All Chapters of Menjadi Janda Tajir Melintir: Chapter 61 - Chapter 70
132 Chapters
Pilihan yang Sulit
“Aku gak mau tau! Kak Johan harus menemaniku ke Queenafisa. Kabarnya, butik itu akan melelang pakaian milik Titi Kamal. Kamu tau Titi Kamal, ‘kan? Dia artis terkenal yang sering membintangi beberapa film di televisi. Aku sangat mengaguminya.” Bonita berteriak girang. Dia sedang berbicara dengan Johan lewat telepon. “Tidak tahu! Aku taunya Titi Kumel," jawab Johan ketus. "Aku serius, Kak Johan!" Bonita mendelik kesal. "Kamu mau menemaniku atau tidak?" tanyanya menegaskan. "Lagian, apa bagusnya pakaian bekas, sih? Meski bekas artis, tetap saja yang namanya bekas itu tidak akan sebagus yang baru,” oceh Johan di telepon. Dia menjawab dengan ogah-ogahan. "Kak Johan menyindir diri Kakak sendiri?" Malas menanggapi rengekan Bonita di telepon, Johan segera menutup telepon dan meletakkan ponselnya ke dalam saku. Saat Johan baru saja ke luar rumah untuk berangkat kerja, tiba-tiba Bonita sudah berada di depan rumahnya. Dia sudah berdandan cantik dengan pakaian kerjanya dan tersenyum menatap J
Read more
Berbeda
“Kamu benar-benar tidak peduli? Apa kamu tidak peduli saat orang-orang menganggap buruk tentangmu?” tanya Johan kepada Bonita. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa ada wanita yang bermuka tembok seperti Bonita? “Aku tidak peduli. Lagian, aku tidak pernah minta makan kepada mereka. Terserah orang mau berkata apa, mungkin mereka hanya iri kepadaku,” jawab Bonita pasti. Dia benar-benar sudah tidak punya rasa malu. “Apa kamu juga tidak peduli kepadaku? Kamu tidak peduli jika reputasiku buruk dan itu akan berdampak pada karirku di perusahaan?” tanya Johan lagi. “Kenapa Kak Johan bertanya seperti itu? Tentu saja aku peduli,” jawab Bonita dengan pasti. “Lalu apa Kakak juga peduli kepadaku? Aku hanya mau ditemani ke butik,” ucapnya memelas. “Pokoknya aku tidak akan turun sebelum Kakak janji mau menemaniku ke butik,” lanjutnya. Johan melihat jam tangannya, lalu buru-buru menyalakan mesin mobilnya. Dia merasa lega ketika sebuah taksi berhenti di depan mobilnya. “Kita akan segera terlambat B
Read more
Nenek Misterius
Bonita kembali mencoba menghubungi Johan, tetapi tetap tidak ada jawaban. Dia mematikan ponsel dengan kesal dan memasukkannya ke dalam tas. Wajahnya semakin ditekuk saat melihat Deon dan Nafisa menghampiri Melani. Acara pelelangan dimulai. Semua pengunjung yang ikut acara pelelangan dipersilakan duduk di kursi yang telah disediakan. Dengan ragu-ragu, Bonita mengambil tempat duduk di kursi paling belakang, berseberangan dengan tempat duduk Melani dan keluarga yang juga duduk di kursi paling belakang. “Ini adalah piyama favorit yang sering dipakai Titi Kamal saat bersantai di rumah. Kami akan melelang piyama ini dengan harga awal satu juta rupiah. Apakah ada di antara kalian yang mau memberikan penawaran harga yang lebih tinggi?” ujar juru lelang seraya menunjuk pada piyama lengan panjang berwarna merah. “Siapa yang memberikan penawaran paling tinggi, itulah yang akan mendapatkan piyama ini,” lanjutnya menjelaskan. “Satu juta lima ratus ribu rupiah!” Seorang wanita bertubuh mungil yan
Read more
Bahasa Cinta
Nenek tua merasa puas setelah menunjukkan tas berisi penuh dengan uang di hadapan Bonita. Dia menutup tas itu, lalu menyerahkannya pada juri lelang. Bonita masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Sungguh di luar dugaan, ternyata nenek tua itu benar-benar kaya. Saat nenek tua itu kembali, dia tersenyum dengan sangat manis. "Seandainya cucu nenek ada di sini, dia pasti merasa sangat beruntung. Dia mempunyai nenek yang sangat menyayanginya," ucapnya dengan nada yang dibuat-buat. "Nenek! Aku minta maaf dengan ucapanku tadi yang sudah meragukanmu. Sebenarnya aku merasa terkejut saat melihatmu. Aku jadi teringat dengan nenekku yang meninggal beberapa tahun yang lalu." Bonita berkata dengan memelas untuk menarik simpati nenek tua yang kaya raya itu. "Oh, begitukah? Untunglah nenekmu tidak melihat sikapmu yang tidak sopan memperlakukan orang yang lebih tua." Nenek tua berkata seraya tersenyum miring. "Apa Nenek mau memaafkan aku? Kita mempunyai nasib yang sama, Nenek. Aku
Read more
Penculikan
"Menyebalkan sekali!" Bonita melempar tas berisi piyama bekas yang dia beli saat acara lelang di butik milik Melani tadi. "Jika tau butik itu milik Kak Melani, aku tidak akan pernah datang ke sana," ocehnya saat baru saja masuk ke dalam mobil Johan. "Benarkah? Bukankah kamu sangat menginginkan pakaian bekas artis favoritmu itu?" Johan bertanya seraya mengambil tas berisi piyama bekas yang tergeletak di kursi mobil. "Bagaimanapun, hanya butik itu yang menjual pakaian bekas artis favoritmu." Dia memberikan tas itu kepada Bonita, lalu duduk di kursi mobil. Dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, meninggalkan butik yang masih ramai pengunjung. "Apa kamu tidak menyesal? Pulang dengan hanya membawa piyama bekas itu? Biasanya kamu tidak akan pulang sebelum memborong banyak pakaian," oceh Johan sembari menyetir mobil. Bonita menatap Johan dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. "Kenapa Kak Johan sangat menyebalkan? Jika tau kebiasaanku saat berbelanja, kenapa tadi buru-buru mengaja
Read more
Tolong Aku, Mama!
"Mama!" Nafisa berteriak kencang memanggil Melani, tetapi seorang laki-laki bertubuh kekar membungkam mulut Nafisa dengan telapak tangannya. "Diam kamu anak kecil! Jika terus berteriak, aku akan membunuh orangtuamu," ancam laki-laki kekar itu pada Nafisa. Nafisa terus memberontak hendak melepaskan diri dari cengkeraman lelaki berpenampilan preman itu, tetapi tubuhnya terlalu kecil untuk bisa melakukan perlawanan. Akhirnya dia hanya bisa diam dan menangis. Deon berlari ke luar butik saat mendengar teriakan Melani. "Ada apa, Melani? Di mana Nafisa?" tanyanya panik. Dia melihat ke sekeliling dan tidak mendapati Nafisa ada di mana-mana. "Kenapa kamu memanggil-manggil Nafisa, Melani? Apa yang terjadi pada Nafisa?" Deon memegangi kedua bahu Melani. "Nafisa! Nafisa diculik! Preman itu membawa Nafisa!" ujar Melani sambil menunjuk ke arah Land Cruiser yang melaju dengan kencang. Wajahnya tampak cemas dan khawatir. "Mereka membawa Nafisa menggunakan mobil itu!" tunjuk Melani. Mobil Land C
Read more
Tragedi Di Gang Sempit
Nafisa berada di ruangan yang gelap dan pengap seorang diri. Tanpa sadar, netranya telah penuh oleh air mata. Dia begitu ketakutan. "Siapapun, tolong selamatkan aku!" gumamnya dengan suara bergetar. Suaranya tidak dapat terdengar dengan jelas karena mulutnya tertutup oleh lakban. Anak buah Deon telah berpencar mengelilingi kota, tetapi tidak satu pun menemukan mobil yang membawa Nafisa. Deon dan Melani melajukan mobil seraya menyapukan pandangan ke sekitar jalanan. Tiba-tiba mobil berhenti saat berada di depan sebuah gang sempit. "Sial! Kenapa mobilnya harus mogok di sini? Tidak biasanya mobil ini mogok." Deon mendengkus kesal. Dia melihat Melani yang terlihat cemas. "Tenanglah, aku akan menyuruh orang untuk mengantar mobil yang lain ke sini," ucapnya. Dia memegang tangan Melani untuk menenangkan istrinya itu. Deon dan Melani menunggu beberapa saat di dalam mobil. Tiba-tiba Melani berdiri dan keluar dari mobil. "Aku tidak bisa menunggu lagi. Aku akan mencari Nafisa sekarang," ucapn
Read more
Apa yang Terjadi?
"Hentikan!" Lelaki dengan tubuh tinggi dan besar berjalan mendekati tempat di mana para preman berdiri. Lelaki itu berpenampilan sama seperti para preman yang lain. "Berani-beraninya kalian melangkah tanpa perintah dariku. Apa kalian lupa siapa yang memimpin kalian di sini?" teriak lelaki yang bertubuh paling tinggi dan besar di antara para preman itu dengan mata melotot tanpa ampun. "Siap, Bos! Tapi klien kita sudah memberikan izin," protes lelaki kekar yang tadi bicara di telepon dengan seorang wanita. "Kamu bertindak atas perintahku atau perintah klien?" bentak lelaki yang merupakan pentolan para preman itu. "Siap, maafkan kami, Bos!" Para preman menundukkan kepala. Mereka semua tidak berani menatap pentolan mereka. Dia adalah premannya para preman, mana berani para preman itu melawannya? Lelaki yang dipanggil 'bos' tersenyum puas setelah mendengar permintaan maaf dari anak buahnya. Dia menatap Melani yang masih tidak sadarkan diri, lalu tersenyum miring. "Cantik juga wanita
Read more
Trauma
Deon mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu ruangan tempat menyekap Nafisa, tetapi dia mengurungkan niatnya saat mendengar suara yang sangat kencang di ruangan sebelahnya. Dia mendobrak ruangan itu dan terkejut saat melihat apa yang terjadi di sana. "Melani?" Deon melihat Melani dengan pakaian yang telah terkoyak dan mata sembab oleh air mata. "Apa yang terjadi?" lanjutnya bertanya ingin tahu. Deon berjalan mendekati Melani. Dia melepaskan jas yang dia pakai dan menggunakan jas itu untuk menutupi tubuh Melani. "Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya pada Melani. Melani diam tidak menjawab. Dia hanya menunduk dan mengusap pipinya yang merah. Di sebelah Melani, seorang preman telah terkapar tidak sadarkan diri. Tubuhnya babak belur dan memar-memar. Hanya dengan melihat situasi, Deon mengerti apa yang terjadi. Dengan sigap dia merengkuh tubuh Melani dan membawanya ke luar ruangan itu. Tiba-tiba, di luar ruangan sudah ada beberapa anak buah Deon yang baru saja datang. "Kalian,
Read more
Korban Sinetron
"Sekali lagi, maafkan aku," gumam Deon lirih. Tatapan matanya benar-benar menunjukkan penyesalan. Dia benar-benar merasa bersalah atas kejadian penculikan yang terjadi pada anak dan istrinya. "Jangan meminta maaf. Ini bukan salahmu," ujar Melani. "Entah apa jadinya kami jika kamu tidak menemukan dan menyelamatkan kami. Untuk itu, rasa terima kasih saja tidak cukup," lanjutnya. "Kamu ini bicara apa? Sekarang aku adalah suamimu sekaligus papa sambung bagi Nafisa. Sudah seharusnya aku menjaga dan melindungi kalian." Deon menimpali. Deon kembali melajukan mobil. "Besok, aku akan membuat acara khusus sebagai bentuk penyesalan sekaligus permintaan maafku pada kalian." Dia berkata tanpa menoleh ke arah Melani. Tatapannya lurus ke depan, fokus menyetir mobil. "Kalian harus bersiap-siap," ucap Deon bersemangat. Dia tersenyum menatap Melani dan Nafisa lewat kaca spion, berharap dua wanitanya itu ikut tersenyum. "Aku sudah bilang jika ini bukan kesalahanmu, dan kamu tidak perlu meminta maa
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status