All Chapters of Bertahan Dalam Asa Hampa: Chapter 111 - Chapter 120
138 Chapters
Asa 111
*Happy Reading*"Ck, kalau itu tidak usah dikhawatirkan lagi. Mereka tidak akan bisa menggugat apa pun semua milik Nissa." Raid menyahut santai.Frans pun mengangguk paham. "Lalu, bagaimana dengan Nissa sendiri? Apa dia sudah tahu semuanya? Tentang harta itu dan cerita yang sebenarnya. Apa kau sudah memberitahunya?"Kali ini Raid terdiam. Dia tidak mampu berkomentar apa pun, karena memang belum melakukannya. Raid sadar, dia masih banyak hutang cerita pada Nissa. "Saranku, seger beritahu dia kebenarannya. Dia bisa saja kecewa jika akhirnya tahu dari orang lain." Seolah tahu apa yang Raid pikirkan, Frans pun kembali bersuara memberi usulan. "Aku tahu," jawab Raid singkat. Meski begitu, Raid sendiri sebenarnya yakin jika Nissa sedikit banyak sudah tahu kebenarannya. Raid rasa dia hanya tinggal melengkapinya saja. ***Nampaknya Nissa terlalu menikmati waktunya bersama gadis-gadis bodyguard sekaligus pelatihnya. Hingga tak terasa, ternyata sudah lima bulan berlalu sejak Nissa menjalani
Read more
Asa 112
*Happy Reading*"Hahahahaha ...."Tiba-tiba saja tawa Nissa pecah. Raid yang tengah bingung bingung dan merasa bersalah, malah menjadi semakin kebingungan melihat Nissa. "Ya ampun, Bang. Serius banget itu muka. Padahal Nissa cuma becanda, loh." Nissa berucap di sela tawa yang masih berderai. Raid mengerjap pelan. "Becanda?" beonya kemudian. Nissa mengangguk. "Nissa cuma becanda, Bang. Nggak serius kok dengan permintaan lamaran resmi tadi."Hah?!"Kamu jadi nggak mau di lamar resmi?" Raid meminta keyakinan. "Bukan nggak mau. Tapi lebih ke ... ya udahlah. Toh mau ngadain lamaran resmi juga bingung. Nissa kan udah nggak punya orang tua. Sodara juga nggak tahu di mana? Jadi Abang mau minta Nissa ke siapa, coba? Kan, Nissa udah nggak punya saudara. Nissa sebatang kara." Nissa menjelaskan dengan santai. Seolah tanpa beban. Meski begitu, senyum yang Nissa tampilkan tak sampai mata. Bahkan, Raid bisa menangkap binar sendu dari sorot gadis itu sekarang. Pria itu pun menghela nafas panjang
Read more
Asa 113
*Happy Reading*Terjawab sudah! Akhirnya semua puzzle misteri yang Nissa rasakan dalam hidupnya mulai tersusun rapi. Semua benak yang membuatnya bingung mulai menemukan titik terang. Terutama tentang perlakuan aneh sang ayah yang lebih membela Abyan daripada dia. Ternyata memang mereka tertukar.Kini Nissa juga tahu kenapa di rumah tak ada satu pun photo tentang ibunya. Semua di sembunyikan sang ayah. Dulu Ridwan bilang, karena tak ingin mereka larut dalam kenangan sang ibu. Tetapi kini Nissa yakin, itu semua karena Ridwan tak ingin Nissa tau tentang kenyataan bahwa sang ibu adalah kembaran ibunya Abyan. Dulu saat pertama kali bertemu Nyonya Farida alias Firda, Nissa memang merasa lumayan familiar dengan wajah itu. Seperti pernah bertemu dan melihat di mana gitu. Tapi Ridwan bilang, itu hanya perasaan Nissa saja. Lagipula itu bukan hal aneh, katanya kan di dunia ini orang punya kembaran tujuh. Nissa percaya saja waktu itu. Namun kini, dia tahu ternyata wajah itu mengingatkan Nissa pa
Read more
Asa 114
*Happy reading*"Maksudnya? Abang menyelidiki aku selama ini?" "Abang menyelidiki semua orang yang dekat dengan Naira."Raut wajah Nissa langsung berubah. Meski tidak terlalu kentara, tapi Raid menyadarinya. Seolah mengetahui kesalahannya, Raid pun buru-buru berucap, "Jangan cemburu, please. Kamu tahu kan, bagaimana arti Naira dulu untukku?"Nissa menunduk lesu. Sekuat apa pun dia meneguhkan hatinya, tetap saja rasa cemburu itu kerap mengusiknya. Bagaimana pun dia tetaplah seorang wanita yang punya rasa egois ingin dijadikan ratu satu-satunya oleh seorang pria. Namun, mau bagaimana lagi? Naira dan Raid seperti satu paket. Saling ketergantungan satu sama lain. Mau tak mau Nissa harus menerima kenyataan tentang keberadaan Naira di sekitar mereka, jika memang telah memutuskan menerima Raid. Sejujurnya Ini sungguh tak nyaman. Tetapi Nissa tak punya pilihan. "Apa ...Abang masih mencintai, Naira?" Nissa ingin memastikan pilihannya sekali lagi. Dia butuh diyakinkan jika pilihannya sudah te
Read more
Asa 115
*Happy Reading*"Masih kesel?""Nggak!""Beneran?""Hm ....""Kalau udah nggak kesel, kok nggak ngomong apa-apa dari tadi. Bahkan, senyum aja kayaknya malas, ya?"Nissa mendesah kasar di tempatnya. Lalu melirik Raid dan menarik kedua sudut bibirnya guyon. Menampilkan senyum yang sangat terlihat dipaksakan. "Nih udah senyum. Apa Abang senang?" ucap Nissa malas. Raid mendengkus geli melihat kelakuan Nissa. "Itu bukan senyum, sayang. Lebih mirip menyeringai. Bikin Abang merinding aja, deh.""Maksudnya senyum Nissa nyeremin?" cebik Nissa tak terima. "Nggak nyeremin sih, tapi bikin hati Abang jadi sakit aja.""Kok, bisa?""Soalnya Abang jadi ngerasa gagal bikin kamu bahagia. Padahal Abang sudah janji kan tadi di depan makam kedua orang tua kamu, akan berusaha sebaik mungkin buat kamu selalu tersenyum bahagia. Tapi lihatlah sekarang, belum apa-apa Abang udah gagal bikin kamu senyum manis. Payah banget ya, Abang?"Nissa mendekus kasar di tempatnya. Namun, dengan pipi yang mulai merona ka
Read more
Asa 116
*Happy Reading*"SHE SAY YESS!!" seru Raid heboh sedetik setelah Nissa menganggukkan kepala. Tanda menerima lamaran mendadak namun sukses bikin baper ala Raid.Abang!" teriak Nissa panik.Saking senangnya, Raid memang refleks berdiri cepat dan hampir meloncat seperti anak kecil dapat mainan baru. Tentu saja hal itu membuat perahu yang mereka tumpangi oleng dan hampir terjungkal.Beruntung perahu tidak sampai benar-benar terjungkal, karena Raid cepat menguasai kondisi dan membuat parahu mereka kembali stabil. Bayangkan kalau perahu beneran terjungkal. Acara lamaran romantis bakal berakhir masuk angin, pasti.Ugh ... ya ampun. Hampir saja!"Ya ampun, Bang. Senang sih senang, tapi nggak pake acara ngajak nyungsep bareng juga, kali," omel Nissa kemudian. Hilang sudah euforia yang sempat dirasakan tadi akibat lamaran romantis tadi. Berganti dengan rasa kesal, setelah panik beberapa saat lalu. "Maaf, sayang. Abang terlalu bahagia tadi." Raid meringis bersalah di tempatnya. Sementara Nissa
Read more
Asa 117
*Happy Reading*Hari yang di nantikan semakin dekat. Tinggal menghitung hari saja. Raid mulai tidak sabaran menantikan hari itu. Apalagi, sejak pulang dari London dia juga disibukan beberapa pekerjaan yang membuatnya tak punya waktu menemui sang pujaan hati. Raid jadi galau. Uring-uringan karena harus menahan rindu yang mulai menyesakan dada."Ayolah, Raid. Kau hanya harus menunggu 3 hari lagi. Bersabarlah." Frans yang memang menemani masa pingitan Raid pun mulai gemas melihat tingkah lebay Raid. "Kau tak akan tahu rasanya menahan rindu pada yang terkasih Frans. Jangankan 3 hari. Sedetik saja rasanya seperti seabad. Sungguh menyakitkan."Lebay! Frans memutar matanya jengah. Makin ke sini Raid memang makin ke sana. Menjengkelkan dan rasanya menggoda sekali untuk dicekik lehernya. "Tidak usah berlebihan. Kau tidak akan mati hanya karena menahan rindu tiga hari lagi.""Tapi aku kangeennn."Astaga! Rasanya Frans mulai hilang ke sabaran. Raid mode bucin begini benar-benar menguji iman. K
Read more
Asa 118
*Happy Reading*"Dasar bocah tua nakal. Susah banget dibilanginnya. Udah di kasih tahu jangan ketemu dulu, masih aja ngeyel. Ugh, lama-lama kulempar juga dia sama pisau bedahku. Biar ilang itu ginjal sekalian." Karina masih mengomel panjang kali lebar selepas menutup video call dari Raid. Meski tadi sudah mengomeli Raid sepanjang jalan kenangan mantan terindah. Ternyata hal itu belum membuat Karina puas. Tak tanggung-tanggung, saking kesalnya, dia sampai memblokir nomor Raid dari ponsel. Entah dia lupa atau bagaimana jika yang sedang ia pegang adalah ponselnya Nissa."Biar tahu rasa!" desisnya kesal. "Kamu juga kasih tahu sama lainnya. Kalau Raid telepon minta di sambungkan ke Nissa. Blokir aja nomornya!" lanjutnya kemudian. Kali ini mengarah pada Eca yang menatapnya takjub. Sejak kenal beberapa hari dengan Dokter yang kadang somplak itu, Eca memang mulai mengaguminya. Karena meski seringnya koplak dan absurd. Di mata Eca, pembawaan Karina itu hangat. Seperti seorang ibu. Jadi Eca k
Read more
Asa 119
*Happy Reading*"Tidur, Nis. Besok harus nikah juga. Jangan sampai tuh kantung mata ngalahin panda besok, ya."Nissa langsung menolehkan kepala, kala mendengar suara yang menegurnya ketika ia masih menikmati langit berbintang malam itu dari atas balkon. "Eh, elo, Nai." Ternyata yang menegur tadi adalah Naira. "Gue ganggu tidur lo, ya? Maaf, ya?"Malam itu Nissa memang tidur bersama Naira di kamar gadis itu. Acara ijab kabul esok hari memang akan dilaksanakan di Masjid yang ada di dekat rumah Naira. Karena itulah, dari tadi pagi Nissa sudah mengungsi ke rumah ini bersama Eca, Kiki dan Mora. Tiga gadis yang memang menjadi bodyguardnya sampai hari H."Enggak, kok. Gue emang kebangun aja gegara aus. Eh, pas liat balkon ada lo," terang Naira, menghampiri Nissa dan ikut berdiri di balkon. "Elo kenapa belum tidur? Besok padahal harus bangun pagi, kan? Nanti di marahin mbak Eva lo kalau kantung mata lo item."Nissa mengulas senyum manis. Lalu mengalihkan atensi pada langit malam yang memang
Read more
Asa 120
*Happy Reading*Sejak jam tiga pagi, kediaman Naira sudah terlihat sibuk dengan berbagai aktifitas. Apalagi, tentu saja semua demi mempersiapkan acara ijab qabul pernikahan Nissa dan Raid, yang akan dilaksanakan di Masjid dekat rumah Naira. Meski acaranya sendiri mulai jam sembilan pagi. Tetapi tahu kan kalau persiapan mempelai wanita lebih lama dan lebih ribet. Pokoknya butuh berjam-jam hanya persiapannya. Selain pengantin, para brides maid harus di persiapkan. Hal itu membuat Eva yang memang ditunjuk sebagai MUA Nissa hari ini sudah ribet pagi-pagi sekali."Sumpah, deh. Sampe sekarang gue tuh masih penasaran. Si Raid yang spek lucifer itu punya amalan apa, sih, sampe bisa dapetin cewek spek bidadari kayak si Nissa?"Di antara orang-orang yang sibuk, ada Karina yang ikut nimbrung sambil ngemil makaroni pedas hasil jajan kemarin sore. Karina dan jajanan memang sulit di pisahkan. "Kenapa emang? Gue rasa mereka cocok, kok." Eva menimpali di sela kegiatannya melukis di atas wajah Niss
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status