Semua Bab Luka Istriku karena Cinta: Bab 21 - Bab 30
110 Bab
Bersaing
Tak lama setelahnya suara bel terdengar. Aku sengaja menunggu hingga dia menekannya tiga kali, baru kemudian membukakan pintu."Wah, aku tersanjung karena tuan rumah langsung yang membukakan pintu," ujar perempuan itu disertai senyum yang lebih mirip seringai.Dia memiliki kulit putih tanpa cela, dengan garis wajah seperti yang kulihat bertebaran di majalah mode. Berbeda denganku, mata Hana cenderung sipit, ditambah softlens yang membuatnya terlihat biru.Dari jarak dekat seperti ini, aku bisa tahu, semua yang dikenakannya memang brand kelas atas. Termasuk pashmina yang dipakainya. Tidak, aku bukan iri. Mas Zaki memberikan uang yang berlebih setiap bulannya. Dia juga membekaliku tiga kartu debit dengan saldo yang terus bertambah setiap bulan. Walau sebanyak apapun aku berbelanja, jumlah uang di tiga rekening itu terus saja membukit. Hanya saja aku memang tidak berminat untuk mengoleksi barang mewah."Maaf, Mbak siapa dan ada keperluan apa?" tanyaku pura-pura tak mengenalinya. Dia tert
Baca selengkapnya
Berdarah
"Jangan senang dulu," lanjutnya. "Jika berpikir akan bisa membuat dia bahagia sepanjang hidup, kau sangat keliru.”Aku tersenyum dingin, sampai perempuan berbibir tebal itu kembali berbisik.“Dia memiliki kebutuhan yang aku yakin tak bisa kau berikan."Saat ini rasanya kemarahanku sudah terbit. Kutepis tangannya yang ada di bahu. Lonjakan adrenalin di dalam sini semakin terasa. Berani-beraninya wanita itu menghina tuan rumah tempatnya bertamu. Kupikir Hana adalah perempuan terhormat yang juga punya etika saat bicara. Ternyata tidak sama sekali.“Kau membuat kesalahan besar di sini, Hana. Tak usah mengajari tentang apa yang harus kulakukan untuk memuaskan kebutuhan Mas Zaki. Lelaki yang kau panggil Indra itu awalnya memang tidak memilihku. Widia Afridia Sukma ini memang ditakdirkan untuk hadir dalam hidupnya," ucapku dengan napas memburu."Hah, percaya diri sekali." Dia tertawa sejenak. "Kau pikir dirimu spesial, Widia? Nggak sama sekali. Kita lihat, berapa lama lagi Indra akan mempert
Baca selengkapnya
Sebuah Keputusan
Aku menelan ludah dan menarik diri jadi tegak. Perlahan bangkit dan berjalan ke arahnya. Tangannya yang masih terkepal itu hendak kuraih, tapi dia menghalangi. Matanya masih berkilat mengerikan.Dia menarikku. Merengkuhku dalam pelukan erat. Aroma khas tubuhnya langsung menyergap.Tiba-tiba dia menggendongku dan berjalan ke arah ranjang. Meletakkan tubuhku dengan sangat hati-hati, seolah yang ada di tangannnya kini adalah boneka porselen. Mudah hancur saat diperlakukan salah.Dia mendekatkan wajah kami. Matanya menatap lekat, dan memberi pesan yang sangat kukenal. Detik berikutnya dia telah sangat menuntut."Terima kasih," bisiknya lembut setelah kami selesai.Aku tak menjawab. Ini kali pertama penyatuan kami sejak aku hamil. Kali pertama pula dia melakukannya di tengah gelombang amarah"Aku nggak akan pernah memaafkan diri sendiri, kalau sampai Hana menyakitimu, Wid."Aku menatap ke dalam mata kelamnya. Bukankah sakit tak hanya tersebab laku, tapi juga kata, pikirku. Setelah ini, b
Baca selengkapnya
Berita Hana Berpisah
"Udah kuduga dia bakal melakukan ini. Keyakinannya memang belum terlalu mantap, tapi sangat tidak bisa ditolerir kalau ini dilakukannya sebagai aksi protes terhadapku. Biar saja dulu. Aku tetap berangkat seperti jadwal biasa."Aku memeluknya. Menghirup lebih dalam wangi tubuhnya yang menyegarkan. Dia mengusap rambutku perlahan. Mas Zaki butuh ketenangan saat ini, membuat kami tetap dalam posisi itu, hingga jarum jam menunjukkan sudah waktunya dia berangkat.Sejak insiden Hana datang ke rumah ini beberapa bulan lalu, aku sudah tidak ambil pusing, apakah dia akan berangkat langsung ke kantor atau ke apartemen. Aku mencoba menerima kenyataan, bahwa Hana lebih dulu berhak atas dirinya. Saat kami berjalan menuju pintu, handphone Mas Zaki kembali berbunyi. Kembali Rizal yang menghubunginya."Ya.""....""Ngapain dia ke sana?""....""Oke. Aku berangkat sekarang."Mas Zaki menatapku dengan pandangan lemah. Aku tak berani bertanya. Hanya menunggu dia menjelaskan kegalauan di wajahnya. "Hana
Baca selengkapnya
Mengabaikan Bahagiaku Sendiri
Hana menoleh ke arah wartawan yang mengenakan kerudung hitam itu. Ada kilat tak suka yang segera dia tutupi dengan senyuman. "Gosip macam apa itu? Kami baik-baik aja, bahkan tambah hot sekarang. Lagi program hamil. Mohon doanya, ya," ujarnya sambil menatap kamera.Tatapannya seakan mengejekku. Dia kembali melempar senyuman dari bibirnya yang merah merona. Entah kenapa ada yang tergores di dalam sini menyaksikan video singkat itu. Ternyata benar, harusnya aku mengikuti perintah Mas Zaki untuk tidak membuka media sosial. Segera aku menutup layar Instagram. Mengambil remote dan hendak mematikan televisi. Namun, sebuah tayangan telah lebih dulu menyita perhatianku. Tampak para wartawan yang mengejar Hana persis seperti di akun gosip tadi. Perempuan itu mengenakan stelan kerja yang terlihat elegan dan sangat cocok dengan tubuhnya. Di tangannya ada handphone dan sebuah buku kecil berlogo KGE. Kiprah Group Enterprise.Adegan dalam tayangan itu hampir sama dengan di Instagram. Bedanya ada
Baca selengkapnya
Widia diburu Wartawan
Aku membuang segala pikiran yang berpeluang membuat diri sendiri tidak nyaman. Menikmati perawatan tubuh adalah salah satu caraku agar bisa rileks. Mencoba menggapai bahagia dengan caraku sendiri.Setelah tiga jam, aku keluar dari tempat perawatan kecantikan mewah itu dan meminta Pak Wawan mengantar ke mal. Selama ini aku jarang berbelanja. Bahkan Mas Zaki sering memaksaku untuk bersama-sama ke pusat perbelanjaan di dalam atau luar negeri. Aktivitas yang justru membuat Mas Zaki lebih banyak membeli barang-barang baru untuknya sendiri dibanding aku. "Yang disuruh belanja siapa, yang khilaf siapa," kelakarnya setiap kami selesai berbelanja.Namun, kali ini aku ingin memuaskan mata. Melihat fashion terbaru yang sedang trend, juga mencari novel. Buku-buku di rumah sudah hampir semua kubaca. Tak ada salahnya aku menggunakan kartu debit Mas Zaki untuk memborong bahan bacaan. Sampai di mal tujuanku ternyata tempat itu cukup lengang. Mungkin karena hari kerja dan belum waktunya orang keluar
Baca selengkapnya
Hutang Cerita
Saat tersadar, tiba-tiba air mata kepahitan menyengat mataku. Refleks aku menahannya dengan menggigit bibir bawah agar tidak terisak tepat di depan Mas Zaki.Sementara lelaki itu terdengar sedang menelepon seseorang. Dia berdiri memegang ponsel. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana sementara jas kerja entah dia letakkan di mana. Yang tersisa adalah kemeja putih dengan lengan panjang yang sudah digulung sampai ke siku."Nggak, Zal. Gue mau yang perempuan dua orang, khusus buat gantian jaga Widia. Sopir tetap Pak Wawan."Menutup panggilan, seketika dia berlari saat melihatku sedang memandang ke arahnya. "Ya, Tuhan. Aku nggak tahu harus marah atau bagaimana ke kamu," geramnya saat sampai di sisi tempat tidur.Mendekatkan wajahnya padaku, Mas Zaki langsung memangkas jarak di antara kami. Dia baru berhenti saat dirasakannya kami berdua butuh bernapas. "Maaf. Aku nggak tahu bakal begini jadinya."Dia mengacak rambutku, lalu membantu untuk duduk."Tugasmu saat ini tak hanya menja
Baca selengkapnya
Penyerangan
"Aku nggak pernah mempermasalahkan segala permintaannya. Dengan omset yang terus meningkat, aku bisa memenuhi semuanya. Namun, hasutan terus datang. Mereka minta Hana kembali terjun ke perusahaan ayahnya."Beberapa saat lamanya dia terdiam. Mengambil tangan kiriku dan membawanya ke wajah. Aku membelai rahang kokohnya. "Kamu tenang aja, Cinta. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Apapun yang terjadi, dirimu dan bayi kita akan aman."Aku mencoba tersenyum, tapi wajahku pasti tak bisa menyembunyikan kegalauan. Bukan tentang harta yang kupikirkan, melainkan keselamatan kami. "Apakah kondisinya sangat mengkhawatirkan, sampai kamu harus membayar dua orang lagi untuk menjagaku?"Mas Zaki bangkit dari pangkuanku. Dia menepuk bantal sebagai tanda menyuruhku berbaring. Saat kami sudah bersisian, dia melingkarkan tangannya di perutku. "Aku sangat tahu bagaimana Hana dan keluarganya. Semua itu hanya antisipasi, tapi tenang aja. Aku jamin kamu aman, Cinta."Tiba-tiba aku teringat sesuatu."Harusny
Baca selengkapnya
Hadiah yang Terlalu Cepat
Kami tiba saat hari sudah gelap, dengan dua mobil beriringan. Memasuki halaman yang sangat luas, mobil berhenti tepat di depan pintu. Mas Zaki turun lebih dulu membimbingku hingga kami masuk ke dalam.Rumah ini dua kali lebih besar dibanding yang kami tempati sebelumnya. Bernuansa Eropa dengan tembok tinggi di sekeliling. Sepertinya aku dan Mas Zaki akan menjadi keluarga yang tertutup di sini, demi menghindari kejaran wartawan atau pun orang-orang suruhan Hana. Warna putih dindingnya sesuai dengan seleraku, ditambah tirai keemasan yang dipasang hampir di setiap ruangan yang berjendela. Kamar tidur utama terletak di lantai bawah, sementara untuk tamu di atas. Tentu saja seperti rumah ini, ukuran semua ruangan dua kali lebih besar dibanding yang ada di tempat kami sebelumnya. Jelas aku senang, karena artinya perpustakaan di sini juga lebih banyak menampung buku-buku. Aku belum menjelajahi semua ruangan. Rasa lelah dan syok akibat peristiwa penyerangan sore tadi, membuat enggan untuk b
Baca selengkapnya
Pengkhianatan
Aku mengangguk lalu mulai merebahkan diri saat dia keluar ruangan dan menutup pintu. Ternyata aku memang butuh istirahat dan tidur sejenak. Rasanya seluruh tulangku remuk.***Aku terbangun tengah malam, saat tenggorokan terasa sakit. Tak ada tanda bahwa Mas Zaki sudah masuk ke kamar ini setelah tadi dia meninggalkan aku sendirian. Mungkinkah suamiku itu masih di ruang kerjanya bersama Rizal?Aku melangkah keluar kamar untuk menuju ruang makan. Minum segelas air hangat sepertinya akan mebuat tenggorokanku lebih enak. Perkiraanku benar. Duduk di ruang makan sendiri seperti ini membuat pikiranku menerawang ke mana-mana. Tentang hubunganku dengan Mas Zaki dan juga Hana. Tentang wartawan yang pasti masih akan memburu kami demi mendapatkan berita menarik menurut mereka. Tiba-tiba aku mendengar seperti suara seseorang berseru tertahan. Arahnya dari ruang kerja Mas Zaki. Karena penasaran, aku melangkah mendekati tempat itu. Ternyata pintunya sedikit terbuka, hingga aku dapat mendengar pem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status