All Chapters of Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku : Chapter 21 - Chapter 30
102 Chapters
BAB 21
Azzalyn menatap dengan penuh pandangan benci pada gadis di depannya. Gadis yang baru saja menghina dan mengeluarkan kata tak pantas. Dwita tampak sedang bersenang-senang dengan dua orang temannya. Entah kenapa bisa secara kebetulan bertemu dengan Azzalyn seperti ini. Ah iya, tadi Pak Andri mengatakan kalau Riska dan Dwita memang sering datang ke hotel ini.“Oh ya? Apa kalau aku sedang berada di hotel, itu artinya aku sedang mencari pelanggan dan menjual diri?” tanya Azzalyn sambil memberi tatapan seolah menantang pada Dwita.”Aku nggak salah kan? Sepertinya sejak putus dari Kak Abyl kau kehabisan uang ya? Dan sekarang targetmu pasti Om-Om yang kaya. Kau kan matre!”“Jaga mulutmu Dwita! Kau sendiri apakah datang ke sini karena menjual diri juga?”“Aku nggak sama denganmu. Aku nggak perlu jual diri juga duitku udah banyak. Beda denganmu. Mamaku bilang, kau itu cuma anak perempuan yang kerjanya megangin ikan-ikan yang bau. Jadi jelas beda kan denganku yang setiap hari memegang uang yang
Read more
BAB 22
Baru jam 7 pagi. Azzalyn baru saja selesai melakukan over handle tugas dengan Arian, GSA yang bertugas pada shift malam. Sementara pagi ini ia akan bertugas di front desk berdua dengan Putra.“Kamar full ya?” tanya Azzalyn sambil menghitung uang kas di tangannya.“Iya, mana semalam ada tamu yang cerewet lagi. Berapa kali minta diganti bed covernya. Dia bilang gatal-gatal. Padahal semua bed cover sama aja kan? Pasti udah dicuci semua.”“Trus gimana? Masih gatal-gatal nggak dia?”“Masih, makanya semalam aku pusing banget tuh orang complain lewat telfon sampai berkali-kali, nggak lama dia langsung datang ke sini. Marah-marah dibilangnya kalau kita nggak nyuci sprei sama bed cover. Padahal Housekeeping Supervisor udah datang jelasin juga, masih aja ngomel tuh orang,” ujar Arian kesal.Azzalyn tersenyum. “Mungkin kulitnya sensitif kali.”“Ku rasa bukan kulitnya aja yang sensitif, tapi hatinya juga,” seloroh Putra sambil menghitung magnetic key card milik hotel. Mereka bertiga tertawa.“Gim
Read more
BAB 23
“Azzalyn, kok kamu pake seragam Doorgirl?” tanya Putra dengan tatapan heran.Azzalyn diam saja dan hanya menatap Putra dengan wajah yang kusut. Hatinya benar-benar panas. Dalam sekejap ia harus bertukar posisi dari GSA menjadi Doorgirl. Ia terpaksa menerima posisi tersebut dan memilih untuk tidak resign karena selain merasa tidak enak dengan Bintang, dia juga ingin menantang Riska yang ia yakini menjadi dalang dibalik semua ini. Azzalyn ingin membuktikan kalau dia tak akan kalah semudah itu.Bagaimanapun, tujuannya untuk kembali ke kota adalah untuk membalas dendam. Dan dia tidak akan segampang itu menyerah hanya karena Riska mengacaukan pekerjaannya.“Aku titip HP ku ya, Putra. Aku ke depan dulu,” ujar Azzalyn dengan nada suara lemah. Tanpa mempedulikan tatapan Putra yang mengandung banyak pertanyaan, ia berjalan lemah menuju pintu keluar hotel.“Loh, Mbak Azzalyn kok di sini? Bukannya di front desk?” tanya Beno heran.Azzalyn hanya tersenyum pahit. “Mulai sekarang aku tugasnya di si
Read more
BAB 24
“Maaf Bintang, aku nggak bisa meninggalkan tempat. Aku sedang kerja dan aku tak bisa pergi ke mana-mana seenaknya.” Azzalyn melepaskan tangan Bintang.“Tapi Azzalyn....”“Aku nggak apa-apa Bintang. Tolong biarkan aku bekerja dulu. Kita akan bicarakan ini nanti,” pinta Azzalyn.Bintang membuang napas kasar. Dia melihat ke sekeliling. Beberapa orang yang memang sedang berada di area sekitar lobi memang tampak memperhatikan mereka. Wajar saja kalau Azzalyn mungkin merasa tak enak hati.“Ayo Kak, antar aku ke lantai dua ya.” Dwita kembali berusaha menggandeng lengan Bintang. Namun pemuda itu menolak dengan halus.“Kamu naik sendiri ke atas ya, Dwita. Aku ada sedikit urusan.”“Mau ke mana Kak?” Dwita tampak kecewa. “Aku mau bertemu Andri,” jawab Bintang singkat. Namun cukup untuk membuat Azzalyn dan Dwita terkejut. Dwita bahkan langsung menatap tak suka ke arah Azzalyn. “Jadi karena dia, Kakak biarkan aku naik sendiri? Kakak nggak terima kalau dia diberi pekerjaan seperti ini, da
Read more
BAB 25
“Langsung pulang?” tanya Rini, saat melihat Azzalyn yang sedang membuka gulungan rambutnya. Mereka bertemu di loker. Sepertinya hari ini Rini datang terlambat karena tadi saat over handle hanya ada Beno.“Nggak langsung pulang ke kosan sih kayaknya, soalnya ada janji mau jalan sama teman.” Jawab Azzalyn.“Cowok?” tanya Rini lagi.“Maksudnya?”“Jalannya sama teman cowok?” “Ngapain nanya-nanya?” Kekeh Azzalyn.Rini manyun. “Kan cuma nanya. Mau tahu aja. Mbak punya pacar nggak?”“Kalau punya kenapa, kalau nggak punya kenapa?” Azzalyn masih menggoda Rini.“Ya nggak kenapa-napa sih. Aku cuma penasaran, gimana gantengnya pacar Mbak. Dan juga, ada anak Engineering yang nanyain Mbak ke aku waktu di kantin kemarin. Dia nanya, Mbak udah ada yang punya belum? Gitu...” jelas Rini panjang lebar.Azzalyn tersenyum. “Anak Engineering yang mana ya?”“Si Haidar, yang biasa suka lewat depan FO tuh Mbak, lumayan kok anaknya. Cakep.”“Kalau cakep buat kamu aja,” Azzalyn tertawa.“Eh nggak. O
Read more
BAB 26
“Kita bicarakan ini nanti aja Bintang. Nggak enak kalau kita harus berdebat di tepi jalan seperti ini,” bujuk Azzalyn. Bintang hanya bisa menurut meski hatinya merasa masih tak terima dengan kalimat aneh dari Azzalyn tadi. Mereka sampai di sebuah warung makan lesehan yang menjual aneka menu masakan, termasuk mie ayam kesukaan Azzalyn. Setelah pelayan mengambil pesanan, Bintang memandang Azzalyn tanpa kedip. Azzalyn sadar, cowok itu sedang meminta penjelasan darinya. “Kita makan dulu bisa?” tawar Azzalyn. “Aku lapar dan aku nggak mau kehilangan selera makan. Kamu tenang aja, aku pasti akan memberi penjelasan padamu,” sambungnya, seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran Bintang. Bintang hanya menghela napas kasar, sepertinya ia kembali harus bersabar. Saat makanan datang, mereka hanya bisa makan dalam diam. Bintang yang biasanya ceria dan banyak bicara kini tampak terlihat tak bersemangat. “Sekarang udah bisa ngomong?” tanya Bintang, sesaat setelah pelayan membersihkan meja mereka.
Read more
BAB 27
“Nggak ada rencana khusus. Tapi kamu bisa bersenang-senang dengan mempermainkannya selagi dia masih kerja di sana.” Ujar Riska.“Ma, kenapa Mama begitu membenci perempuan miskin itu? Apa benar hanya karena Mama nggak setuju hubungannya dengan Kak Abyl? Atau ada alasan lain?”“Mama punya alasan sendiri. Untuk sementara kamu dan Abyl nggak perlu tahu.”“Ma, dia bilang Mama pelakor. Dan dia suruh aku tanya ke Mama apa hubungan antara dia dan keluarga kita. Dia juga bilang aku seharusnya memanggil dia dengan sebutan Kakak. Apa maksudnya Ma?”Riska menggeram. Ia tak menyangka Azzalyn akan mengatakan hal tersebut pada Dwita.“Kapan dia mengatakan itu padamu?”“Kemarin, waktu pertama kali aku bertemu dengannya di hotel. Aku mau nanya Mama tapi lupa. Apa maksudnya ia mengatakan itu?”“Apa ada hal lain yang ia katakan?” tanya Riska.Dwita terlihat agak ragu menjawab. “Dia bilang, Mama pembunuh.”“Kurang ajar!” Bentak Riska, membuat Dwita terkejut.“Ma?” Dwita memanggil ibunya dengan agak takut
Read more
BAB 28
“Abyl, Azzalyn itu anak Papa.” Terlihat wajah tak mengerti di wajah Abyl dan Dwita. “Maksudnya... Papa menganggap dia seperti anak sendiri?” Tanya Abyl masih tak mengerti. “Bukan, Azzalyn itu... Anak kandung Papa. Dia adalah saudara kalian.” “Nggak mungkin!” Pekik Dwita. “Papa bohong! Papa cuma mau supaya aku nggak membencinya lagi kan? Aku nggak percaya! Najis sekali kalau aku harus mengakui dia adalah Kakakku. Perempuan miskin itu.” “Dwita!” Bentak Krisna. “Udah Papa bilang kan, jangan bicara yang nggak-nggak tentang Azzalyn. Dia juga anak Papa!” “Nggak! Papa pasti bohong! Aku akan bilang ini ke Mama nanti,” teriak Dwita sambil berlari masuk ke kamarnya. Sementara Abyl hanya bisa diam berdiri. Ia masih berusaha untuk mencerna dan memahami kalimat Papanya. “Abyl...” Krisna memanggil putranya yang tampak shock itu. “Gimana bisa Pa? Azzalyn anak Papa? Dari mana asalnya pengakuan Papa ini?” tanya Abyl. “Abyl, Ibu Azzalyn adalah mantan istri Papa. Kau tak perlu tahu keseluruhan
Read more
BAB 29
“Azzalyn. Aku ingin bicara denganmu.” Ujar Abyl dengan wajah penuh harap. “Mau bicara apa? Kamu benar-benar susah dibilangin ya? Aku udah bilang untuk nggak muncul di hadapanku lagi. Sekarang pulanglah. Jangan sampai aku makin membencimu!” “Aku nggak mau pulang sebelum kau bicara denganku.” “Jangan menyulitkanku Abyl. Aku sedang bekerja. Nggak bisa seenaknya bicara dengan tamu hotel. Bisa-bisa aku ditegur.” “Aku nggak peduli. Aku akan tetap di sini sampai kau mau bicara denganku.” “Terserah!” kata Azzalyn sambil berbalik dan kembali masuk ke dalam. Meninggalkan Abyl dan Ninda yang bengong di belakangnya sejak tadi. Abyl mengusak rambut. Sulit sekali meyakinkan Azzalyn untuk bicara berdua dengannya. “Mbak, bisa minta tolong suruh Azzalyn keluar nggak? Tolong, saya Cuma mau bicara sebentar.” Ninda tampak bimbang. “Mmm… Tapi kalau dia nggak mau gimana Pak?” tanya Ninda kalut. “Paksa Mbak! Bilang sama dia, saya akan teriak kalau dia nggak mau keluar!” ancam Abyl. Ia seperti sudah
Read more
BAB 30
“Yang dilakukannya bukan cuma di masa lalu Abyl, tapi juga sekarang. Hal yang ia lakukan dulu, mungkin masih bisa ku lupakan. Tapi apa yang sudah ia lakukan sekarang, tak akan pernah ku maafkan seumur hidupku.”“Apa yang sudah Mama lakukan? Tolong katakan padaku Azzalyn.”“Apa kau akan percaya? Kau hanya akan terus menyangkal kalau ku katakan semua hal jahat yang telah Mamamu lakukan pada keluargaku.”“Coba katakan, aku akan mendengar.” Kata Abyl dengan memasang wajah serius.Azzalyn diam sejenak. Ia masih menimbang-nimbang untuk mengatakan semuanya atau tidak.“Katakanlah Azzalyn, jangan ragu.” Ujar Abyl.“Baik kalau kau memaksa. Aku akan mengatakan semuanya. Om Kris dan Ibuku dulunya adalah suami istri sebelum akhirnya Riska hadir dan mengganggu pernikahan mereka. Riska datang dalam keadaan sedang mengandung, dan Ibuku yang saat itu belum hamil diusir dari rumah oleh Oma Narti yang jahat. Namun ternyata saat diusir Ibuku sudah mengandungku dan memilih untuk tak memberi tahu Om
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status