All Chapters of Ikatan Hati: Chapter 61 - Chapter 70
80 Chapters
61
“Aku nggak akan tertipu sama omong kosong kalian!”“Kenapa memangnya kalau partner Adrian kampungan? Apa itu urusan kamu? Apa kamu berhak ngatur hidup Adrian? Apa kamu yang urus pasangan hidup orang lain? Naomi, kamu bukan siapa pun di kehidupan Adrian!” Tak lagi menggunakan nada ramah, Sarah mengeluarkan unek-unek dalam hatinya.Si gadis cantik berambut lurus terkejut atas balasan yang diberikan Sarah. Tak menyangka bila perempuan itu berani membantah. Dia berdiri dari sofa, menatap sinis dua orang di lantai; si Nyonya Pramana dan perempuan yang dikatakan adalah partner calon suaminya.“Aku adalah calon istri Adrian. Bukan siapa pun? Mungkin itu kamu, Sarah. Kamu juga bukan siapa pun bagi Bimantara.” Naomi ingin menunjukkan kedudukan; dia lebih tinggi. Dia punya korelasi dengan Bimantara. Bukan cuma sekedar teman sekolah. “Aku bakal bicara dengan Om Agam dan Adrian mengenai hal ini dan membuat kalian dibenci. Kh, untukmu mungkin di pecat,” Naomi mengakhiri ucapannya dan pergi.Setela
Read more
62
Melihat reaksi mama, papa dan kakaknya, si Biman muda menghela. Dia tidak langsung menjelaskan maksud perkataannya, namun beranjak dari sofa karena tak berminat melanjutkan pembicaraan. “Ya, silakan. Aku juga nggak mau menikah gitu aja. Aku bakal minta dia untuk buktiin kalau dia bisa jadi mamanya Bian baru menikah. Aku nggak mau Bian diasuh sama orang yang salah.”Sepertinya sifat kebapakan si bungsu mulai tumbuh.Adrian meninggalkan ruang tengah. Tak terlalu peduli bagaimana akhir pembicaraan karena dia sudah mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Tak perlu basa-basi mengajukan diri menemukan keluarga Wibowo, pun dia malas ke sana. Tidak mood. Tidak mau bertemu si gadis bernama Naomi.Si Biman muda berjalan ke arah kamarnya, namun berhenti di depan pintu ruangan di sebelah kamarnya yang terbuka. Melihat si pengasuh yang merapikan kasur si gembul. Ah, sebelum acara pembicaraan serius di ruang tengah di mulai, Bia membawa Bian ke kamar untuk di tidurkan. Mungkin si gembul sudah lela
Read more
63
“Jadi ... apa menurut kamu; dia cocok jadi mamanya Bian?” Adrian penasaran dengan jawaban si pengasuh.Bia menunduk. Operasi jantungnya makin menggila. Bila kemarin-kemarin dia deg-degan karena takut, malam ini jantungnya seperti mau copot karena sikap ramah si tuan muda. Sikap yang tak pernah terlihat di depannya. Sikap yang tidak baru pertama kali dia rasakan. Ada apa dengan tuan mudanya itu? Apa terjadi sesuatu sebelum bungsu Biman tersebut datang ke kamar Bian? Bia menerka-nerka walau dia tidak menemukan jawaban.“Sa-saya nggak berani berkomentar, Tuan.” Katanya menjawab. Meski dalam hati Bia ingin menolak. Tak mau Bian diasuh oleh orang sombong begitu.“Ya udah. Aku ngerti. Makasih.” Dia mengangguk. “Dan maaf nahan kamu di sini. Kamu boleh pergi.”Buru-buru si gadis menundukkan kepala sebagai bentuk pamit dan berjalan keluar kamar. Dia menarik pintu sepelan mungkin sampai tertutup lalu berlari menjauh. Tak kuat. Jantungnya tidak kuat! Tuan mudanya aneh! Sangat aneh.Di dalam kama
Read more
64
“Juga ... kabar ini sengaja nggak kami sebar karena nggak mau menyebabkan rumor.” Agam menghela. “Adrian udah punya seorang anak laki-laki.”“Oh!” Chandra masih terlihat kalem meski sedikit tersentak atas apa yang baru di dengar. “Apa karena itu Adrian nolak di jodohkan?”“Sedari awal tahu tentang perjodohan ini, aku udah protes sama Papa,” ujar si Biman muda cuek. Tidak peduli perkataannya menyakiti seorang gadis cantik berambut lurus di seberang.Naomi masih tidak menyangka bila lelaki yang dia sukai, bahkan secara terang-terangan dia tunjukkan berkata bahwa tidak setuju tentang perjodohan mereka. Padahal dia berusaha agar seimbang untuk berada di sebelah si bungsu Bimantara. Ya, dia sengaja menaikkan status sosialnya sebagai Naomi Wibowo agar orang-orang tidak memandang rendah dan dia bisa bersanding setara dengan Adrian–yang di puja banyak wanita.Selain sebagai Bimantara, memiliki ketampanan di atas rata-rata, si Biman muda dikenal sebagai pekerja keras dan mandiri. Meski bekerja
Read more
65
“Baik? Pengertian?” Hampir si bungsu Bimantara ini tertawa. Terlebih jika mengingat apa yang terjadi di rumahnya yang sebelum dia bertanya pada pengasuhnya, Sarah memberi laporan duluan. Menceritakan kronologi peristiwa kedatangan Naomi dan apa saja yang diucapkan oleh gadis itu. “Lo tahu apa yang aja yang dia bilang tentang anak gue? Dia bilang anak gue menjijikkan.”Ahem. Bukan anaknya sih, melainkan si pengasuh. Tapi, sama saja mengatai anaknya! Sebab waktu itu Sarah mencoba bersandiwara dia memiliki seorang partner yang membuat Naomi mengeluarkan kata-kata tak pantas.Helmi terkejut. Dia tak percaya. Tidak mungkin Naomi mengatakan kata-kata begitu. Dia yakin bila adiknya adalah gadis yang polos dan baik dalam bertutur kata. Tak mungkin Naomi sampai mengatai seseorang. Apalagi yang dikatai adalah anak Adrian. Naomi rak akan mungkin mengatai seorang anak kecil, dia sangat yakin!“Sebenarnya gue nggak mau perempuan kayak gitu jadi ibu dari anak gue.”“Naomi nggak mungkin begitu. Jang
Read more
66
Bayi gendut menggemaskan minta di cubit itu di ranjang sedang bertelungkup dengan bokong yang naik dan kepala menempel di kasur. Sesekali berguling ke kiri atau ke kanan karena merasa bosan tak berhasil melakukan apa yang diinginkan. Tapi, Bian bukan baby yang gampang menyerah! Si gembul akan mencoba lagi dan lagi! Membuat sheet yang terpasang berantakan dan posisi awalnya berada di tengah kini sudah berada di sudut kasur. Membuat senyum si gadis yang menghampiri mengembang.Pupil si gadis cantik menyipit. Dia berhasil menenangkan diri dari gelisah yang dirasa karena intimidasi tadi. Menatap tak suka punggung luruh perempuan di depannya. “Walaupun Adrian yang bilang, tapi aku nggak akan semudah itu percaya. Kamu partner Adrian, huh?”Walau mendengar itu, langkah si pengasuh tak berhenti. Dia sama sekali tidak tertarik persoalan partner tuan mudanya. Lebih memilih si gembul yang kelihatan senang karena melihatnya lalu menggendong si bayi sembari duduk di tepi ranjang. Bia mendudukkan B
Read more
67
Gantian si muka teplon yang menghela. Banyak sekali mereka menghela hari ini. Memangkas keberuntungan yang mungkin datang. Adrian ..., yeah, dia tidak tertarik dengan asmara. Hubungan yang berujung pernikahan. Pasangan, partner, kekasih, cinta atau apa pun itu namanya. Meski dari sekarang merasa begitu, si Biman muda juga tidak bisa memastikan apa selamanya dia tak akan memiliki ketertarikan?Pasangan ya ....Terlintas bayangan seseorang di benak si Biman muda. Berambut panjang, tapi selalu di cepol. Selalu mengenakan pakaian sederhana dengan rok panjang yang mengembang. Tawa halus yang tak sengaja dia dengar sewaktu menemukannya bersama si gembul. Sorot teduh yang selalu bertemu onyxs kelam miliknya. Kepala yang sering tertunduk ketika mereka berpapasan. Postur yang tidak terlalu tinggi. Perhatian. Lembut. Telaten melakukan pekerjaannya. Sangat menyayangi si gembul.Hm? Huh?Apa yang barusan lewat dalam kepalanya?Si bungsu Bimantara terkejut akan kinerja otaknya yang tiba-tiba mem
Read more
68
Onyxs kelam milik Adrian mengamati perilaku intim antara si gembul dan si pengasuh. Dari awal memang dia menyimpan curiga, namun tak sampai memikirkan terlalu jauh.Setelah semua perkara yang terjadi di kediaman Bimantara lalu ucapan kakaknya–yang ternyata menempel di otak–yang tidak dikira bakal terus diingat–ditambah pikirannya yang sedikit kacau–Adrian bisa membuka mata. Kejeniusannya bisa digunakan. Kecurigaan si Biman muda timbul kembali. Melihat kedekatan tak lazim si gembul dan si pengasuh dan hal-hal yang dia lihat aneh selama ini, barulah muncul pertanyaan dalam kepalanya; ‘apa Bia memiliki ikatan tertentu dengan Bian?’ pasalnya, dia baru ingat bila kedatangan si gadis ke kediaman Bimantara pun patut dicurigai.Sekalipun waktu itu Mamanya yang membocorkan, apakah mungkin langsung datang kemari tanpa persiapan? Logikanya, seseorang yang ingin melamar pekerjaan akan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Meskipun kasus si gadis dokumen-dokumennya hilang, tak mungkin langsung da
Read more
69
“Naomi, ayo sini. Kamu udah sarapan?” tanya Rosa.Naomi menarik kedua ujung bibirnya. Tersenyum basa-basi lalu menghampiri meja makan. Menarik kursi kosong dan menempatinya. Di atas meja tersedia menu sarapan; roti panggang, telur mata sapi, sosis bakar lalu teh hangat. Naomi menarik satu gelas teh ke hadapannya kemudian menatap para Bimantara.“Um, apa Adrian udah berangkat, Tan?”Bersamaan pertanyaan itu di lontar, dari arah berlawanan muncul perempuan mengenakan pakaian sederhana dengan rambut di cepol sambil menggendong seorang bayi gendut menuju dapur. Tujuannya bukan menghampiri meja makan, melainkan seorang pria muda yang telah selesai bicara dengan sang Kepala pelayan. Si gadis kemudian menyerahkan si gembul pada ayahnya, namun baru sebentar di gendong, Bian merengek dan memanggil-manggil Bia seraya memanjangkan tangan. Tidak rela berpisah.“Mam! Mam! Aaa! Mam!”Adnan yang melihat pemandangan tersebut diam-diam menyungging seringai. Apalagi sewaktu si bungsu terpaksa menyerahk
Read more
70
“Ah, oke,” Adrian merespon terkejut. Dia bangkit sembari mengangkat si gembul dari bak yang membuat bayi gendut itu merengek. Tak rela waktu bermainnya berakhir. Bergerak-gerak di tangan sang Ayah yang menyebabkan si Biman muda kesusahan. “Hei, Bian.”“Huwa! Mam! Mam!”Bia segera melilitkan handuk di tubuh si gembul–yang tadi dia sampirkan di pundak–lalu mengelap mukanya yang basah. “Bah!” Dia mengejutkan Bian saat handuk yang menutupi wajah si gembul ia lepaskan. Menyebabkan si bayi tersentak, namun selanjutnya tertawa. Menularkan tawa untuk si gadis dan senyum tipis di bibir si Biman muda.Onyxs kelam milik Adrian akhir-akhir ini sering menangkap raut wajah dari si pengasuh. Mengamati ekspresi yang cepat berubah bila berhadapan dengan si gembul atau bertemu dirinya. Cara si gadis menangani Bian yang dapat membuat si bayi nyaman, anteng, tidak rewel dan tangisnya yang langsung reda. Dia ingin mempelajari itu semua. Bia benar-benar orang yang tepat merawat Bian.Dua pupil berbeda warn
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status