Semua Bab Ketika Melahirkan di Tempat Mertua: Bab 11 - Bab 20
108 Bab
BAB 11. Bayar Lukaku.
BAB : 11Bayar Lukaku dengan Mahal, Mas!***Aku menahan sakit luar biasa di sekitar area perut hingga berdiri pun rasanya sangat susah. Namun melihat keadaanku yang seperti ini masih saja membuat Mbak Rosa angkuh. "Yang, itu Andira kenapa?" tanya Rudi, suami Mbak Rosa. "Biarin aja, Yang. Biar dirasakan sendiri akibatnya. Berani sama Rosa, tanggung sendiri akibatnya." Melihat Mbak Rosa yang angkuh begini, membuatku mengepalkan tangan. Aku tidak akan melupakan perbuatanmu, Mbak, lihat saja nanti."Kita periksakan aja, Yang, gimana kalau aku saja yang mengantarnya ke rumah sakit?" Aku terkesiap mendengar tawaran Rudi. Tampangnya saja yang sok alim, tapi pandangannya sungguh menjijikan. Lebih baik aku mati di tempat, daripada diantar oleh Rudi brengsek itu."Jangan, Yang! Tanganmu terlalu berharga untuk membantunya. Biar saja dia menanggung sakit sendiri. Biar tahu rasa dia!" ketus Mbak Rosa angkuh lantas meninggalkanku yang sedang menahan sakit.Aku tertatih dan mencari Mas Rangga n
Baca selengkapnya
BAB 12. Gadis Kecil Itu?
BAB : 12Gadis Kecil Itu?***"Om kan sayang sama orang yang kamu panggil Bunda itu, Sayang. Tak mungkin lah Om menyakitinya," ucap Mas Rangga yang berusaha merayu gadis kecil ini."Gak, Om gak boleh sayang sama Bunda. Yang boleh sayang tuh, Riana sama Ayah!" ucap gadis kecil ini lantang. Aku melongo mendengar ucapan gadis kecil ini. Begitu juga dengan Mas Rangga dan Ayahnya gadis ini nampak melongo bersamaan. Sedangkan Pelukannya semakin erat padaku, tatapan matanya tajam mengarah pada Mas Rangga. "Riana, yang sopan kamu! Pak Rangga, Bu, saya bener-bener minta maaf atas ulah Riana, anak saya," ucap Ayah gadis ini dengan tak enak hati."Hmmm … Papa jahat! Aku mau ikut Bunda aja gak mau ikut Papa, hmmm …." Gadis yang ku ketahui bernama Riana ini menangis karena bentakan sang Ayah. Ini tak bisa dibiarkan, aku harus mengambil tindakan. Hal yang kulakukan adalah mengambil kesempatan dalam kondisi sempit seperti ini."Udah ya, Sayang. Jangan menangis lagi ya, ada Bunda disini," ucapku y
Baca selengkapnya
BAB 13. Andira Akting?
BAB : 13Andira Akting?POV RANGGA***"Kapan kamu tak membuat repot rumah ini, Andira," Batinku geram. Setelah pulang dari rumah sakit dengan membayar obatnya yang sangat mahal. Kini Andira kembali membuat ulah dengan Ibu. Aku tak tahu pasti kejadiannya gimana, yang jelas ketika masuk ke dalam rumah posisi Ibu sudah berada di lantai seperti orang terjatuh. Entah terjatuh atau didorong Andira yang seperti kata Ibu, yang jelas Andira memang suka bikin onar."Kenapa kamu gemeteran gitu, kamu mau membunuh bayimu sendiri dengan meremasnya?" tanyaku pada Andira yang terlihat gemetaran. Menggendong bayinya saja seperti diremas."Kasihkan ke Ibu kalau kamu tak becus gendong, Andira," titahku. Karena lama-lama tak tega juga melihat bayi yang menggeliat di gendongan Andira. "Tidaaaakk!" Aku dan Ibu tercengang mendengar teriakan Andira. Rasanya baru kali ini Andira berteriak se-histeris ini. Tangannya semakin gemetar setelah aku meminta bayinya untuk dikasihkan ke Ibu. Suasana jadi mencekam
Baca selengkapnya
BAB 14. Ketika Mental Diuji.
BAB : 14Ketika Mental DiujiPOV RANGGA***Terdengar helaan nafas berat sekali. Sepertinya Bude menyesal telah marah sama kami. Mampuslah kamu Andira, kali ini Bude yang akan memarahimu langsung. Makanya jangan kurang ajar."Dobrak pintu kamarmu. Bude harus bicara dengan Andira sekarang juga!" ucap Bude tajam.Jujur, aku senang melihat Bude yang marah seperti ini pada Andira. Tapi gak harus dobrak pintu juga kali. Duh, rusak deh pintu kamarku."Tak perlu didobrak juga kali, Mbak, nanti rusak dong pintunya," Ibu berusaha menghalangi Bude Gina.Bude akhirnya berjalan mendekati pintu kamar. Merasa penasaran, Bude menekan dan memutar handle pintu. Namun nihil, karena Andira mengunci pintunya dari dalam. Aku dan Ibu hanya membuntutinya dari belakang."An, buka pintunya, Nak," ucap Bude sambil mengetuk pintu. Namun tak ada sahutan dari dalam. "An, ini Bude, buka pintunya!" Ketukan Bude semakin kencang. Andira, kamu lagi ngapain sih di dalam? "Tak ada cara lain. Dobrak pintunya sekara
Baca selengkapnya
BAB 15. Dibalik Sakitnya Andira
BAB : 15Dibalik Sakitnya Andira.***Aku menangis sesenggukan di depan Bude Gina dan Mbak Winda. Entah apa yang aku alami tadi, yang jelas saat Ibu mau menjejali bayiku dengan lumatan pisang, rasa takut luar biasa menyergap di pikiranku. Kalau mereka menyakiti hati dan fisikku mungkin aku bisa kuat, tapi jika bayiku juga ikut jadi sasarannya, sungguh rasa ini tak kuat lagi untuk menahannya."An, kamu masih mengenali Bude kan?" tanya Bude sambil menggendong bayiku. Aku mengangguk pelan, bagaimana mungkin aku bisa tak mengenali Bude Gina yang baik hati ini."Alhamdulillah jika kamu masih mengenali Bude, An, Bude tadi khawatir banget sama kamu," Aku tersenyum mendengar ucapan Bude.Setelah Mas Rangga dan Ibu mau merebut bayiku tadi, ketakutan luar biasa menjalar di seluruh tubuhku. Bahkan, sudah berada di kamar pun, bayang-bayang Ibu terasa nyata di depanku. Seakan menari-nari memperlihatkan kesungguhannya merebut bayiku. Rasanya saat ini badanku lemas sekali. Beruntung sekali aku masih
Baca selengkapnya
BAB 16. Rahasia
BAB : 16Rahasia yang Mencengangkan.***Aku tak mau memikirkan pemandangan yang berada di depanku. Entah apa yang direncanakan Ibu mertua, aku tak peduli. Segera kuambil sepiring nasi yang sudah dibawa oleh Mbak Winda tadi, lantas aku memakannya dengan lahap. Yang kuinginkan cuma satu, segera sembuh dan pergi sejauh-jauhnya dari sini."Makannya pelan-pelan, An," ujar Mbak Winda dengan mengambilkan air minum yang ada di meja sebelah kasur."Minum dulu," Mbak Winda menyodorkan air minum disela-sela makanku. "Sabar, An, apapun yang terjadi, aku akan selalu disampingmu. Jangan merasa sendiri, ya," Mbak Winda menguatkanku. Aku hanya mengangguk mendengar ucapannya.Setelah makananku habis, Mbak Winda lantas menaruh piring ke meja. Setelah itu ia mengambil obat yang tergeletak dan memberikannya padaku. Aku sudah selesai makan dan minum obat, namun keluarga ini masih berdrama dan memainkan perannya masing-masing. Silahkan, puaskan saja sandiwara kalian. Aku sudah tak peduli."Mbak, aku ingi
Baca selengkapnya
BAB 17. Bertahan.
BAB : 17Bertahan Ditengah-tengah Keserakahan.***"Hei, kok malah bengong. Ini saya bawa masuk ke dalam ya, sepertinya kamu kerepotan," ucap Rudi yang berada di depanku.Beginilah sikapnya, manis seperti tak terjadi apa-apa. Tapi sedari dulu aku memang sudah tak suka dengan caranya yang memandangku. Tapi ternyata di hatinya memang melebihi seorang psikopat."Bo-boleh kalau tak merepotkan," ucapku tergagap. Tak kupungkiri, ketakutan menghampiri hingga jantung ini seakan mau melompat dari sarangnya. Namun aku tak boleh gegabah, aku tak mau dia curiga kalau aku mengetahui niat busuknya. Apalagi sampai dia tahu kalau aku sudah mendengar pembicaraannya tadi, yang ada detik ini juga Rudi akan melenyapkanku dari bumi ini."Lagi ngapain kamu, An. Kamu mau menggoda suami saya?" Sinis Mbak Rosa ketika Rudi membawakan keranjangku di depan kamar. Rudi menawarkan untuk membawakan keranjang hingga masuk ke dalam kamar, namun aku menolak. Cih! Lancang sekali. Dan Mbak Rosa cemburu mengira aku meray
Baca selengkapnya
BAB 18. Mulai Panik
BAB : 18Mulai Panik, semakin tegang!***Pantas saja Ibu bisa bergaul dengan geng sosialitanya, jatah dari Mas Rangga juga lebih dari cukup untuk bersenang-senang seorang diri. Baju dan tas yang berjejer di kamarnya, sudah bisa membuktikan kalau Ibu seorang sosialita. Sedangkan aku?Selama ini Mas Rangga menjatahku 3 juta sebulan untuk memenuhi kehidupan kami dikontrakan. Itu pun sudah termasuk membayar kontrakan dan membeli token. Bahkan aku harus mengirit demi bisa menabung untuk biaya persalinanku. Namun lagi-lagi Ibu mertua mengeluhkan uang dan tabunganku pun lenyap untuk memenuhi keinginannya itu."Kuambil uang yang berada di amplop lantas memasukan beberapa lembar di dalamnya. Lalu melipat kembali dan memberikannya pada Mas Rangga. "Buat Ibu," ucapku sembari memberikan amplop coklat pada Mas Rangga yang tengah merapikan bajunya. Mas Rangga menoleh ke arahku, lalu mengambil amplop yang berada di tanganku. "Aku menaruh 2 juta di dalamnya," ucapku lagi.Mas Rangga tersenyum sini
Baca selengkapnya
BAB 19. Mempertahankan Hak
BAB : 19Mempertahankan Hak.***Ibu datang dengan muka manyun dan ditekuk. Lantas duduk di sebelah Bude Gina. Ibu melirik ke arahku dengan tatapan tajam, seakan ingin menerkam. Namun aku pura-pura tak tahu dan cuek. Ibu tak akan berani menyakitiku karena ada Bude Gina di sini. Jika dia nekat menyakitiku, aku juga tak akan segan-segan untuk berteriak agar para tetangga datang menghampiri. Semua itu demi kewarasanku. Ibu nekat, aku juga bisa nekat untuk menjaga bayiku dan tentunya, diri sendiri."Mana Rosa dan suaminya?" tanya Bude pada Ibu. Mas Rangga juga sudah duduk kembali di tempatnya. "Rosa masih tidur kayaknya, Mbak, sudah biarkan saja. Kita sarapan dulu saja, biasanya memang Rosa bangun sekitar jam 9 nanti," ujar Ibu enteng.Bude Gina nampak melotot mendengar ucapan Ibu. Namun sepertinya Ibu tak menyadari bahwa Bude Gina terlihat tak suka dengan ucapan Ibu. Kalau aku sih, sudah terbiasa mendapati Mbak Rosa seperti itu. Bangun, langsung makan, dan komplain segala macam denganku
Baca selengkapnya
BAB 20. Merampas Paksa
BAB : 20Ingin merampas paksa.***Seketika aku berjingkat mendengar ancaman Ibu. Nekat sekali nenek sihir ini. Apa yang harus aku lakukan? Ayo Andira, berpikirlah! Bagaimana jika mereka ingin mengeroyokku sekarang? Tak ada orang yang membelaku saat ini. Kania yang ingin tidur pun sekarang ikut terjaga karena mendengar berisiknya suara gedoran pintu dari luar.Aku mondar-mandir di depan pintu, bertahan dengan suara yang semakin membuatku pusing. Pasti kesempatan langka ini tak akan disia-siakan oleh mereka. Uangku? Ya, aku harus mengamankan uangku sekarang. Aku bergegas menyimpan uang ke dalam tas, lantas menyimpannya ke dalam lemari. Setelah itu kunci kuambil, kumasukkan ke plastik dan menyimpannya ke dalam tempat sampah. Hanya untuk antisipasi saja, jika mereka mencari kuncinya, tak mungkin juga mencari ke tempat sampah."Andira sialan! Kamu budek apa gimana sih? Buka pintunya!" Ibu menggedor pintu dan berteriak seperti orang kesurupan. Huh, aku harus mengambil tindakan. Tak mungki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status