All Chapters of Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!: Chapter 11 - Chapter 20
158 Chapters
Bermain sandiwara
Bermain sandiwara pagi-pagi sekali Yana sudah memasak di dapur. Arif melangkah ke dapur untuk melihat Yana memasak. "Dek, kamu lagi masak apa?" tanya Arif melongok kedalam panci yang terus di aduk-aduk oleh Yana. "Masak bubur, Mas. Kan ibu lagi sakit, jadi harus makan bubur dulu." ujar Yana sembari terus mengaduk-aduk bubur di dalam panci. "Makasih ya, Dek." Arif tersenyum, lalu kembali ke ruang tengah untuk mengecek kondisi Ibunya. "Gimana, Bu? udah enakan?" tanya Arif sembari duduk di samping Ibunya. "Badan ibu rasanya pegal-pegal Rif. Tolong pijitin ya, Nak." Bu Wongso meringis dan menggerakkan kakinya. Arif langsung bergerak memijit ibunya. "Ibu kok bisa sakit kayak gini, sih?" tanya Arif sambil terus memijit kaki ibunya. "Kata dokter kemaren, ibu terlalu capek, Rif." Bu Wongso menekuk wajahnya. "Kok bisa capek sih, Bu? kan ada Yana yang masak." Arif berhenti memijit dan menatap wajah ibunya. "Yana kan sibuk ngider, mana sempat dia masak," ujar Bu Wongso sengaja membuat
Read more
Bermain Sandiwara 2
Yana tidak menggubris. Arif kembali memeluk Yana dan berbisik. "Dek, kayaknya Dila itu makanya sering menangis karena pengen punya Dede bayi, deh." Arif mengelus punggung Yana dengan tangannya. "Yana berbalik, dan memandang Arif dengan tajam. " Mas masih punya hutang. Mau mendengarkan ceritaku," sungut Yana. "Iya, Mas dengerin. Tapi setelah bikin Dede bayi buat Dila, Ya." ujar Arif tersenyum nakal. Yana mengangguk, dan ketika Arif baru saja hendak mencium Yana, ibunya berteriak kencang dari arah ruang tengah. "Rif, Arif ... kamu di mana?" Bu Wongso berteriak dengan kencang. Arif mengusap wajahnya dengan kasar. Arif menemui ibunya ke ruang tengah bersama Yana di belakangnya. "Ibu kenapa?" tanya Arif mendekati ibunya. "Kamu kemana saja, Rif? ibumu lagi sakit, ini." sungut Bu Wongso "Tadi kan, ibu udah tidur, jadi Arif nengok Dila ke kamar. takut kalau-kalau terbangun. Yana kan capek, Bu." jawab Arif sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Nak, ibu ini sakit parah. Dokter
Read more
Kebohongan yang terbongkar
Kebohongan yang terbongkar"Bu, tenang." Arif mencoba mendekati ibunya."Yang dikatakan Yoga itu nggak benar, ibu nggak sakit parah. Ibu nggak mau operasi," Bu Wongso melempar barang-barang yang ada di ruang tengah ke arah Yoga."Bu, apa yang ibu lakukan?" Arif menahan tangan ibunya. Namun, yang terjadi, Bu Wongso mendorong tubuh arif sehingga Arif terjungkal. Bu Wongso lalu berlari masuk ke dalam kamar, dan mengunci pintu kamar.Arif berusaha bangkit. Lalu menatap pintu kamar yang dibanting dengan keras."Mas rasa kamu tau jawabannya." Yoga menepuk pundak Arif dengan lembut.Yoga duduk di kursi dan menatap Arif dengan senyum yang sulit diartikan."Maksud mas apa?" Tanya Arif mendudukkan bokongnya disamping Yoga."Kalau ibumu sakit seperti yang dikatakannya. Apakah akan kuat untuk memukulku dengan sapu, melempar barang-barang seperti ini, dan ... Mendorongmu sampai terjungkal?" Yoga menatap saudara sepupunya tersebut.Arif terdiam sejenak. Mengingat kata-kata ibunya dan tindakannya ta
Read more
Berebut anggur
Flashback offArif mengetuk pintu kamar ibunya, Bu Wongso membuka kamar dengan wajah sembab."Bu, Arif berangkat kerja dulu. Jaga kesehatan. Jangan lupa makan. Yana aku suruh masak tiap hari. Yana udah nggak ngider lagi kok." Ujar Arif mencium tangan Bu Wongso."Baguslah, biar ibu bisa makan enak lagi, tanpa harus masak. Gitu dong. Gunanya menantu itu, ya seperti itu." Bu Wongso mencebikkan bibirnya."Aku pamit, ya Bu." Arif berjalan keluar kamar Bu Wongso dan langsung mengambil Dila dari gendongan Yana.Yana mengantar Arif sampai mendapatkan angkot menuju terminal. Seperti biasanya."Dek, masak yang enak untuk ibu, ya. Ingat, kamu nggak boleh ngider lagi. Kalau mau bisnis, cari yang bikin kamu nggak ngider." Ujar Arif ketika akan naik angkot.Yana mengangguk. Lalu mencium tangan Arif dengan takzim.**********"Yana! Yana!" Teriak Bu Wongso di luar kamar. Yana membuka pintu kamar. "Iya, Bu ..." Jawab Yana "Ada tukang sayur tuh, sana! Beliin ibu daging sekilo. Hari ini ibu mau makan
Read more
Keracunan
Pagi itu setelah beres-beres rumah, Yana mendapat chat dari pelanggannya. [Kak, kok nggak posting bedak lagi?] [Owh, kakak lagi nggak enak badan.] [Padahal aku pengen beli sepaket lho, Kak.] [Kapan perlunya?] [Ya sekaranglah, Kak] [Nanti kakak atur.] [Makasih ya, Kak] Yana lalu berpikir. Bagaimana caranya agar bisa tetap menjual produk kecantikan itu kepada tetangga-tetangganya. Yana lalu mendapat ide. Dan chat pelanggannya. [Dek, segera transfer seperti biasa, dan sertakan alamat lengkap,] [Kok pake alamat aku, kak?] [Prosedurnya begitu, Dek] [Owh, iya deh kak] Yana tersenyum, akhirnya kembali mendapat jalan keluar. Sudah hampir sebulan, Bu Wongso terus menyuruh Yana membeli belanja dengan harga yang mahal. Awalnya, Yana menuruti semua kemauan ibu mertuanya itu. Namun, akhir-akhir ini Yana hanya membeli sedikit, karena uang jatah dari Arif semakin menipis. Bu Wongso juga setiap hari akan merampas apa pun makanan yang dibeli Yana untuk Dila. Yana tidak dapat berbuat apa-
Read more
Aku berhak bahagia
Bab 16Aku berhak bahagiaYana menunggu selama 1 jam. Tapi rombongan pak RT belum kunjung datang. Akhirnya, Yana memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah. Karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.Yana berharap, Bu Wongso tidak apa-apa. Dila merengek menangis. Mungkin dinginnya udara luar membuat Dila tidak nyaman. Yana membaringkan Dila dan menidurkannya. Entah karena terlalu lelah, Yana tertidur bersamaan dengan menidurkan Dila."Dek! Yana!" Yana tersentak ketika mendengar suara tersebut."Mas Arif," ujar Yana bangkit, Yana bahagia karena Arif pulang, Yana akan memberi tahukan perlakukan ibu mertuanya pada Arif "Dek!" Suara Arif memanggil dengan sangat keras Yana tergopoh-gopoh membuka pintu. "Mas_" Yana baru saja akan menyalami Arif.PlakkkTamparan mendarat di pipi Yana. Bukan hanya itu, Arif mencekik leher Yana dengan sangat kuat. "Mas, To-tolong ...." Yana berusaha meminta tolong. Namun usahanya sia-sia.Arif melepas tangannya dari leher Yana, lalu kembali men
Read more
Kebahagiaan Bu Wongso
Bab 17Kebahagiaan Bu WongsoYana membuka tasnya, dan mengambil kain panjang yang di bawanya untuk menyelimuti Dila agar tidak kedinginan. Yana juga memasang cadar pada wajahnya yang di penuhi luka-luka.Yana menerawang, pikirannya kalut, dadanya terasa sesak. Bagaimana jika orang tuanya melihat memar-memar dan luka-luka di wajahnya. Pastilah Arif akan dilaporkan ke pihak yang berwajib atas kasus KDRT.Sejujurnya, Yana masih sangat mencintai Arif, walaupun sering diperlakukan kasar. Tapi tidak menyurutkan rasa cintanya. Arif adalah cinta pertama Yana. Sehingga sebagaimana Arif melakukan kedalahan yang sama. Sebagaimana itu pula Yana memanfaatkan.Yana menatap kembali Dila dalam gendongannya. "Kasian Dila, kalau kamu bercerai sama Arif," perkataan Si Mbah terngiang-ngiang ditelinganya."Apa benar, jalan yang aku ambil ini ya Allah?" Yana mulai dirajai perasaan ragu.Yana merasa kalau perpisahan ini pasti akan membuatnya sangat terluka. Yana terisak dalam dingin dan sepinya udara termin
Read more
Firasat buruk
Bab 18Firasat burukArif sampai di rumah sakit ketika jam dinding menunjukkan pukul sebelas siang. Arif mampir di kantin rumah sakit untuk membeli makan siang. Setelah membeli makan siangnya, Arif kembali menuju kamar rawat ibunya."Bu," Arif mencium tangan ibunya seraya meletakkan palstik putih yang di bawanya."Lho, dari mana kamu, Rif?" Tanya Bu Wongso memindai plastik yang di tenteng Arif."Owh, Arif beli makan siang, Bu!" Ujar Arif membuka kotak makanan yang di belinya di kantin rumah sakit. Aroma rendang menguar ke seluruh ruangan, membuat Bu Wongso menelan ludah, benar-benar ingin mencicipi rendang tersebut. "Rif, ibu pengen coba rendangnya," ujar Bu Wongso mengulurkan tangan untuk meraih kotak makanan tersebut."Nggak boleh, Bu. Kan ini pantangan." Jawab Arif menatap Bu Wongso dengan tajam."Sedikit aja, Rif." Bu Wongso memohon kepada Arif."Ibu itu bandel banget ya, atau jangan-jangan sebenarnya bukan Yana yang ngasih-ngasih ibu makanan pantangan, tapi ibu ngotot mau beli,
Read more
Sampai di Jambi
Bab 19Sampai di JambiKeesok harinya, Bu Wongso sudah diizinkan pulang. Bu Wongso tersenyum bahagia karena akhirnya bisa keluar juga dari ruangan yang menurutnya sangat tidak nyaman."Ingat ya,Bu. Makannya di kontrol. Jangan terlalu banyak pikiran, istirahat yang cukup." Dokter meemberikan pesan dikarenakan selama di rawat di rumah sakit, Bu Wongso kerap kali berdebat dengan para perawat soal makanan dan minuman."Iya, Pak." Jawab Bu Wongso dengan wajah cemberut.Arif memesan travel online untuk membawanya pulang. Karena takut ibunya merasa tidak nyaman jika harus naik angkot.Sesampai dirumah, Arif langsung menggelar kasur santai untuk ibunya berbaring di ruang tengah. Karena kebiasaan Bu Wongso yang lebih suka tidur atau bersantai di ruang tengah daripada kamarnya."Yana mana, Rif? Selama ibu di rawat, nggak sekalipun Yana besuk ibu. Dasar menantu gak tau diri." Ujar Bu Wongso merebahkan tubuhnya di kasur."Yana balik kerumah Si Mbah,Bu." Jawab Arif tanpa menoleh pada ibunya."Enak
Read more
Tinggal di rumah Bu Indah
Bab 20 Tinggal di rumah Bu Indah Mereka masuk ke dalam rumah yang terlihat sempit, namun rapi. "Bapak kemana, Bu?" Tanya Yana ketika melihat sekeliling tidak ada sosok pak Amran, suami Bu Indah. Bu Indah tertunduk dan terisak. Yana menyentuh bahu Bu Indah yang berguncang. "Bapak sudah meninggal dunia, Yan. Setahun yang lalu." Jawab Bu Indah dengan wajah yang bersimbah air mata. "Bapak terserang penyakit jantung saat mengetahui, bahwa ruko beserta rumah telah di gadaikan Fikri ke rentenir." Bu Indah mengusap airmata dengan kasar. "Bang Fikri? Kok bisa, Bu?" Yana terkejut. Yana ingat betul. Fikri, yang biasa Yana panggil Abang, adalah sosok yang sangat santun dan patuh pada orangtua. "Iya, Yan. Sejak Fikri menikah, seluruh hati dan pikirannya dikuasai oleh istrinya. Bahkan rumah makan juga dikuasai oleh Istrinya. Sampai akhirnya bangkrut, terlebih ketika ruko di tarik paksa oleh rentenir," Bu Indah menangis terisak. Yana mengusap tangan Bu Indah dengan lembut. "Bapak syok meliha
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status