Semua Bab KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU: Bab 31 - Bab 40
64 Bab
Bab 31
Rena merasa begitu bodoh karena telah menganggap lelaki itu benar-benar jatuh cinta padanya. Semua kebaikannya ternyata palsu, hanya untuk membayar keberadaanya di sisi lelaki itu. Rena luruh terduduk di pinggir jalanan sepi. Dia menangis tertahan. Walau air matanya bercucuran, tapi suaranya ia tahan hingga tak terdengar.Melihat penumpangnya menangis, Mamang Ojek merasa heran. Ia kemudian memajukan motornya mendekati Rena.“Mbak, kenapa nangis?” tanyanya khawatir. Mendengar itu Rena segera bangit dan menghapus air matanya.“Ah, nggak Mang. Saya kelilipan. Ayo kita pulang saja,” jawab Rena kikuk.*Rena duduk terdiam sendiri di kamarnya yang dulu. Kamarnya saat ia masih belum bisa menerima kehadiran sang suami. Semua kejadian itu kembali terbayang di pikirannya. Saat tiap hari ia bersikap judes dan tak acuh pada sang suami. Lelaki itu dulu begitu terlihat memujanya, tapi kenapa sekarang berubah 180 derajat? Apakah ini balasan untuknya karena telah berbuat buruk pada sang suami? Rena t
Baca selengkapnya
Bab 32
Rena tersadar dari lamunannya saat sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Dia menatap benda pipih itu sekilas, lalu mengambilnya perlahan. Saat dibuka, sebuah chat dari nomor gak dikenal masuk ke ponselnya.[ Rena, aku ingin bertemu denganmu. Aku tunggu di kafe Milano, jam 4 nanti. Selina]Mata Rena terperangah saat melihat siapa pengirim pesan tersebut. Jantungnya berdebar tak karuan."Mau apa, dia?" gumam Rena.Walau hatinya enggan, tetapi rasa penasaran lebih mendominasi. Rena berencana datang ke tempat itu.Pukul tiga, Rena sudah bersiap. Dia mondar-mandir, memikirkan tentang apa yang akan dikatakan pada wanita itu.Dengan menggunakan taksi online, Rena pergi ke kafe yang berjarak tujuh kilometer dari rumahnya. Saat turun dari taksi, jantungnya makin berdebar. Entah dia harus bersikap seperti apa saat berhadapan dengan perempuan yang telah merebut hati suaminya. Rena menarik napas dalam. Seolah ingin menghilangkan sesak di dadanya yang kian sempit.Rena berjalan tegap ke dalam kafe
Baca selengkapnya
Bab 33
Sebelum pulang ke rumah, Dokter Fredy menyempatkan diri mampir ke apartemen Selina. Setelah sebelumnya wanita itu menangis dan merengek di telepon mengabarkan kejadian tadi sore dengan Rena. Selina mengadu telah ditampar dan dipermalukan di depan umum.Saat sampai di apartemen Selina, wanita itu menghambur dengan manja ke arah Dokter Fredy. Lelaki itu membelai punggung Selina pelan, untuk menenangkan."Kau tau, Eric? Tadi aku hanya mengatakan padanya agar dia tidak mempersulit hubungan kita. Aku mohon padanya agar mau segera bercerai darimu, tapi ... tapi ... dia malah menampar dan menyiramku dengan minuman," ujar Selina diselingi tangis."Kenapa kau menemui dia segala, sih?" ucap Dokter Fredy, lirih, seraya mengelus punggung wanita dalam pelukannya."Aku hanya ingin dia mengerti bahwa kita saling mencintai." Selina merengek manja."Ya, sudah. Kamu tidak perlu lagi menemuinya, biar semua aku yang selesaikan," bujuk Dokter Fredy. Selina mengangguk. Jari-jarinya mulai menari nakal di d
Baca selengkapnya
Bab 34
Hari itu. Pagi-pagi setelah salat dan ngaji, Rena sudah bersiap menyiram bunga di halaman. Koleksi anggrek suaminya sudah hampir seminggu tidak disiram.Walaupun kepalanya sedikit pusing karena semalam terlalu lama menangis hingga jatuh tertidur, Rena memaksakan diri merawat tanaman kesayangan sang suami. Walaupun hatinya sakit dengan sang pemilik tanaman dan juga pemilik hatinya, Rena tetap merasa bertanggung jawab atas bunga-bunga itu.Biasanya, setiap sore, dua hari sekali dia dan suaminya merawat tanaman itu bersama. Membuang bagian-bagian yang sudah mati dan memberi pupuk pada tiap pot itu. Namun, kini suasana itu tak ada lagi. Sang suami lebih memilih mampir ke tempat selingkuhannya daripada mengurus tanaman yang sudah sejak lama dirawatnya.Rena tertegun saat mau melangkah mengambil selang air. Dia melihat sepatu wanita di samping pintu. Sebuah high heels, barang yang jelas bukan miliknya. Rena melirik ke dalam rumah. Menatap sekilas ke kamar suaminya yang pintunya masih tertut
Baca selengkapnya
Bab 35
Selina mendekat pada Dokter Fredy dan bergelayut mesra di tangannya."Jangan kau terlalu percaya diri bahwa Eric akan menyesali jika menceraikanmu, Rena," ujar Selina."Jawab pertanyaanku, Bang. Apa kau tidak akan menyesalinya? Apa kau tidak akan memintaku kembali?" tantang Rena."Jika kau jawab tidak, maka aku akan menerimanya. Hari ini juga aku akan keluar dari rumah ini tanpa kau minta."Dokter Fredy mengangguk."Ya, aku tidak akan pernah memintamu kembali. Aku memintamu untuk menerima perceraian ini," ucap Dokter Fredy lirih. Rena mengangguk pelan."Baik, aku akan pergi. Tapi ingat, kepergianku tidak akan pernah kembali. Camkan itu!" ucap Rena tegas. Dia berbalik dan melangkah ke kamarnya.Dia membereskan semua barang yang telah dikeluarkan oleh Dokter Fredy dari kamarnya. Rena meraih tas besar dan mengisi dengan barang-barangnya.Selina tersenyum penuh kemenangan sambil memeluk mesra lelakinya. Dokter Fredy membalas pelukan itu dengan lebih erat.Tak lama, Rena keluar dari kamarn
Baca selengkapnya
Bab 36
Rena berencana mencari kerja untuk menghidupi dirinya di kemudian hari. Dia sudah tidak mau lagi mengandalkan uang pemberian dari sang suami. Rena betul-betul ingin lepas dari masa lalu bersama lelaki itu.Pagi-pagi Rena sudah bersiap untuk berangkat mencari pekerjaan. Pekerjaan apapun akan dia terima, asalkan halal. Dia tidak malu jika seandainya harus kembali menjadi tukang setrika seperti dulu. Yang penting dia bisa bebas dari Dokter Fredy.Hanya dengan stelan celana jeans dan kaos, juga make up yang minimalis, tapi Rena tampil cantik sekali.Setelah mengunci kamar kontrakkannya, Rena bergegas hendak menuju jalan raya. Namun, baru beberapa langkah, dirinya melihat seseorang yang begitu dihapalnya. Orang itu pun tampak kaget saat melihat keberadaan Rena di sana."Mbak Dewi?""Rena? Kenapa ada di sini?" tanya Dewi heran.Rena pun akhirnya menceritakan masalah hidupnya pada Dewi. Tentang kehadiran Selina, tentang perubahan suaminya, juga tentang rencana gugatan cerai yang akan dilaya
Baca selengkapnya
Bab 37
Rena celingak-celinguk saat sudah sampai di lantai dua mal yang disebutkan oleh Dewi tadi. Ternyata toko itu merupakan sebuah butik dengan koleksi baju dengan merek ternama. Ada juga koleksi lingerie di deretan sebelah kanan. Rena sempat teringat dengan kejadian terakhir kali. Saat dirinya ditinggalkan setelah membeli beberapa lingerie."Mbak cari apa?" tanya seorang gadis penjaga toko. Rena tersentak kaget dan kembali sadar dari lamunannya."Emh, anu ... saya cari Pak Rendy," jawab Rena gugup."Oh, mau ke Pak Rendy. Silakan ikut saya," ajak pelayan toko itu menuju ke arah meja di sebelah kasir."Pak Rendy, ada yang cari Bapak," ujar pelayan toko itu. Lelaki yang tengah serius dengan laptopnya itu menoleh. Rena mengaangguk sopan. Ternyata lelaki bernama Rendy itu masih muda. Tidak sesuai dugaannya. Awalnya Rena menyangka jika Rendy itu seumuran dengan suaminya."Silakan duduk, Mbak.Temennya Dewi ya? Siapa namanya?" tanyanya setelah mengambilkan sebuah kursi untuk Rena."Saya, Rena, Pa
Baca selengkapnya
Bab 38
Hari kelima di minggu ketiga Rena bekerja, dia kebagian jaga toko sore hingga malam. Dikarenakan tidak ada teman shif, akhirnya Rendy yang menemani sebagai penjaga kasir.Rena fokus belajar saat Rendy mengajarinya cara menjadi kasir. Rendy menyukai cara kerja Rena yang cekatan dan mudah paham dengan apa yang diajarkan. Selain itu, Rena terlihat jujur, terlebih lagi memiliki wajah yang cantik. Diam-diam Rendy menaruh rasa pada Rena."Salinan bon jangan sampai hilang untuk nanti laporan," ujar Rendy. Rena mengangguk."Mampir dulu ke sini, yuk, Sayang. Lihat! Sepertinya koleksi di toko ini bagus-bagus." Terdengar suara seseorang dari arah pintu masuk. Rendy menoleh pada sepasang pria dan wanita yang masuk ke tokonya."Ren, ada pelanggan datang. Kamu temani dulu mereka," pinta Rendy pada Rena. Rena pun menoleh pada pasangan yang baru datang. Matanya terbelalak saat dia melihat siapa yang datang. Orang yang begitu ingin dihindarinya."Kok, diem, Ren?" tegur Rendy. Rena tersadar dari rasa k
Baca selengkapnya
Bab 39
"Ayo! Kok kamu malah melamun. Mau tidur di sini?" goda Rendy. Rena kembali sadar dan menggeleng pelan.**"Kamu lapar, gak, Ren? Kita makan dulu, yuk!" ajak Rendy saat sudah di dalam mobil. Rena menoleh pada lelaki di belakang kemudi."Saya tidak lapar, Pak. Terima kasih," jawab Rena."Apa kamu keberatan jika menemani saya makan dulu? Saya lapar sekali." Rendy beralasan, karena sebenarnya dia menyadari jika suasana hati Rena sedang tidak baik. Dia ingin sedikit menghiburnya."Ah, tidak, Pak. Silakan saja jika Bapak mau makan dulu," jawab Rena. Rendy tersenyum bahagia, karena wanita di sebelahnya menerima tawarannya.Akhirnya Rendy memilih sebuah restoran khas sunda. Dia sengaja memesan banyak makanan untuk Rena.Sesaat setelah menikmati makanan di depannya, Rendi melirik pada Rena yang hanya memainkan sendok di piringnya. Nafsu makannya hilang seketika, saat melihat gadis di depannya malah melamun."Ren....""Eh, iya, Pak?" Rena tampak kaget dengan teguran Rendy."Boleh saya tanya ses
Baca selengkapnya
Bab 40
Dia berjalan terseok ke arah pintu dan segera membukanya. Matanya terperangah saat melihat orang yang berada di balik pintu."Bapak? Maaf, sepertinya hari ini saya tidak bisa masuk. Mungkin pesan saya tidak sampai," ucap Rena parau. Tubuhnya limbung, untung saja dengan sigap Rendy menahan tubuh kurus itu."Ayo kita ke dokter," ujar Rendy. Rena menggeleng. "Tidak usah, Pak. Nanti juga baikan.""Kamu ngeyel, ya. Kondisi sudah begini masih saja bandel. Ayo saya antar kamu ke dokter."Akhirnya Rena pun menurut. Dia memang sudah merasa tidak kuat, tapi rasa canggung terhadap atasannya itu membuatnya malu.Rena berjalan dipapah oleh Rendy menuju mobil yang terparkir di pinggir jalan. Untung saja jaraknya tidak jauh.Rendy segera membawa pegawainya itu ke klinik terdekat. Sebuah klinik kecil. Namun terlihat nyaman. Beberapa pasien terlihat sedang mengantri. Rendy segera mendaftar, sementara Rena duduk di kursi penunggu. Beberapa saat kemudian nama Rena dipanggil. Rendy dengan hati-hati mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status