All Chapters of Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos: Chapter 21 - Chapter 30
54 Chapters
21. Satu Atap Bersama, Semakin Horor
Tertulis di dalam surat pernikahan kontrak, jika Agnes akan mendapatkan beberapa keuntungan sebagai bentuk ganti rugi dari pernikahan mereka yang hanya berlangsung selama satu tahun kedepan. Beberapa di antaranya mencakup satu unit mobil sport, rumah di kawasan elit, uang sepuluh milyar dan saham atas resort yang ditempati Agnes. Bahkan, rumah di kawasan elit akan dipilih sendiri oleh Agnes, maksimal satu minggu sebelum pernikahan mereka berlangsung secara tertutup. Ini bukan hal yang ditakuti Agnes. Ada hal lain membuatnya sedikit gundah dan hampir mundur. Sayangnya, dendam masa lalu Agnes terpantik kembali dan ia ingin menghancurkan telak Jiera. Ia akan membuat posisi di antara mereka terbalik, lalu Agnes bisa memenangkan keinginan terpendamnya juga. Gerald melihat tangan kanan Agnes dengan cepat membuat sebuah garis berbentuk tanda tangan. Pola cepat setelah dalam kurun kurang dari dua menit Agnes membaca isi surat tersebut. “Kamu berubah pikiran?” tanya Gerald masih tidak perca
Read more
22. Perasaanku Sudah Mati
Gerald menatap tidak percaya hal yang diucapkan Agnes. Ia tidak pernah berpikir Agnes akan sefrontal ini dalam mempertanyakan sesuatu yang menurut Gerald privasi. Hubungan di antara Gerald dan Jiera dikonsumsi untuk mereka berdua saja. Tapi melihat tatapan tegas Agnes dan keingintahuan lebih jauh, membuat Gerald mendapati sosok baru di depannya.Ini bukanlah seorang Agnes Zefanya yang dikenal sebagai General Manager. Perempuan dewasa dengan segala sikap mandiri, tidak berusaha mengusik kehidupan orang lain dan hanya mementingkan kebahagiaan sendiri tanpa perlu memikirkan permasalahan orang lain.Perempuan di hadapannya telah berbeda dari sifat yang dulu sangat manja terhadap Gerald. Entah alasan apa Agnes mempertanyakan hal tersebut.Ia memaksakan sedikit senyum. Mungkin Gerald salah mendengar pertanyaan Agnes.Pria itu berdeham pelan dan berucap, “Kamu lagi banyak pikiran, Nes? Apa Tante kamu menghubungi kamu mengenai sikapku yang mempermalukan beliau?”“Kenapa mengalihkan pembicaraa
Read more
23. Kesempatan dalam Kesempitan
Manik hitam Agnes melihat interaksi antara Irvin dan Gerald. Pria itu membawa Irvin ke ruang tengah, lalu menyiapkan mainan edukasi, saling berbicara satu sama lain. Gerald justru menyukai bagaimana Irvin terlihat ingin berbicara banyak. Sesekali pria itu membuat Irvin tertawa. Gerald bangun lebih pagi dibandingkan Agnes yang terlelap di samping Irvin. Seluruh pakaian mandi, lalu menyiapkan ASI untuk Irvin dilakukan Gerald. Bahkan, Gerald sudah memesan sarapan pagi dan mereka makan bersama di balkon ruang tengah. “Kamu mau aku antar pulang jam berapa?” Agnes terkesiap. Ia mendongak dan mendapati Gerald mendekati Agnes sambil menggendong Irvin yang terlelap. Ia segera bangun dari kursi balkon ruang tengah. Perempuan itu tidak sadar jika Irvin sudah cukup lama bermain, lalu tertidur seraya masih memegang botol minum. Bibir itu masih mengemut dibantu dengan tangan bebas Gerald yang tidak menahan beban tubuh Irvin. “Ge. Kamu marah sama aku?” “Marah karena apa, Nes?” Bibir ranum itu
Read more
24. Permainan Panas Jiera
Gerald melangkah ringan menuju pintu utama rumah orangtuanya. Senyum manis tidak pudar saat ingatan kuat mengenai kejahilannya pada Agnes berjalan sempurna. Ia tahu Agnes terpaksa harus menyuapi, sedangkan tangan kanan Gerald sibuk membantu Irvin menikmati makan siang. Setidaknya ia berhasil mengambil kesempatan dalam kesempitan, meskipun tatapan membunuh Agnes cukup membuat Gerald takut. “Akhirnya kamu sudah pulang, Nak. Mami nggak bisa hubungi nomor ponsel kamu dan ternyata memang nggak aktif sama sekali.” Gerald menoleh ke sumber suara, berniat untuk menjelaskan dari pertanyaan Mami kesayangannya. Namun, tatapan Gerald sudah tertuju di ujung sofa, tepat di samping Maminya yang semringah menyambut kedatangan Gerald. “Jiera?” “Kejutan!” Gerald mematung saat tubuh seksi itu sudah melangkah lebar, lalu mendekap erat tubuh Gerald menumpahkan segala kerinduan. Mami Gerald yang melihat pelukan sepasang tunangan itu pun mengulas senyum kecil. Dua orang di hadapannya memang lebih ser
Read more
25. Gairah Mantan Kekasih
Secara mendadak Agnes meminta bertemu Gerald di kafe beberapa hari lalu mereka singgahi. Perempuan itu beralasan ingin memberikan berkas penting keuangan resort dan permasalahan lain yang sudah dirangkum. “Ini sudah cukup malam kalau kita bertemu di luar rumah kamu, Nes.” “Aku nggak mau tetangga salah paham dengan kehadiran kamu di rumahku.” Agnes melirik sekilas jam tangannya. “Lagipula masih jam sembilan dan kompleks benar-benar sepi sekitar setengah sebelas malam.” Ia masih bisa pulang dengan keadaan biasa saja karena jarak kafe dan rumahnya tidak terlalu jauh. Ada salah satu tetangga di blok yang sama mengadakan hajatan akhir pekan nanti. Jadi, dipastikan keadaan kompleks tidak akan sepi lebih cepat. Gerald memilih mengalah sambil menatap berkas satu tumpuk yang sudah di print Agnes. “Kenapa harus dikasih sekarang? Aku nggak minta karena berpikir kamu harus menikmati liburan di Jakarta.” “Sudah ada Titania juga yang mengerjakan tugas kamu. Dan ya, kamu masih bisa mengirim via
Read more
26. Hasrat Muda
Dua bibir yang berpagut menggebu dan penuh kerinduan memilih melepaskan sejenak. Pria dan perempuan muda itu mengirup oksigen lebih banyak dengan dada kembang kempis. Senyum manis tidak lepas dari paras keduanya. “Selamat ulang tahun, Kesayanganku,” bisik Agnes bersemu ketika ditatap mesra kekasihnya dari jarak begitu dekat. Paras cantiknya masih ditangkup lembut, lalu saling intens memandang dengan sorot yang sama; kerinduan mendalam. Agnes mencebik kecil saat ujung hidung mancungnya dicubit gemas Gerald. “Udah ada progres bagus untuk kabur dari rumah dan kasih kejutan buat ulang tahunku kali ini,” balas Gerald mengurai pelukan sambil melirik ruang tengah unit apartemen. Ia sudah menempati unit ini dari awal kuliah dan beberapa kali diisi oleh kehadiran kekasihnya saat pria itu memutuskan mengajak Agnes ke mari. Tentu saat ia mengambil cuti dan Agnes berada di akhir pekan. Pria itu akan membawa Agnes dan beberapa teman dekat untuk dijadikan alasan izin bagi orangtua Agnes. Sedang
Read more
27. Rencana di Malam Pertama
Debaran calon pengantin yang akan berjanji di hadapan Tuhan sedang mencoba menekan perasaan aneh mereka. Tidak dapat dimungkiri jika langkah kaki Agnes mendadak dirasa gugup dalam hatinya melihat Gerald telah berdiri tampan di atas altar.Bahkan, ketika sorot mereka saling memandang lurus. Ada kabut air mata yang membumbung tinggi di pelupuk sepasang mantan kekasih.Gerald sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, lalu menyematkan satu kalimat di dalam hatinya jika ini adalah pernikahan palsu; di atas sebuah kontrak tertulis. Tapi kehidupannya menuntun pada hal baru.Nyatanya, Gerald seorang pria lajang yang akan berganti status menjadi suami Agnes.“Kak. Di umur berapa mau menikahi perempuan impian Kakak?”“Kapan dia maunya aja sama aku.”Kening perempuan yang menampilkan seragam acakan tampak mengernyit. Ia baru saja dijemput Gerald ke tempat bimbel di saat hujan sudah berangsur reda. Ia meminta Gerald menjemput setelah hujan deras berangsur menipis. Agnes terlalu takut jika kekasihn
Read more
28. Kesan Manis di Atas Ranjang
Gerald sedikit mengerang sakit untuk menggerakkan tubuhnya. Posisi tidur yang tidak nyaman membuatnya membuka perlahan kelopak mata. Ia sedikit menyipit, menyesuaikan cahaya yang tertangkap dan terkesiap. Pria itu terpaku melihat keadaannya tidur menyamping di sofa dan posisi laptop—keadaan meja sofa—masih memperlihatkan, jika semalam Gerald sedang mengerjakan pekerjaannya. Ia terduduk. Suara ringisan dan memegang bahu kiri terasa kram, sedikit sakit. Ia memijit perlahan sambil mengingat kali terakhir sebelum tidur. Lama berpikir dan tidak menemukan alasan setelah memilih tidur dibandingkan menyelesaikan atau membereskan pekerjaan. Gerald segera turun dan melangkah panjang keluar kamar. “Agnes?” Gerald sedikit tersentak mendapati kehadiran Agnes tepat di depan pintu yang baru saja dibuka. Perempuan itu juga sama kagetnya saat jam sarapan pagi sudah lewat lebih dari lima belas menit lalu. Tapi melihat ketidakhadiran Gerald dan telah mencampuri minuman Gerald dengan obat tidur. Ia
Read more
29. Main ke Hotel
Jiera turun dari atas ranjang tanpa helai pakaian pun. Ia tersenyum miring, memastikan jika pria yang bersandar di kepala ranjang itu sedang menatapnya penuh hasrat.“Permainan semalam belum membuat lo puas, Jiera?”Perempuan seksi itu melirik sekilas dengan kedua bahu mengedik. “Gue akui lo kuat di atas ranjang. Tapi nggak ada yang bisa puasin gue berkali lipat kecuali Gerald.”Sebuah tarikan di sudut bibir pria tampan bertelanjang dada itu terpatri di parasnya. “Lo udah mengkhianati pertunangan lo bersama pria bodoh itu. Lalu, apa yang lo harapkan dari dia?”“Dia sudah menjadi obsesi gue sejak dulu. Nggak ada yang bisa mengambil dia dari gue, termasuk ketika ada perempuan lain yang mencoba mendekatinya,” tandas Jiera berbalik sempurna dan tidak ada rasa malu sedikitpun ketika manik hitam itu sudah menatap bagian tubuh atas dan bawahnya.Ia justru merasa tertantang dan selalu puas saat banyak pria jatuh dalam pesonanya, lalu mengakui lekuk tubuh juga dada sintalnya.Napas pria itu me
Read more
30. Senjata Makan Tuan
Ciuman di antara Gerald dan Agnes semakin menggebu. Mereka berdua berebut candu seolah besok tidak akan pernah mengulangnya. Pria itu juga harus menanggalkan janji ketika perempuan yang ia bopong terlalu agresif malam ini. Ia tidak bisa menahan gairah yang ditahan saat berada di klub. Jemari tangan Agnes dan bibir perempuan itu terlalu andal menghadirkan gejolak hasrat. Tubuh Agnes jatuh di atas sofa lebar ruang tengah. Ia mendesah dan sesekali meremat belakang rambut Gerald ketika pria itu menyesap leher jenjangnya. Tubuh Agnes tidak kalah panas saat Gerald memberikan perhatian lebih pada dada sintal di balik gaun mini tersebut. “Aku nggak pernah tau kamu berniat pergi ke klub malam ini, Agnes,” desis Gerald tepat di depan wajah Agnes. Napas mereka sama memburu. Pandangan Gerald semakin berkabut melihat perempuan cantik ini berada dalam kungkungannya. Bahkan, ia nyaris akan memagut lagi bibir ranum yang sudah basah oleh pagutan bibirnya beberapa detik lalu. Agnes mengerjap. Per
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status