukan Sriwijaya ini terletak cukup jauh dari Kutaraja Minanga Tamwan. Pos ini merupakan pos penjagaan terluar. Apabila Rajaputra Aruna hendak menaklukkan Kutaraja Minanga Tamwan, maka ia terlebih dahulu harus menghancurkan tiga lapis pertahanan yang dibangun oleh Senapati Madya Arsa.Pos rakit penjagaan prajurit Sriwijaya seketika siaga penuh. Obor-obor dinyalakan. Puluhan prajurit tampa
Read more
Keputusan Emosional Rajaputra Aruna
"Benar-benar bedebah kau Tandrun Luah!" Rajaputra Aruna belum usai memaki Tandrun Luah. Ia masih tak percaya semua strategi pemberontakan yang telah disusun matang jadi berantakan dalam sekejap oleh Tandrun Luah.Pendekar Pisau Terbang yang dari tadi hanya mendengarkan amarah Rajaputra Aruna, kini mulai bicara."Anak Raja! Sudahlah. Percuma kau memaki Tandrun Luah! Batang hidungnya saja sudaj tak tampak lagi!""Aih...kau Pisau Terbang! Kau malah membela pengkhianat itu!" sungut Rajaputra Aruna."Bukan aku membela Tandrun Luah Anak Raja! Sampai kiamat kau marahpun Tandrun Luah tak akan bisa kau dapatkan! Dengan marah-marah begini, kau malah merusak mentalmu dan seluruh pasukan yang kau pimpin!"Rajaputra Aruna diam mendengar sanggahan Pendekar Pisau Terbang. Memang ucapan Pendekar Pisau Terbang ada benarnya."Hhhhhhh...kau benar Pisau Terbang. Lalu apa yang harus kulakukan? Semua rencana matangku hancur oleh keparat itu! Bertahun-tahun aku menyiapkannya! Semua hancur dalam sekejap!" uj
Read more
Perang Pecah!
"Kuweek...! Kuweek...! Kuweek...!" suara burung hantu bersahutan-sahutan. Bergantian dengan lolong anjing hutan dan bintang malam lain memecah hening malam di hutan dekat rawa-rawa pos penjagaan pasukan Sriwijaya.Saat ini, waktu mendekati dua pertiga malam.Suasana di sekitar pos penjagaan pasukan Sriwijaya gelap gulita. Jika diperhatikan sekilas, tak ada tanda-tanda kehidupan manusia sama sekali. Padahal di balik kegelapan itu, ratusan pasang mata bersiaga, waspada menunggu kehadiran pasukan Rajaputra Aruna. Anyir darah mulai tercium. Aroma kematian mulai terasa menyengat kuat.Detik demi detik dilalui dengan degup jantung yang lebih cepat. Semua, siap tak siap akan berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa.Dari arah hulu, dua puluh perahu melaju lambat. Begitu mendekati pos penjagaan pertama pasukan Sriwijaya sudah dekat, Pendekar Pisau Terbang sengaja memerintahkan dayung dinaikkan. Semua perahu hanya mengandalkan tenaga arus Sungai Komering untuk berjalan. Kedatangan mereka tak
Read more
Pagi Berdarah di Sungai Komering
20Pagi Berdarah!Hari mulai terang. Sinar matahari berbinar dan menerobos sela-sela pohon gelam yang banyak tumbuh di sekitar pos penjagaan pertama pasukan Sriwijaya.Mestinya suasana pagi ini bisa menumbuhkan gairah dan kegembiraan. Tapi yang terjadi di tepi Sungai Komering pagi adalah sebaliknya.Perut Mekhanai mual. Isi perutnya seperti dikocok keras dan hendak muntah. Betapa tidak, dihadapannya terhampar pemandangan yang sungguh memilukan. Ratusan prajurit dari kedua belah pihak tergeletak jadi mayat. Rata-rata mereka tewas karena sengatan racun Datuk Lepu dan ganasnya pisau terbang. Air Sungai Komering kini berwarna merah darah.Di pihak pasukan Rajaputra Aruna juga tak kalah mengerikan. Ratusan prajurit Rajaputra Aruna tewas terkena panah pasukan Sriwijaya. Banyak mayat pasukan Rajaputra Aruna yang terbawa arus Sungai Komering ke hilir.Tapi ada sesuatu hal lain yang paling menggelisahkan Mekhanai. Sebagai prajurit yang sudah kenyang asam garam pertempuran Mekhanai paham kalau
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status