All Chapters of KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri: Chapter 61 - Chapter 70
81 Chapters
Canggung
"Terkadang aku lelah, Al. Hingga ingin rasanya mengakhiri semua dan pergi tanpa apa pun, bersama Azriel dan Nicholle untuk tinggal bersama Enin di Desa. Namun, keadaan seakan memaksaku untuk tetap tinggal, menyelesaikan apa yang telah kusepakati pada kakek tanpa tahu harus memulai dari mana. Aku hanya tak ingin lebih banyak darah bertumpahan lagi, aku tak ingin ada korban baru lagi." Amira menyeka bulir bening yang lolos dari pelupuk matanya.Al yang tengah fokus menyetir sesekali melirik Amira, atau Zara yang duduk di jok belakang dari balik spion.Perempuan berambut pendek itu memberi isyarat dengan anggukan dagu agar Al menenangkan Amira."Bagaimana kalau kalian resign saja, sebisa mungkin aku akan membantu jika kalian ingin membuka usaha. Pekerjaan ini sepertinya cukup berbahaya bagi kalian. Taruhannya nya--" "Amira." Tubuh perempuan itu menegang saat sadar panggilan itu bukan berasal dari Zara melainkan Al. "Bisa kita bicara sebagai teman, alih-alih atasan dan bawahan?"Amira me
Read more
Rencana
Amira membulatkan bibirnya. "Oh, begitu. Ya sudah, aku duluan ke atas, ya. Sudah mau masuk waktu maghrib. Nanti kita berkumpul lagi saat makan malam." Amira dan Zara pun berlalu dari pandangan Andini."Kamu lihat Nic, Zar?" "Kayaknya dia di dapur, deh, Mir. Akhir-akhir ini Nicholle suka nemenin Mbok Ambar."Amira mengernyitkan dahi."Terus mereka komunikasinya bagaimana?"Zara mengedikkan bahunya. "Entah, pake google translet, mungkin.""Ya ampun, Zara." Amira hanya menggeleng pelan.mereka pun memisahkan diri dan masuk ke ruang masing-masing. Sebelum masuk ke kamarnya Amira sempat mengintip dari balik pintu kamar Azriel yang setengah terbuka. Kebetulan kamar mereka memang terletak berhadapan.Di meja belajarnya, Azriel terlihat tengah sibuk berkutat dengan IPad, mengerjakan tugas yang dikirimkan melalui online. Ternyata Azriel cukup bersemangat di hari pertamanya sekolah.Setelah puas memerhatikan putranya, Amira pun masuk ke dalam. Merobohkan diri di atas kasur sembari melepas pas
Read more
Rencana (2)
"Menurut keterangan beberapa saksi dan bukti-bukti. Saudara Hanung Adijaya terjerat pasal berlapis, seperti yang sudah tercantum dalam pasal 340 KUHP tentang pembunuhan, juga pasal 310 ayat 1 tentang fitnah dan pencemaran nama baik pada saudari Lena Aprilia, serta pasal 242 ayat 1 tentang keterangan palsu. Dengan ini kami putuskan bahwa terdakwa dijatuhi hukuman maksimal tiga puluh tahun penjara, dan denda tiga miliar rupiah."Palu hakim pun diketuk. Bersamaan dengan itu kepala Hanung tertunduk. Masih dengan kedua jemari yang tertaut dia menoleh ke arah Amira yang berada di barisan paling depan bersama Rafael dan Rama, sementara Dona sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Beberapa bulir air mata terlihat lolos dari pelupuk mata dan membasahi pipinya yang kemerahan. Amira bangkit menghampiri Hanung yang tersenyum lemah menatapnya.Tanpa aba-aba perempuan itu berlari dan menerjang tubuh pamannya, dia terisak dalam dekapan Hanung."Air mata berharga itu sama sekali tak pantas kau ja
Read more
Tamu Tak Diundang
"Zar! Kira-kira secara keseluruhan meeting room yang tertutup di rumah ini ada berapa?" Amira bertanya pada Zara sepulang dari kantor, sembari menyisir pandangan ke seluruhan bangunan megah di sekelilingnya. "Kalau nggak salah dua, deh, Mir. Satu lantai dasar--di sini, yang satu lagi di lantai tiga," sahut Zara."Sofanya?" tambah Amira."Kalau yang paling atas kayak ruang keluarga biasa. Sofanya ada dua berhadapan. Kalau yang dibawah itu muat lebih banyak, sofanya juga kayak buat meeting biasa. Dua-duanya ada TV ukuran 42 inci."Amira manggut-manggut tanda mengerti."Yang di lantai ini kursinya tolong ganti pake sofa panjang, ya!" pinta Amira."Oh, boleh-boleh, Mir. Ada lagi?""Sama minta tolong kabarin bagian kitchen buat nambah stok besok. Kita bakal kedatangan beberapa tamu soalnya."Zara menulis semua catatan yang Amira minta di dalam sebuah tab berbentuk persegi dengan pen khususnya."Oh, iya, Zar. Perkembangan kondisi Jojo sama Ilham bagaimana?" Zara mengangkat kepalanya, seket
Read more
Perangkap
Matahari tampak terik siang hari ini. Namun, embusan angin masih terasa menggoyangkan pohon-pohon yang rindang di sekeliling bangunan megah tersebut. Akhir pekan di kediaman Adijaya dimulai dengan mobil-mobil mewah yang terparkir di pelataran. Lalu-lalang para pelayan menyiapkan jamuan makan yang sudah dipersiapkan sejak beberapa hari lalu pun menjadi pertanda akan diadakannya sebuah pertemuan antar keluarga. Seorang wanita paruh baya yang mengenakan dress selutut terlihat baru saja keluar dari salah satu mobil yang berjejer. Rambut panjangnya yang disemir pirang, tampak terurai menyentuh punggung mungilnya. Sebuah kaca mata hitam yang dipenuhi dengan permata mengkilap bertengger di hidung bangirnya. Namun, ada sedikit yang berbeda dari penampilan wanita ini. Bibirnya yang penuh tak lagi dihiasi gincu berwarna mencolok, hanya warna nude yang dia bubuhkan, hingga terkesan sedikit pucat. "Mari Bu Dona, saya antar menuju ruangan yang sudah disediakan."Zara menuntun Dona menuju meeting
Read more
Perangkap (2)
"Selamat datang Pak Rendy. Mari saya antar ke ruangan." Zara menyambut Rendy yang baru saja turun dari mobil Ferrari dan mengiringnya menuju lantai tiga. Dua hari lalu lelaki itu melakukan penerbangan langsung dari London menuju Jakarta, setelah melakukan kesepakatan dengan Amira terkait Andini yang masih sah sebagai istrinya. Selama dua bulan menghambiskan waktu dalam pengasingan di negara yang dipimpin oleh Ratu Elisabeth tersebut, Rendy banyak belajar tentang arti kehidupan. Dia juga lebih banyak menghabiskan waktu dalam kegiatan amal, serta menyempatkan diri untuk berkonsultasi dengan seksolog terkait penyimpangan seksualnya. Rendy merasa bahwa waktu yang dia habiskan untuk main-main sudah selesai. Kehidupan terlalu singkat bila hanya dihabiskan untuk mengejar dunia dan segala isinya yang fana. Toh, harta dan kekuasaan yang susah payah dia perjuangkan sejauh ini tak membuat dirinya puas menikmati hidup. Sampai di lantai tiga, Zara menuntun Rendy menuju ruangan dengan dua orang
Read more
Kena
Amira masuk lebih dulu ke ruangan di mana Mrs. Margaret, Dokter Sandi, dan Dona berada. Sejenak dia berhenti di hadapan dua orang penjaga untuk menyampaikan beberapa pesan. "Masuk ke dalam kalau merasakan kondisi sudah tidak lagi kondusif!""Baik, Bu." Kedua orang lelaki berbadan kekar itu mengangguk bersamaan. "Ayo!" ajak Amira pada seorang pelayan yang mendorong troli berisi makanan menuju ruangan. Suara stilleto yang beradu dengan ubin menginterupsi obrolan canggung antara tiga orang yang duduk di atas sofa berwarna gelap. "Maaf menunggu lama. Silakan dinikmati! Ini cocktail yang menyegarkan bila disajikan saat cuaca panas begini." Amira tersenyum lebar menatap ketiganya. Satu per satu gelas bening berisi cocktail yang dibawa pelayan bertopi tersebut dia sodorkan pada Dona, Mrs. Margaret serta Dokter Sandi. "Kenapa, Dok?" tanya Amira saat Dokter Sandi terdiam lama, memerhatikan gelas di tangannya. "Cocktail ini aman, kok. Tidak ada sianida atau zat arsenik. InsyaAllah Anda ak
Read more
Balasan untuk Para Munafik
"Mama dan papa senang akhirnya pemberitaan tentang rumor yang tak enak itu berhenti tersebar. Sekarang terbukti dengan kehamilan Andini bahwa kau normal. Kalian bisa hidup tenang, dan nama baik keluarga kita juga kembali dibersihkan." Ibu mertua Rendy itu tak henti bersyukur sembari menepuk-nepuk bahu menantunya. Sementara yang bersangkutan hanya bisa menanggapi datar. Meskipun berat, karena harus menghilangkan rona bahagia di wajah tak berdosa mertuanya. Namun, tak ada pilihan bagi Rendy selain mengungkapkan kebenaran. "Ma." Rendy menggenggam tangan ibu mertuanya. "Pa." Lalu beralih pada ayah mertuanya. "Rendy memang bukan menantu yang baik, Rendy juga memang seburuk yang orang-orang katakan. Namun, tak sampai hati Rendy mampu membohongi kalian yang selama ini masih menerima Rendy setelah berbagai isu yang tersebar."Kedua suami istri itu menatap Rendy dengan alis bertautan. "Setelah Andini melahirkan, Rendy tetap akan melanjutkan gugatan cerai yang Andini ajukan sejak awal.""M
Read more
Menu Penutup
Ceklek. Seketika Rama beranjak dari ranjang saat mendengar suara pintu terbuka."Sialan, kenapa lama sekali, kep--" Suara Rama tertahan di tenggorokan, saat melihat siapa sosok yang berdiri di hadapannya saat ini. "Amira."Perempuan itu hanya menanggapinya dengan datar. "Kenapa tidak dilanjutkan, Mas? Jalang, pelacur, keparat, brengsek. Ayo katakan!""Amira, kau salah paham." Seketika nada suara Rama berubah lembut. Amira menggeleng. "Sepertinya aku tidak salah paham, Mas. Tapi memang inilah sosok dirimu yang sebenarnya tak pernah ditunjukkan. Kau ingin tahu alasan kenapa aku mengurungmu di ruangan ini, kan?"Rama hanya bergeming. "Karena Monster memang tak seharusnya berkeliaran."Kedua tangan lelaki itu terkepal. Rahangnya mengetat."Sejak kapan?" Kalimat tanya itu jelas mengandung arti tersirat. Kini, giliran Amira yang terdiam untuk menyulut emosi Rama semakin membara. "SEJAK KAPAN KAU TAHU? SEJAK KAPAN KAU MEMBUATKU TERLIHAT SEPERTI LELAKI BODOH YANG BISA DIPERMAINKAN, JALA
Read more
Kenyataan Pahit
Terkadang patah hati terberat memang datang dari orang yang paling kita percaya. Hadirnya yang dipikir sebagai penyembuh, nyatanya hanya untuk membuat luluh. Menutupi luka goresan, yang diganti dengan sayatan yang semakin dalam. Tak ada yang salah dengan mengakui kesalahan, tapi hubungan yang sejak awal didasari kebohongan hanya akan berakhir dengan sebuah kehancuran. Bangkai tetaplah bangkai, meski tersembunyi dalam tumpukan bunga mawar hadirnya tetap mampu mengundang lalat untuk datang dan hinggap. Hampir sembilan tahun Dustin membersamai Amira dalam suka dan duka di negeri orang. Menyembuhkan trauma mendalam hingga membuatnya sempat tak sanggup menatap luasnya dunia, karena yang terlihat hanya sebuah kekejaman. Dia bak oase di padang gurun yang tandus, cahaya di tengah kegelapan yang mencekam, serta kesejukan di antara panas yang membakar. Namun, siapa yang menyangka bahwa sosok bak malaikat itu ternyata iblis yang bersembunyi di balik sayap putihnya. Amira akhirnya tahu ternyat
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status