All Chapters of PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI: Chapter 11 - Chapter 20
88 Chapters
Part 11 dan 12
part 11Botol semprotan yang dikeluarkan Mila dari tasnya, langsung disemprotkan ke wajah Mas Bayu, ini yang kedua kalinya aku melihat Mila melakukan yang sama kepada Mas Bayu.Sssttt! Ssssttt! Sssttt!Tiga semprotan mengenai wajah Mas Bayu."Cukup! Cukup! Apa yang kamu lakukan Mila?" Mas Bayu berusaha menghindar dari air semprotan."Bagaimana Mas? Kamu masih ingin menghindari ku?" Mila terlihat tenang berbicara."Iya! Justru aku tidak suka dengan yang kamu lakukan! Pergi dari sini!" Mas Bayu sangat marah dan menunjuk ke pintu pagar.Sssttt! Sssttt! Sssttt! Sssttt!Kali ini Mila menyemprotkan empat kali semprotan."Cukup! Aku sudah muak dengan semprotan ini. Uhh! Bau sekali."Mas Bayu langsung masuk ke rumah dan mengunci pintu."Mas! Mas!"Mila berusaha masuk, tapi pintu terkunci dan dia hanya berdiri didepan pintu dengan menatap heran botol semprotannya."Aneh, kenapa Mas Bayu tidak terpengaruh?" gumam Mila sendiri.Aku hanya tertawa melihat reaksi Mila, pantas saja Mas Bayu tidak te
Read more
Part 13
part 13Aku dan Mbok Siti tertawa melihat ekspresi Mila pergi, dengan baju dan rambut basah, dia terburu-buru agar bisa mendapatkan air membersihkan badannya. Tadinya aku juga kasihan, tapi setelah mengingat niat buruknya, rasa kasihan dihatiku hilang ditelan awan."Non, Mila main dukun kayaknya," ucap Mbok Siti saat kami melangkah masuk kedalam rumah."Aku tidak ngerti masalah perdukunan, Mbok. Karena aku lihat mulutnya komat kamit dan memegang bermacam kembang, aku juga berpikiran begitu.""Hati-hati, Non. Segala cara akan dilakukannya, wanita seperti Mila tidak akan mudah menyerah."Aku menganggukan kepala menanggapi perkataan Mbok Siti. Mungkinkah Mas Bayu juga dipelet? Jujur saja aku tidak pernah bertemu orang kena pelet atau semacamnya, semua itu hanya pernah aku lihat di televisi saja, bukan di kehidupan nyata.Jam 17.30.Aku duduk di ruang tengah, semenjak hamil, aku suka sekali makan dan makan, dari pagi sampai jam sekarang, sudah empat piring nasi aku lahap, tentunya harus d
Read more
Part 14
part 14Aku mengunci pintu setelah Mila kupastikan meninggalkan rumahku, tadinya juga kasihan daerah terlarangnya digigit semut, tapi mau bagaimana lagi, aku juga kesal air minumku bekas air rendaman celana dalamnya.Setiap hari di rumah sangat membosankan, aku melaju mobilku ke sebuah toko pakaian bayi, meskipun perutku belum kelihatan, aku tetap semangat menyambut kehadirannya di dunia ini.Aku memarkir mobilku di depan toko, tidak begitu ramai, hanya beberapa orang lalu lalang, tapi ... mereka bersama suaminya belanja, tidak seperti aku."Luna."Langkahku terhenti sebelum memasuki toko, kubalikkan badan melihat arah suara yang memanggilku."Mas Adi."Ternyata mantanku, entah kenapa kami bertemu juga disini, dia menatapku yang membuat hatiku gelisah, masih sama seperti yang pernah dekat denganku selama delapan tahun."Kamu mau beli pakaian bayi?" Mas Adi mendekatiku."Iya Mas," jawabku singkat."Untuk siapa? Atau kamu sedang hamil, Lun?""Aku sedang hamil, aku masuk dulu." Aku melan
Read more
Part 15
part 15"Cepat Mbok! Mana air bubuk cabenya!" Suara Mila semakin kencang memanggil Mbok Siti, tapi Mbok Siti tidak kunjung datang."Mila, apa yang ingin kamu lakukan?!" Ibu memegang pergelangan tangan Mila."Aku mau membalas wanita gila ini, Tante. Dia pernah mengguyurku dengan air bubuk cabe, panas dan perih!" Mila terlihat sangat emosi."Jangan Mila, jangan lakukan itu kepada Luna." Tiba-tiba Mas Bayu bersuara yang membuat Mila terpana."Kamu membelanya, Mas?" ucap Mila seakan tidak percaya."Bayu benar Mila. Luna sedang hamil." Ibu berusaha menghentikan aksi Mila."Kenapa kalau dia hamil? Aku tidak peduli!" Mila masih kukuh ingin menjahatiku."Kalau dia sakit, ibu Bayu akan mencarimu, ingat! kita butuh tanda tangannya agar harta ini bisa jadi milik kita."Ternyata mereka sudah merencanakan ini sejak lama, wanita iblis sialan, kenapa Ayahku bisa bertemu dengannya."Oke, oke, kali ini aku mengalah, tapi lain kali aku tidak akan tinggal diam." Mila menatapku dengan emosi tertahan."De
Read more
Part 16 dan 17
part 16Rasanya isi perutku ingin keluar mencium aroma yang keluar dari pantat Mila, meskipun sudah kututup hidung dengan jariku, tetap saja tercium, sangat bau sekali."Mbok, Mbok ...." Aku melangkah ke dapur mencari Mbok Siti."Ada apa Non?" Mbok Siti mendekat berjalan dari arah belakang."Mbok, tolong buang semua masakan yang kita masak tadi.""Loh, kenapa Non? Sayang masih banyak." Mbok Siti terlihat heran."Tadi masakannya aku campur obat pencuci perut.""Owalah ..., terus Non Mila dan Den Bayu.""Iya, mereka bolak balik ke toilet, Mila sudah aku usir, Mbok." Aku tersenyum senang."Tadinya Mbok khuwatir sekali, apalagi Non sedang hamil, hati-hati, Non.""Iya Mbok, aku melakukan semua juga demi kandunganku, siapa juga yang sudi Mila seatap denganku.""Non, kapan Den Bayunya di ruqiyah?"Ruqiyah? Bagaimana caranya agar Mas Bayu mau di ruqiyah, kalau aku yang memintanya, dia pasti tidak akan mau."Nanti aku cari cara dulu Mbok," jawabku.Aku melangkahkan kaki ingin duduk santai di r
Read more
Part 18
part 18Aku meninggalkan rumah Ayah, karena kami membawa mobil masing-masing jadi Mas Bayu mengiringiku dari belakang. Kok aku merasa aneh dengan sikap Mas Bayu, kenapa cepat sekali pengaruh pelet Mila hilang? dalam perjalanan hatiku terus bertanya-tanya.Sampai di rumah aku langsung ingin masuk ke kamar, tapi Mas Bayu memegang lengan tanganku menghentikan langkah."Ada apa?!" tanyaku ketus."Apa yang terjadi di rumah Ayahmu?"Aku mencoba melepaskan diri dari pegangan tangan Mas Bayu."Tanya sendiri ke Mila, bukankah kalian sangat dekat." Aku langsung masuk ke kamar."Aku tanya sama kamu, kenapa kamu sewot?!" Mas Bayu ikut ke kamar karena tidak mendapatkan jawaban dariku."Hubungan kita hanya diatas buku nikah, di agama kita sudah cerai, jadi apa yang aku lakukan bukan urusanmu!" Aku bersuara lantang, semua ini membuatku muak."Cukup Luna! cukup! Aku tidak bisa dengar ocehanmu itu, bagaimanapun juga kamu mengandung anakku."Sudah kuduga, dia baik padaku karena anakknya yang kukandung.
Read more
Part 19 dan 20
part 19Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kandunganku semakin besar dan sebentar lagi aku akan melahirkan.Setelah aku tinggal di rumah ibu mertua, kehidupanku lebih tenang, tidak ada Mila ataupun ibu tiriku, aku lebih fokus dengan kandunganku. Ayah, walaupun terjadi salah paham atas hasutan ibu tiriku, aku selalu menyempatkan diri berkunjung dan meninggalkan uang, Alhamdulillah, Ayah sudah mulai bersikap baik lagi kepadaku."Kamu mau kemana, Luna?" Mas Bayu bertanya saat aku menenteng tas siap-siap ingin kerumah Ayah."Aku ingin ke rumah Ayah," jawabku singkat dan lanjut melangkah menuju pintu keluar."Tunggu Luna! Biar aku antar." Mas Bayu memegang tanganku, dan kami saling bertatapan.Entah kenapa hati ini merasa aneh, aku mulai menerima Mas Bayu, sikap dan perhatiannya membuat hatiku luluh, apakah karena tidak ada kehadiran Mila lagi ditengah-tengah kami?Mila, ternyata dia sudah menyerah, aku tidak pernah berjumpa dengannya lagi sejak tinggal disini, dan ibu tiriku juga b
Read more
Part 21 dan 22
part 21POV MilaEnam tahun berikutnya."Sayang, ayo bangun, bangun sayang Mimi."Aku membangunkan Caca bidadari kecilku, setiap pagi aku mengantarnya sekolah, rambut panjangnya kuikat dan sangat cantik, setiap hari dan setiap saat aku memperlakukannya seperti putri kandungku."Masih ngantuk, Mi." Caca sepertinya malas bangun."Ayo bangun sayang Mimi, kita harus ke sekolah," ucapku sambil menggendongnya ke kamar mandi."Caca kenapa Mil?" tanya Mas Bayu melihatku menggendong Caca."Masih ngantuk, Mas," jawabku.Setelah mandi dan memakai seragam TK, Caca kuantar ke sekolah. Sedangkan Mas Bayu juga sudah siap-siap ke kantor. Hidupku terasa indah, apa yang aku inginkan sudah didapatkan. Tante Dona benar, aku harus melakukan apapun idenya demi tercapainya yang aku inginkan."Mi, nanti pulang sekolah kita beli es krim, ya?" ucap Caca saat kami diatas mobil menuju ke sekolahnya."Iya sayang," jawabku dan mengecup kepalanya.Melihat mata Caca. Aku teringat Luna, mata mereka sangat mirip, aku
Read more
Part 23 dan 24
part 23Pov Ibu tiri Luna (Tante Dona)Putraku punya selera yang bagus, gadis ini sangat cantik dan terlihat berkelas, dari penampilannya pasti anak orang kaya."Oh, Lani. Nama yang bagus," ucapku menanggapi wanita yang dikenalkan Rio padaku."Mi, gimana?" Rio terlihat senang. Matanya memperlihatkan betapa dia sangat mencintai wanita bernama Lani ini."Ayo, kita duduk dulu." Aku mengajak Lani duduk di ruang tamu, sementara itu pembantuku sudah meletakkan minum di atas meja."Ayo diminum Lani," ucapku, dan minum dalam cangkir di atas meja diambilnya dan meneguk sedikit.Lani menatapku dengan senyum cantik, sementara itu putraku menatapnya seakan tidak ingin melepaskan Lani, selama ini aku tidak pernah melihat putraku mengenalkan wanita kepadaku, dia sibuk kuliah dan menggapai cita-citanya."Kamu tinggal dimana, Lani?" tanyaku seperti pertanyaan umumnya orang baru berkenalan."Di komplek Melati jalan Sutomo, Tante," jawab Lani lembut.Setahuku itu termasuk komplek elite, tidak salah lag
Read more
Part 25 dan 26
part 25"Caca, Mama tidak suka kalau kamu dekat-dekat dengan Wanita tadi," ucap Mila kepada Caca yang sedang duduk di sampingnya sambil menikmati es krim pemberian Lani."Tante Lani namanya, Mama," ucap Caca polos."Iya, si Lani itu!" Mila terlihat sangat kesal."Tapi Tante Lani sangat baik, Mama. Aku dibeliin es krim, kata Tante itu aku sangat cantik." Caca tersenyum senang mengingat saat dia mengobrol dengan Lani."Pokoknya Mama tidak suka kalau kamu dekat dengan wanita tadi!" Mila tidak bisa mengontrol emosinya saat Caca memuji kebaikan Lani.Caca menangis mendengar teriakan Mila, es krim di tangannya tidak dimakan lagi, air matanya mengalir dengan isakan yang berusaha ditahannya."Maafkan Mama, Sayang. Mama tidak bermaksud untuk memarahi kamu, Mama cuma takut kalau kamu tidak sayang lagi sama Mama." Mila menghentikan mobilnya di tepi jalan dan langsung memeluk Caca dengan penuh penyesalan."Tapi Tante Lani benaran baik, Ma. Aku di tolongnya yang hampir tertabrak mobil, saat menung
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status