All Chapters of Penguasa Dewa Naga : Chapter 251 - Chapter 260
349 Chapters
244. Kesempatan dalam Kesempitan
Mereka tercengang, tidak percaya akan apa yang terjadi dengan tetuanya yang di ranah abadi. Karena kesakitan, ia sampai turun ke bawah dan menutup sayap perinya. "Dramatis sekali kedatanganmu, ternyata hanya di ranah Asmaradana!" ucap Akara sambil terkekeh geli."Hanya katamu!?" teriaknya kesal karena direndahkan, lalu Akara meraih kadal di pundaknya. Ia lalu melemparkannya dan Komo berubah membesar di hadapan mereka. Tidak hanya bentuk dan ukurannya yang membuat mereka bergidik ngeri, namun lingkaran cahaya berwarna oranye di atasnya. Tingkat mistis 3 pola, kadal bodoh itu telah naik tingkat ternyata. "Drake tingkat mistis 3 pola!?" Mereka ketakutan dan ingin kabur, namun apa daya, kaki mereka sudah terluka. Komo mengaum, lalu membuat puluhan kristal seperti tongkat dengan panjang beberapa meter di atasnya. Jleg jleg jleg... Seketika puluhan kristal itu diluncurkan, menancap di depan mereka membuat mereka berhenti dan terbelalak. Beberapa kris
Read more
245. Merubah Takdir Kana!
Gadis yang begitu polos, ia ragu-ragu ingin melakukan perintahnya atau tidak. Akan tetapi, retakan melebar."Cepat!" seru Akara, lalu gadis itu langsung duduk di pangkuannya. Begitu kikuk, ia langsung memejamkan mata dan memeluk kedua lututnya. Akan tetapi, retakan tidak menghilang dan perlahan-lahan masih melebar."Kok masih!?" serunya seraya menoleh dan terkejut dengan wajah mereka yang begitu dekat. Ia sontak memalingkan wajahnya lagi."Lepaskan tanganmu!" Akara meraih lengan Kana yang memeluk lututnya. Dengan ragu-ragu dan panik gadis itu menurut, lebih tepatnya pasrah. Akara lalu melingkarkan tangannya di pinggang ramping Kana dan langsung menariknya hingga tubuh mereka bersentuhan. Gadis itu langsung terkejut hingga mematung, dengan wajah dan telinga yang merah padam. Akara melingkarkan kedua tangannya, sambil mengusap lembut perut ratanya. Ia lalu menunduk hingga wajahnya tepat di samping telinga Kana dan berbisik."Diam seperti ini."
Read more
246. Esensi Air Surgawi!
Tidak jauh dari gua tempat Akara dan Kana, ada beberapa gua lain dan di salah satunya, ada satu orang yang duduk bersila. Pria tua dengan tubuh kurus kering dan pakaian compang camping, dengan rambut, janggut dan kumis yang panjang tidak terurus. Penampilan layaknya gelandang itu segera membuka matanya saat tidak ada aliran energi yang dapat ia serap."Apa yang terjadi?" gumamnya seraya menoleh ke arah air di sebelahnya. Melihat kedalaman air yang tenang, ia langsung melompat ke sana. Dengan penuh semangat ia berenang keluar."Akhirnya terbebas!" serunya bersemangat dan melihat aliran energi dari Esensi Air Surgawi yang mengalir ke satu titik. Penyerap energi itulah yang menyebabkan arus air jadi berhenti. Tanpa basa-basi, kakek tua itu melanjutkan berenang. Pintu keluar sudah terlihat dengan cahaya yang begitu tipis di sana, membuat semangatnya semakin membara. Akan tetapi, aliran energi tadi tiba-tiba terhenti. Sontak arus air yang sangat deras kembali muncul.
Read more
246. (18+) Nganu Kana
Gadis imut itu telah duduk di depan Akara, dengan pakaian yang sudah lenyap dilahap oleh api. Ia menundukkan kepalanya, lalu Akara membuka matanya dan langsung terbelalak melihat tubuh Kana. Selain pipi yang tembem, aset besar begitu mengguncang gunung kembarnya. Walaupun begitu, ia memiliki perut yang rata dengan pinggang ramping. Bagian pinggul dan pahanya kembali membesar, lalu ada serambi lempit yang juga tembem. Dengan rambut yang begitu tipis, bahkan nyaris tidak ada, surganya benar-benar seperti garis lurus. Akara dengan otomatis bangun dan mendekat, membuat gadis itu menutupi wajahnya. Walaupun begitu, ia masih dapat melihat dengan jelas di antara sela-sela jarinya, lalu tangan lain menunjuk apa yang sedang ia lihat. Akara tidak memperdulikannya, dari wajahnya yang memerah dan tatapan sayu, pemuda ini benar-benar tenggelam dalam nafsu. Ia segera meraih tangan yang menutupi wajah imut itu dan tangan lain meraih dagunya. Ia langsung mencium bibir gadis itu yang merah
Read more
247. Balas Dendam! Keluarga Beton!
Di mata air sungai OllAliran air sudah mengecil kembali, namun masih menyisakan kehancuran di sekitarnya. Pepohonan di sekitarnya sudah ambruk terbawa oleh arus air, dengan orang-orang dari keluarga Galon yang terkapar dalam kurungan Komo. Brushhhh... Sesuatu keluar dari mata air, membuat airnya menyiprat hingga menciptakan sebuah pelangi di udara. Sebuah energi berwarna merah, biru, hijau, ungu dan putih, membentuk sebuah sayap yang begitu indah. Sayap peri membuat terbang pemiliknya yang sedang menggendong gadis imut."Sepertinya lancar sekali!" seru seekor Drake yang ada di pinggir mata air.Pemuda itu terkekeh, sebelum turun, mendarat di dekatnya."Mungkin karena Esensi Surgawi masih baru terbentuk, ditambah lagi sudah kesekian kalinya. Esensi petir kemarin juga tidak sebrutal Esensi Angin, padahal dia lebih tua sampai bisa membentuk tubuh Wyvern, bukan merasukinya," jawab Akara tanpa menurunkan Kana dari gendongannya."Syu
Read more
248. Penuh dengan Dendam.
Pak tua itu lalu terdiam, sedangkan Yon Beton langsung bangun dan tertawa lepas."Akara? Kau bocah sampah waktu itu!?" "Ya, dan kau sampai sekarang masih menjadi manusia sampah!" jawab Akara yang masih berdiri di tempatnya. Tatapannya benar-benar begitu tajam penuh dendam, ia menahannya seakan sewaktu-waktu bisa meledak. Sedangkan Yon Beton masih begitu santai karena memang tidak ada dendam darinya."Dia adalah Akara, sepuluh tahun silam yang telah membunuh tuan muda keluarga cabang kami, Cor Beton. Sekarang dia kembali dengan bersama gadis pembawa sial itu!" teriaknya sembari menunjuk ke arah Kana dan membuat gadis itu menunduk saat semua mata memandanginya. Sedangkan Akara sudah mulai melakukan peregangan tangannya."Kalian berdua sama-sama sampah, sangat cocok bersama!" Bruak... Pukulan Penghancur Hidung tepat mengenainya, hingga membuatnya terpelanting sebelum akhirnya tersungkur di lantai. Apa-apaan pergerakannya itu!? Sangat cepat sekali!
Read more
249. Vania diculik!
"Tidak perlu banyak bacot! Kalau aku ingin membunuhmu bisa aku lakukan dengan mudah!" jawab Akara sambil menekan kakinya hingga pria gemuk itu berteriak kesakitan. Dengan suara tidak jelas, ia memohon ampun sambil menelangkupkan kedua tangannya ke depan. Akara lalu mengangkat kakinya dan akhirnya Angkat Galon bisa mengeluarkan bor spiral dari mulutnya. Tanpa berkata apa-apa, pemuda itu hanya menunjukkan jari telunjuknya ke arah bawah. Mengetahui maksudnya, kepala keluarga Galon hanya bisa terbelalak, lalu bersujud hingga kepalanya membentur lantai. Akara lalu menoleh ke arah Yon Beton, membuat pria itu panik hingga jatuh terduduk. Ia lalu melenggang pergi, meraih tangan gadis tembem berambut pendek dan meninggalkan kediaman keluarga Beton. Tidak ada yang bisa dikatakan oleh para warga selain menyingkir, memberikan jalan pada keduanya...Di perjalanan Akara bertanya kepada Kana."Kamu bilang bahwa Vania anak mereka, kenapa dia tidak dikenali saat di A
Read more
250. Menyelamatkan Vania.
Akara terbang mengikuti aliran sungai. Ia melihat sebuah kapal dan segera menyalakan mata ularnya, namun tidak menemukan keberadaan bocah kecil di sana. Ia lalu melanjutkan hingga sampailah di kota Glint. Dari atas sungai Oll saja sudah nampak betapa megahnya istana Glint di ujung kota sana, tepat bersandar pada pegunungan Vodor. Dengan kedua pedang kayu yang sudah bersandar di pundaknya, Akara langsung menuju tujuan utamanya. Terbang membelah kota membuat para warga berbondong-bondong melihat ke atas langit, bertanya-tanya akan siapakah pemuda yang terbang di atasnya. Sesampainya di istana Glint, ia mendarat di halaman yang luas dengan puluhan orang sedang berlatih di sana. Seketika mereka langsung menghentikan latihannya dan mengerumuni Akara. Mencapai ranah abadi semuda itu? Siapa dia? Mereka mengagumi Akara, namun ada salah satu pemuda yang begitu terkejut saat melihat sepasang pedang kayu di pundaknya. Para penjaga langsung berdatangan, menyibak kerumunan d
Read more
251. Vs Raja Glint, Vonci Kates
Begitu mengherankan. Kakek tua sepertinya memiliki anak yang masih berumur 10 tahunan. Ada hal lagi yang membuat Akara mengernyitkan dahinya merasa heran. Kedatangan seorang wanita muda dengan paras yang cantik, namun dengan raut wajah kesal yang memuakkan."Suamiku! Kenapa mengganggu Civon Kates!?" bentaknya memarahi pak tua Vonci Kates yang tak lain dan tidak bukan adalah suaminya, sekaligus Raja Glint."Itu..." Vonci Kates benar-benar kalang kabut, ia takut dengan istrinya, bahkan anaknya juga terlihat tidak menghormatinya.Wanita itu lalu menoleh ke arah Vania, membuat gadis kecil itu ketakutan hingga memeluk lengan Akara dengan eratnya."Gadis kecil tidak tau terima kasih! Kemari kau!" teriaknya."Istriku!" Vonci Kates mendekatinya dengan masih terlihat takut padanya. "Suami bodoh! Apa-apaan kau menuruti pemuda sepertinya dan mengabaikan anakmu!" bentaknya, hingga membuat pak tua itu terdiam dan menunduk. Pandangan wanita lalu tertuju pada para pelayan di sekitar Akara."Kenapa
Read more
252. Armor Batu vs Cakar Naga
Aura ranahnya berputar sangat cepat, membuat aliran energi dari segala penjuru mengalir ke arahnya. Sedangkan Akara masih begitu tenang meraih kedua pedang kayunya, lalu menyalakan aura ranahnya saat pak tua itu tepat di depannya. Getaran di sana masih terus terjadi, hingga membuat para warga keluar dari rumah karena panik. Semua sorot mata langsung tertuju ke arah istana yang dipenuhi oleh duri raksasa. Bencana! Apalagi yang terjadi dengan kota ini!?"Pak tua! Ranahmu begitu tinggi kenapa bisa-bisanya mendapatkan wanita bodoh itu? Apakah matamu sudah dibutakan oleh..." Brushhhh... Ada lonjakan tanah berbentuk ular naga dari bawah, membuat Akara menghindar dengan terkejut. Naga batu itu melayang, melingkar di sekitar pemiliknya. Pak tua itu sudah tidak bisa diajak kompromi, ia benar-benar sudah kalap ditelan oleh emosi. Di tangannya sudah ada rantai, dengan gada di ujungnya yang berbentuk prisma segitiga yang dihiasi duri-duri di pinggirannya. Swush swush swush... Vonci Kates memutark
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
35
DMCA.com Protection Status