All Chapters of Rahasia Pewaris Culun : Chapter 21 - Chapter 30
96 Chapters
Nervous
Perlahan Kenzie mendorong pintu itu dan melangkah masuk dengan pandangan sedikit merunduk karena dia merasa canggung dengan kemejanya yang masih basah. "Maaf, Pak, saya––" ucap Kenzie terputus saat dia menyadari sosok laki-laki yang sedang duduk di singgasana bos. "Rion?" Bibir Kenzie seolah kelu ketika menyadari memang benar dialah yang duduk di sana. Keadaan hening dengan berkas yabg masih menutupi dada. Kenzie masih mematung dengan bola mata kehijauan yang tentu saja tidak berkedip karena tidak mempercayai hal ini. Bagaimana mungkin, Rion ada di posisi tersebut? "Silahkan duduk, Enzi." Suara bariton itu membuat Kenzie tersadar dari lamunan. "I––iya, Rion, eh, Pak Rion." Kenzie gelagapan dengan diiringi langkah yang mendekat ke arah meja. Perlahan Kenzie menarik kursi, lalu duduk dan berusaha tenang meskipun dalam otaknya penuh dengan pertanyaan. "Rion, eh, Pak. Saya mau––" ucap Kenzie terhenti. "Ssstttt ... tidak usah manggil gue dengan sebutan Pak. Karena status gue di sini
Read more
Isi Hati Rion
Kenzie tertegun dengan apa yang dia dengar saat itu. Dia menampik hal yang sangatlah tidak mungkin bagi mereka untuk bersatu. Apalagi, jika dia mengingat janji yang telah terukir sesaat mereka mengikat janji sebagai sahabat. Sejenak gadis tomboy itu terkenang masa lalu ketika di awal-awal kuliah dulu. "Dasar cupu! Lu enggak pantes kuliah di sini. Penampilan culun, kacamata tebal, pakek kemeja kegedean, badan cungkring. Cwiihhh! Apa plusnya, sih, lu? Hingga kampus ini nerima mahasiswa kek elu?!" cerca sesama mahasiswa yang baru saja beberapa bulan kuliah di sana. "Maaf, kenapa kamu bilang seperti itu? Apakah saya merugikan kamu? Kampus menerima saya karena prestasi saya.""Halah! Banyak bacot, lu!" Rion didorong oleh orang tersebut. "Heh! Lu kalau mau berantem jangan di sini. Ini kampus, woy! Bukan ring tinju." Gadis tomboy melerai kedua laki-laki yang sedang beradu mulut. Cekcok pun terjadi hingga akhirnya gadis bernama Wanda melerai dan mengajak laki-laki tersebut menjauh dari si
Read more
Pacar Pura-pura
Kenzie seolah masih belum tersadar kalau dirinya sedang melamun. Apalagi, gaya bahasa Rion yang kembali seperti dulu. "Maksud, lu?" "Aahhh ... shiittt!" Rion memegang tengkuknya. "Maksudnya, gue suka sama lu dari dulu. Mau, gak, lu jadi pacar gue? " Mata sipit itu terlihat semakin mengecil kala memandang wajah Kenzie, wanita yang dia sayangi. "Rion? Lu enggak lagi becandain gue, kan?" Raut ragu kini terpampang jelas di wajah Kenzie. Rion melepaskan tangannya yang masih menempel di tengkuk. Kini, mata sipit itu terlihat melebar menatap mata kehijauan milik Kenzie. Perlahan Rion menggenggam kedua tangan Kenzie. Mata mereka kini saling bertatap lekat. "Adakah ekspresi becanda di wajah gue?" Kenzie menatap sepasang mata sipit berwarna hitam yang tajam. "Kalau ada, tolong beri tahu gue dari arah mana dan harus bagaimana untuk buktiin sama lu, kalau gue bener-bener sayang sama lu." Rion mengucapkan dengan wajah penuh keyakinan. "Gue percaya. Gue percaya, Rion, tapi––""Masih ada ker
Read more
Pingsan
Rion terlihat panik sebab dari awal tidak terlihat tanda-tanda Kenzie sedang sakit. "Kenapa ini, Mas?" tanya customer yang sedang makan bersebelahan di samping meja Rion. "Entah." Rion masih berusaha menyadarkan Kenzie, tangannya masih menepuk-nepuk pelan pipi Kenzie. Keadaan di sana semakin ramai. Bukan hanya sesama customer saja, pekerja di sana juga semua berkerumun dan merasa heran. Karena takut terjadi hal buruk, Rion segera membawa Kenzie ke rumah sakit/klinik menggunakan taksi yang telah dipesankan oleh salah satu pekerja di kafe tersebut. "Enzie, lu kenapa, sih?" Rion masih menggenggam tangan Kenzie erat, sedangkan gadis tomboy itu terlihat tidak berdaya di pangkuan Rion. Perjalanan terasa begitu lama, padahal jarak kafe ke klinik/rumah sakit tidak terlalu jauh. Sepanjang jalan, pria berparas oriental itu terlihat sedih, bahkan dia tidak menyadari ada air mata hampir keluar dari sudut matanya. Sejenak Rion berpikir pada kedua orang tua yang meninggalkannya lebih dulu. Me
Read more
Bertaruh Ego
Waktu menunjukkan jam satu dinihari. Kenzie terbangun dari tidurnya karena mimpi. "Astaga!" ucap Kenzie dengan keringat yang mengucur di keningnya. Pandangannya tiba-tiba saja tertuju ke samping tempat tidur. Di sisinya ada Rion yang sudah terlelap sembari duduk, tetapi kepala yang menempel ke bad. 'Ternyata cuma mimpi.' Kenzie berucap dalam hatinya. Perlahan jemari Kenzie mengusap rambut Rion dengan lembut. Bibirnya tersenyum saat menyadari laki-laki yang dia sayangi ada menemaninya hingga larut. 'Tapi kenapa mimpiku buruk sekali?' Kenzie masih berucap dalam hatinya. Dia masih bingung kenapa bisa mimpi seperti itu. Padahal, sebelum tidur dia bercanda dengan Rion. Bahkan selalu tertawa hingga ia mengantuk dan akhirnya tertidur. Misalkan bermimpi, seharusnya mimpi indah atau mimpi hal-hal yang bisa membuat tertawa. Kenapa malah mimpi buruk yang datang pada Kenzie. Kenzie tidak menyadari kalau ternyata kuku-kukunya menyentuh kulit kepala Rion dan secara otomatis laki-laki itu pun t
Read more
Bahagia yang Menyiksa
Waktu menunjukkan jam tujuh malam di kediaman Frederic telah berkumpul seluruh anggota keluarga. Ada Owen, Rion, Kemala, bahkan Willson yang diundang untuk meresmikan keputusan Frederic setelah semua surat-surat telah usai ditandatangani dengan pembagiannya masing-masing. Lebih dari delapan puluh persen memang harta Fredric jatuh ke tangan Rion. Kali ini Kemala lebih terlihat tenang, karena di dalam surat tersebut, Owen masih memegang kendali Frederic Corp sepenuhnya. Willson pun memberikan lampiran kertas yang telah dibubuhi oleh cap, tandatangan serta materai sebagai pengesahan surat tersebut agar lebih kuat di mata hukum. 'Aku tidak rela dengan pembagian ini, lihat saja kamu, Rion!' Dalam hati Kemala menggerutu dengan binar mata yang memang tidak terlihat bahagia. "Semua telah saya sampaikan. Apakah ada yang ingin ditanyakan?" tanya Willson setelah semua keputusan telah disampaikan. Keadaan di ruang yang dipakai untuk rapat menjadi hening. Entah dipahami atau mungkin malah mer
Read more
Rahasia Kemala
Sial sekali, Rion malah menyenggol guci besar yang ada di pojokan. Memang tidak sampai pecah, tetapi suaranya terdengar cukup kencang karena mungkin suasana sudah sepi. "Siapa di sana?" Suara Kemala terdengar di telinga Rion. 'Mati! Aku harus gimana, Tuhan?' Dalam hati Rion berucap. Rion melangkah pergi, tetapi baru saja dua langkah dia memutuskan untuk diam di sana. Bukankah ini merupakan kesempatan dia mengetahui perihal yang dibahas ibu tirinya? Rion kembali stay berdiri tepat di depan pintu kamar Kemala hingga akhirnya pintu tersebut terbuka. "Rion? Sedang apa kamu di depan pintu kamar Mama?" "Tidak sengaja aku mendengar Mama lagi berbicara dengan pria ketika aku hendak ke dapur. Sebetulnya, apa yang sedang Mama lakukan? Dan dengan siapa Mama bicara?" cerca Rion. "Emm ... itu, Mama––Mama––" Kata-kata Kemala terjeda dan seolah menguap di udara. Dia bingung harus menjawab apa pada Rion. "Maaf, Tuan muda. Saya hanya membantu Nyoya Kemala untuk menjelaskan perkara keputusan Tua
Read more
Don't Worry
Laju kendaraan mulai tidak terarah. Sopir Rion berusaha mengalihkan terus menerus kendaraannya ketika berpapasan atau melewati kendaraan orang lain. Sopir dan tuannya begitu panik di dalam sana. "Pak, tabrakan saja pada pohon atau apa pun yang tidak membahayakan orang lain, cepat!" "Baik, Tuan." Sopir Rion masih berusaha mengemudikan kendali setir meskipun keringat telah mengucur deras karena panik. Hingga akhirnya ada satu pohon besar di pinggir jalan. Braakk!!!Mobil hitam mewah itu akhirnya berhenti ketika menghantam satu pohon dengan batang yang besar. Syukurlah keduanya selamat karena telah mengenakan safety belt dengan baik dan benar. Hanya saja tidak dipungkiri kalau wajah mereka terlihat panik saat mobil benar-benar berhenti dengan guncangan yang sangat keras, bahkan bagian depan mobil saja terlihat ringsek. "Maaf, Tuan. Apakah Anda baik-baik saja?""Saya baik-baik saja, tidak perlu khawatir."Sopir itu mengangguk kemudian membuka pintu mobil untuk melihat keadaan kendara
Read more
Kepergian Oris
Seorang wanita paruh baya yang tidak terlalu jauh seusia Kemala kini berdiri di hadapan Rion. Rambut yang hampir memutih serta kerutan-kerutan di wajah yang nampak dan binar mata yang seolah penuh tanya tatkala melihat pemuda berpakaian rapi menghampiri tempat tinggalnya. "Kamu teman anak saya?" Wanita tua itu kembali bertanya. Rion tersenyum. "Ya, saya teman putra Ibu. Apakah dia ada di dalam?" tanya Rion santun. Pemuda ini sedikit bersandiwara agar tidak membuat panik wanita tua yang ada di hadapannya. "Oris pamit pergi. Katanya ada yang harus dia selesaikan," ucap wanita tua itu. "Ada siapa, Ibu?" teriak seorang wanita dari dalam. Tidak berselang lama, wanita itu pun akhirnya menemui ibunya yang terdengar sedang mengobrol. Rion tersenyum ketika melihat wanita yang mungkin saja tidak jauh seusianya. "Maaf, Anda siapa?" Wanita muda itu terlihat heran ketika melihat Rion. Wajar saja, Rion datang dengan penampilan bos-bos besar. "Saya Rion. Apakah saya bisa bertemu dengan Oris?
Read more
Penelepon Misterius
Tiba-tiba saja sambungan ponsel terputus. Entah ponselnya sengaja dimatikan atau terkendala sinyal. Rion membawa ponsel itu dan menunggu Julia yang malah ikut dirawat di sana. Tidak lupa, Rion pun menghubungi personalia untuk menyuruh Stevan menghandle pekerjaannya siang itu. Hampir dua puluh menit akhirnya Julia sadar dari pingsan. Dia melihat seorang laki-laki di sisinya. "Mas Oris?" Bibir Julia tersenyum saat melihat laki-laki yang duduk menemaninya saat itu. "Maaf, aku bukan Oris." Perkataan laki-laki tersebut membuatnya sadar sekaligus kecewa. Dia sadar dari lamunan yang terlalu dalam. Rasa rindu Julia pada Oris begitu dalam hingga dia melihat sosok laki-laki lain mengira suaminya. "Maaf." Lirih terdengar Julia mengucap kata tersebut. "No problem. Gimana keadaanmu? Apakah sudah membaik?"Julia mengangguk. "Baik, tetapi tidak dengan mental saya." Julia menjawab dengan pandangan merunduk. Dia merasa sendirian ketika harus jauh dari Oris. Laki-laki yang menikahinya beberapa t
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status