Semua Bab Penguasa Dewa Naga : Bab 211 - Bab 220
349 Bab
206. Sebelum menuju Dunia Lestari
Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh pernak pernik artefak, ada dua buah sofa yang berhadapan dengan sebuah meja di tengah-tengahnya. Akara dan Zimo duduk santai dengan saling berhadapan."Sudah bertemu kenalannya?" "Kalau sudah, aku tidak akan keluar mencarimu," jawabnya sambil tertawa kecil.Brakk… Pintu terbuka dengan paksa, namun tidak mengejutkan dua orang itu seperti mereka sudah tau hal ini akan terjadi. Muncullah seorang pria berumur 40 tahunan dengan si kembar di sampingnya. Hidung mereka masih memerah dengan plester yang menempel. Seperti yang Akara katakan di jauh-jauh hari, tulang hidung tidak bisa langsung sembuh dengan pil. Itulah mengapa ia memilih pukulan penghancur hidung untuk memberi pelajaran."Itu ayah! Bocah itu yang memukul kami!" teriak Sung Ka sambil menunjuk ke arah Akara.Pria itu langsung menyorot Akara dengan tatapan garang dan geram, bahkan bibir dengan kumis tipisnya sampai berkedut. "Kau!?" Ia me
Baca selengkapnya
207. Zimo vs Leluhur Sung
Sebuah kanal air membentang melintasi tengah kota dengan perahu wisata dan jalan di kedua sisinya. Tepat di pinggiran kanal, seorang gadis meniti tembok pembatas. Pakaiannya yang seperti selendang sutra, merumbai tertiup angin saat ia berjalan. Tangannya membentang, menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh. Di sampingnya ada seorang pemuda berjaket hitam yang berjalan sambil terus melihatnya."Mau ke mana?" ucap pemuda itu.Gadis itu lalu menoleh sambil tersenyum sebelum menjawabnya. "Tuan muda Akara terlihat baru pertama kali ke ibukota, jadi saya ingin berterima kasih tentang ramuan tadi dengan mengajak tuan muda berkeliling." Karena tidak memperhatikan jalan, gadis itu limbung hingga akhirnya terpeleset ke arah jalan. Untung saja Akara dengan sigap meraihnya, mendekap tubuhnya hingga wajah mereka berdekatan dan saling pandang. Tanpa sadar gadis itu terus menatapnya, bahkan tidak mengedipkan matanya samasekali."Siapa namamu?" Akara yang masih
Baca selengkapnya
208. Domain Alami Ranah Durma!
Tidak hanya Akara, Alkemis tua berjenggot viking juga terbang bersama muridnya. Ia segera mendekatinya dan bertanya dengan siapa pak tua itu berselisih.Dia adalah Sung Gicung, leluhur keluarga Sung sekaligus kakek dari si kembar. Walaupun generasinya masih sampai cucu, namun umurnya sudah lebih dari lima ratus tahun. Keluarga utama selalu memprioritaskan ranahnya sebelum berumahtangga. Bahkan di dunia atas, umur tiga ratusan tahun masih dibilang muda. Tentu saja semua itu dengan syarat tidak melebihi batasan umur ranah mereka. Master Aura akan menemui belenggu Megatruh jika melewati umur 150 tahun untuk ranah Asmaradana, 250 tahun ranah Gambuh, 450 tahun ranah Dhandhanggula, 750 tahun ranah Durma dan 1.150 tahun ranah Pangkur. Mereka terbebas dari belenggu jika naik ranah sebelum mencapai umur itu.…Dua orang tua itu terbang di udara, saling berhadapan dengan suasana sekitar yang begitu mencekam. Walau begitu, Zimo masih penuh ketenangan, bahkan sampai menyap
Baca selengkapnya
209. Ririn diancam?
Mereka masih saling mengejar, tanpa ada luka gores sedikitpun, bahkan pakaian mereka masih sangat mulus. "Tidak akan ada yang Akhirnya formasi yang dibuat oleh pasukan Bintang Hijau terbentuk sempurna. Secara serentak mereka melakukan segel tangan dan muncullah gerbang besar di antara keduanya. Menghalau Sung Gicung agar tidak mengejar Zimo lagi, membuat pria tua kekar itu langsung menoleh ke arah mereka. Salah seorang pasukan Bintang Hijau akhirnya memberanikan diri mendekat dan berkata dengan hati-hati."Maaf kedua leluhur, pelindung kota sudah sangat melemah setelah Malapetaka. Mohon hentikan pertarungannya." Mereka secara serentak menunduk hingga cukup lama dan akhirnya berdiri lagi saat Sung Gicung menyetujuinya."Baiklah!" Muncul lubang hitam di bawah gerbang energi tadi, menelannya masuk ke dalam kekosongan hingga akhirnya formasi lingkaran sihir lenyap. Akara langsung terbang ke arah Zimo, juga ada si kembar Sung dan ayahnya ya
Baca selengkapnya
210. Bertemu Baester Lagi!
Di sebuah ruangan, seorang gadis cantik bergaun merah sedang mengaca setelah dibantu beberapa dayang untuk membenarkan gaunnya. Paras yang begitu cantik dengan wajah tenang dengan aura yang begitu elegan. Setelah para dayang berpamitan dan meninggalkan ruangan, muncullah pusaran air di lantai yang membentuk seorang manusia. Dia merupakan seorang pria tampan yang berpakaian putih dengan aksen biru.Gadis itu sontak mengeluarkan sepasang belati, namun tangannya ke belakang untuk menyembunyikannya. "Wahh, pewaris Kaisar Atla ternyata gadis secantik ini," ucap pria itu seraya berjalan mengelilingi gadis bergaun merah untuk memperhatikan penampilannya dari segala sisi. "Siapa tuan ini?" ucap Sania dengan tenang. Di depan ruangan ada pasukan Bintang Hijau yang menjaganya, namun pria ini bisa masuk tanpa menyebabkan keributan."Bukan siapa-siapa." Ia mendekati gadis itu perlahan, sambil tangannya menjulur untuk meraih dagunya. "Hanya seorang pria yang ingin memasukanmu ke dalam daftar hare
Baca selengkapnya
211. vs Baester!
Gagal mendapatkan Esensi Magma Surgawi membuat Akara masih tertahan di ranah Sinom tiga bulan energi. Mendengar ucapan Baester, banyak peserta lain yang setuju dengannya. Benar! Hanya ranah Sinom berani-beraninya masuk ke Dunia Lestari! Iya, dia hanya akan membuang kesempatan saja, lebih baik berikan kesempatan untuk orang lain!Rey langsung pasang badan untuk membela Akara. "Maaf semuanya, guruku yang merekomendasikannya!" Ketua Paviliun Madu Emas!? Ada hubungan apa beliau dengan sampah sepertinya? Tapi, bukankah dia pemuda yang membuat masalah dengan Tuan muda kembar pengacau?"Hmph! Rekomendasi?" Baester lalu terkekeh-kekeh. "Waktu itu kau selamat karena ada yang membantumu, sekarang juga ada identitas lain yang membantumu. Di Dunia Lestari tidak akan ada yang bisa membantumu lagi, bisa apa kau bocah jika tanpa mereka!?" lanjutnya membuat Akara tertawa kecil."Aku hanya perlu membuktikan diri dengan kekuatan, bahwa bisa melindungi diriku di Du
Baca selengkapnya
212. Bertarung Habis-habisan
Aura ranah Baester berputar, diiringi oleh kilatan listrik ungu di tubuhnya. Tekanan gravitasi yang menimpanya jadi tak terasa lagi, ia bisa kembali berdiri lagi, bahkan membalas tekanan gravitasi kepada Akara. Cekungan tanah akibat keduanya seakan membentuk danau yang mengering. Para penonton kagum akan Akara yang bisa menahannya. Tekanan yang bahkan pernah menghancurkan tubuh seseorang di ranah Gambuh puncak. Ada juga yang menyadari bahwa Akara belum bisa menggunakan kekuatan aura Naganya secara penuh. Jika sudah, ia bahkan bisa bersaing dengan ranah Durma pertengahan hingga puncak.Keduanya kini mengayunkan pukulan dengan penuh kekuatan dan boom... Mereka langsung terlempar ke belakang akibat ledakannya, bahkan masih terus terseret saat menapak, hingga merusak tanah lapang di sana sejauh puluhan meter. Boomb!... Sonic Boom terbentuk saat mereka terbang kembali, kini keduanya mengeluarkan senjata mereka. Sebuah pedang panjang milik Baester yang ia posisikan seakan masih di dalam sa
Baca selengkapnya
213. Higanbana paling Dahsyat!
Sebuah pulau terbang muncul di atas ibukota Kekaisaran Atla. Pulau dengan sepuluh patung Naga yang berjejer membentuk lingkaran. Pulau yang diselimuti oleh pelindung hingga membuatnya tidak terlihat selain para pemiliknya. Energi yang menyelimuti seluruh patung Naga menyala, mengalir ke bawah pulau dan menyatu. Energi yang berbeda dari sepuluh elemen itu menjadi energi murni yang mengalir deras ke bawah, menembus kubah pelindung di arena bertarung dan masuk ke dalam sepasang pedang kayu. Pedang yang melayang di atas tubuh pemuda yang sedang tersungkur tak berdaya dalam tekanan gravitasi. Semua orang kebingungan melihat aliran energi yang muncul ntah dari mana, namun yang jelas, pertarungan masih berlanjut. Pedang itu lalu mengalirkan energi lagi ke dalam tubuh pemiliknya.Grekk... Tangan pemuda itu bergerak ke samping, menopang tubuhnya hingga akhirnya merangkak. Kini giliran kakinya yang menopang sebelum akhirnya berdiri dengan sempurna. Akan tetapi, su
Baca selengkapnya
214. Dunia Lestari
Semua peserta sudah berjejer di dalam arena. Di depan mereka, ada pasukan Bintang Hijau yang sedang berpidato."Banyak kesempatan bagus di Dunia Lestari, namun juga bahaya besar yang menanti. Utamakan keselamatan, kalian para generasi emas yang akan berpengaruh pada kekaisaran Atla, bahkan di dunia atas sekalipun."Setelah itu, ia meminta pasukan Bintang Hijau lainnya untuk membuka portal. Mereka melemparkan sebuah artefak ke udara, lalu melakukan segel tangan hingga muncul portal tepat di bawah artefak itu. Para peserta saling pandang dan mengangguk sebelum akhirnya membuka sayapnya dan terbang masuk ke dalam portal. ...Dunia yang sebagian besar dipenuhi oleh hutan yang sangat rimbun dengan pepohonan besarnya. Mereka diteleportasikan secara acak, hutan, pantai, gurun, savana, menyebar, baik di pulau-pulau kecil maupun benua besar. Akara, pemuda itu berada di atas Gletser, dengan seluruh mata memandang hanya hamparan es berwarna kebiruan. W
Baca selengkapnya
215. Persaingan Para Gadis
Mereka ditinggal Akara, namun masih ada bola api yang melayang, bergerak mengelilingi mereka. "Lebih baik jangan terlalu dekat dengan tuan muda," ucap Ririn, membuat Mulan tersenyum sebelum menjawabnya. "Kenapa? Bersainglah secara sehat."Ririn lalu dengan panik menjawab. "Bukan itu maksud saya, Ada sesuatu di belakang tuan muda Akara yang tidak seharusnya diusik.""Tenang saja, identitasku juga tidak biasa, bahkan bisa dibilang setara dengannya. Lagipula..." Mulan lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Tuan Agera sudah mencuri ciuman pertamaku."Kejadian setelah itu begitu hening, namun penuh ketegangan dari tatapan keduanya. Setelah cukup lama, Akara tidak kunjung kembali hingga membuat mereka cemas. "Biar aku saja yang mengeceknya." Mulan langsung melesat pergi tanpa menunggu jawaban dari Ririn. Setelah cukup jauh, ada bayangan seseorang yang mencegat gadis berambut merah itu....Akara kembali ke tempat awal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
35
DMCA.com Protection Status