Semua Bab Bodyguard Kesayangan Nona Muda: Bab 131 - Bab 140
173 Bab
Ditunangkan Karena Diancam
Mana mungkin bisa, seorang nona muda seperti Risty bisa hidup sederhana sedang sedari kecil ia sudah terbiasa hidup bermandikan harta? "Rich, gue mau pulang. Lepasin," ucap Risty pelan. Ia berusaha melepaskan remasan tangan Richard yang berada di kedua pundaknya. Wajahnya terlihat gamang dan bimbang disertai bahasa tubuh tidak nyaman berada di dekat Richard. Namun Richard tidak mau melepaskan kedua tangannya yang berada di pundak Risty. "Jawab aku dulu, Ris. Memangnya ada lelaki berharta selain aku yang bisa nerima kamu apa adanya? Memangnya Nenek ngizinin kamu nikah sama lelaki sederhana?!" "Rich, please! Lepasin, gue mau pulang," Risty kembali memberontak namun Richard tidak menggubris. "Aku udah jauh-jauh datang dari Indonesia, Ris. Susah payah aku berusaha dapatin cintamu lagi. Kalau hanya sekedar karena Meriska dan anak itu lalu aku kehilangan kamu, aku nggak akan biarin kamu bahagia sama lelaki manapun! Aku bersumpah!" "Bakal aku umbar semua aibmu ke siapa aja lelaki ya
Baca selengkapnya
Ketika Sang Calon Tak Bahagia
"Ris, hari ini kita akan pergi ke Dykkerne untuk melihat cincin pertunangan yang cocok untukmu dan Richard," ucap sang Nenek saat sarapan.Pagi ini, Risty mengajakku sarapan bersama keluarga besarnya. Padahal, biasanya aku akan sarapan bersama asisten rumah tangga dan sopir di dapur rumah ini. Alhasil, aku bisa mendengar percakapan antara Risty dan neneknya. "Sekarang?" tanya Risty dengan nada sedikit protes."Ya. Karena besok kita akan naik cruise menuju Svolvaer. Kalau bukan hari ini mencari cincin pertunangannya, lalu kapan lagi?"Risty mengangguk pelan dengan wajah tidak bahagia. Aku bisa memahami mengapa ia bersikap begitu. Masa lalu kelamnya yang pernah diperkosa bisa dijadikan Richard sebagai alat untuk memaksanya agar tetap menerima Richard. Selain cinta, entah ambisi apa yang Richard inginkan dengan menikahi Risty. Namun, posisiku yang hanya sebagai bodyguard tidak bisa berbuat banyak selain melihat rentetan acara ini hingga pada akhirnya aku yang tersisih mendapatkan cint
Baca selengkapnya
Ketika Nyawaku Dipandang Sepele
"Gue bakal --- " "Risty!" Teriakan neneknya membuat ucapan Risty terjeda lalu kedua mata kami sepakat menoleh ke arah neneknya berdiri dengan Kaika berada di sampingnya. Akhirnya tanpa menjawab pertanyaanku, Risty melangkah memasuki toko perhiasan Dykerne lalu aku mengikutinya dengan langkah perlahan. Sambil menatap tubuh Risty dari belakang yang begitu indah meski rambutnya belum terlalu panjang. Pantas saja Richard tergila-gila dengan Risty yang hampir mendekati sempurna dengan semua yang ada padanya kecuali kesucian yang terenggut. "Hai, sayang," Richard langsung menyapa Risty dan memberinya pelukan kilat usai membuka pintu toko perhiasan itu. Risty membalas pelukan itu sekilas dengan senyum palsu yang dipaksakan. Kemudian Richard menatapku dengan sorot tidak suka namun tidak terlalu ia tunjukkan agar tidak membuat siapapun tahu permasalahan yang terjadi diantara kami. "Rich, ajak Risty milih cincin yang dia sukai," Mamanya memberi titah dengan suara begitu lembut. "Seka
Baca selengkapnya
Dia Pergi Karena Ulahku Sendiri
"Aku heran dengan kedekatan kalian. Memangnya, sespesial apa kamu bagi Risty?" Baru saja kami turun dari mobil, neneknya Risty sudah melontarkan pertanyaan sesengit ini padaku. Kebetulan Risty sudah melangkah lebih dulu masuk ke dalam rumah bersama Kaika. Sedang Richard dan kedua orang tuanya sudah diturunkan di hotel tempat mereka menginap. "Kami ... hanya sebatas majikan dan bodyguard, Nyonya," ucapku sopan. "Tapi kenapa Risty kelihatan begitu lebih menyanyangi kamu dari pada Richard? Bukankah seharusnya ia lebih menyayangi calon tunangannya itu?" Akibat amarah Risty di Oslo Opera House karena Richard tidak mengizinkanku ikut masuk menonton pertunjukan ballet. suasana hati Risty menjadi tidak kondusif. Aku paham, Risty bersikeras ingin mengajakku masuk ke dalam gedung pertunjukan karena selama ini dia selalu menarikku ada di dekatnya. Dan Richard memisahkan kami untuk pertama kalinya dalam hal profesionalitas dengan sedikit bumbu cinta di dalamnya. "Kami ---" "Jangan ter
Baca selengkapnya
Karena Aku Sudah Punya Pilihan
Akhirnya Risty kembali pulang setelah aku dan Kak Alfonso menunggunya di ujung jalan masuk komplek perumahan kakek dan neneknya. Dia menepikan mobilnya begitu Kak Alfonso melambaikan tangan. Dia tidak keluar dari bangku kemudi namun aku segera berlari mendekati kaca pintu kemudi untuk memastikan jika Risty baik-baik saja. Jemariku mengetuk kaca jendela berulang kali lalu Risty menurunkannya sedikit. Matanya menatapku degan sorot kecewa bercampur sedih dan itu membuatku merasa sangat bersalah. "Lo dari mana, Ris? Kita berdua bingung nyariin lo!" ucap Kak Alfonso tak sabar yang sudah berdiri di sebelahku. "Nyari angin," jawabnya asal tanpa mau menatap kami berdua. Kak Alfonso berdecak lalu berkacak pinggang, "Lusa tuh lo tunangan, Ris! Pamali pergi jauh sendirian apalagi dalam keadaan lagi emosi!" Nasehat baiknya itu hanya ditanggapi Risty dengan ekspresi masa bodoh. "Gue balik dulu ke rumah Nenek." "Ya udah, hati-hati. Rado biar bareng sama lo sekalian." "Biar jalan sendiri.
Baca selengkapnya
Andai Aku Sedang Bersamamu
Havoy Cruise telah tiba. Di dermaga Svolvaer ini, selain keluarga Risty yang akan berlayar menggunakan kapal pesiar ini, juga ada rombongan lain yang akan naik. Dari penampilan mereka, semuanya terlihat seperti kaum borjuis dengan harta melimpah. Sadar jika sebagai seorang bodyguard itu selevel dengan asisten rumah tangga, aku yang tengah bersandar di bodi mobil sambil menatap keindahan Havoy Cruise, mendapat colekan dari sopir untuk menurunkan koper seluruh keluarga Risty. Dari belakang, aku bisa melihat Richard yang berusaha mengakrabkan diri dengan Risty. Entah itu memakaikan sweater tebalnya di pundak Risty karena angin malam yang berhembus sangat dingin atau meraih jemarinya untuk digenggam. Begitu pintu utama menuju kabin Havoy Cruise terbuka, mereka masuk lebih dulu. Sedang aku dan sopir yang bertugas membawa koper, berjalan paling akhir. Di dalam Havoy Cruise, sudah ada staff kapal pesiar yang bertugas menghandle jenis tiket yang telah dipesan. Lalu rombongan keluarga Rist
Baca selengkapnya
Pesan Rindu Dan Cinta Dari Angin Malam
"Sejak lo bilang cinta ke gue." Aku semakin terbatuk-batuk ketika mendapati kenyataan bahwa Risty sudah berada di belakangku sejak tadi. Itu artinya dia mendengar semua ungkapan hati ini. Memalukan sekali! Rasa panas akibat anggur merah yang membakar tenggorokan terasa makin menyiksa hingga mataku berair karena terus terbatuk. Lalu Risty berlari menuju bar and restaurant yang ada di cruise ini dan keluar membawa sebotol air mineral. "Buruan minum!" Tanganku segera meraih botol air mineral itu dan meneguknya hingga habis setengah botol. Lumayan untuk mengurangi rasa panas di tenggorokan. Lalu tanganku bergerak mengusap sisa air mata yang masih tersangkut di sudut mata. Gelas kaki berisi sisa red wine milikku masih ada di meja yang sengaja diletakkan di porthand atau ujung cruise ini. Risty bersedekap sambil berdiri dengan mata menatap lekat ketika aku sudah tidak terbatuk seperti tadi. Dari bahasa tubuhnya saja kentara sekali jika ia sedang menunggu aku siap untuk dibombardir deng
Baca selengkapnya
Cintaku Tanpa Syarat
"Jangan bikin gue besar rasa, Ris." Risty tersenyum lebar dengan mata menatapku lekat. Lalu ia menarik sangah tangannya kemudian bersedekap. "Gue cuma pengen tahu aja apa isi hati lo ke gue, Do." "Nggak penting," jawabku acuh kemudian meneguk kopi panas yang baru saja pramusaji bar and restaurant cruise ini sajikan untuk kami. "Tapi penting buat gue." Usai menyesap kopi itu sedikit, aku kembali menoleh ke Risty yang tidak memutus perhatiannya. Hingga kedua mata kami beradu dan saling mengunci. Namun itu hanya beberapa detik saja kemudian aku memilih memutus pandangan. "Lo mau tunangan sama Richard, Ris. Nggak penting untuk tahu gimana perasaan gue ke lo." "Lo mau tahu gimana perasaan gue ke lo setelah lo curhat sama angin malam tadi?" Lagi, aku menoleh dengan sorot ingin tahu padanya yang masih setia memandangku. "Kita saling terbuka tentang perasaan masing-masing. Lo tahu perasaan gue saat ini tapi lo juga harus bilang perasaan lo ke gue, Do." "Apa untungnya buat kita pa
Baca selengkapnya
Risty Adalah Kekasihku
"Kalau lo mau, gue bisa nekat ngajak lo lari dari pertunangan besok, Ris." Risty tersenyum dengan wajah cerah lalu berdiri di hadapanku dengan jemari kami saling bertaut. Jika dulu aku nekat meniduri kakak ipar karena cinta yang terbungkus nafsu, maka kali ini tidak demikian. Aku ingin cintaku dan Risty yang terjalin secara alami ini hanya terbungkus oleh cinta yang suci. Tak akan kunodai seperti dulu. Mataku terus menatap wajahnya tanpa teralihkan sedikitpun. Dia ibarat satu tujuan yang menjadi target utama yang tidak akan kulepaskan. Perempuan terindahku.Seperti macan jantan yang mengintai mangsa terindah dari balik semak-semak. Apapun gerakan Risty tidak luput dari pandanganku, sekalipun senyumannya. Andai diizinkan menangkup wajahnya yang tersenyum menggemaskan seperti ini, detik ini juga akan kulakukan. Risty kemudian berjinjit sembari mendekatkan wajahnya ke telinga kiriku. "Gue tunggu besok, Rado," bisiknya. Hembusan nafasnya yang menyentuh kulit telinga seperti sebuah ra
Baca selengkapnya
Jika Bukan Untukku Mengapa Harus Cinta?
Aku menegakkan badan lalu mengusap air putih yang membasahi wajah dan sebagian leher sweater. Jantungku juga berdetak tidak karuan usai mendapat siraman air dari tangan neneknya Risty. Lalu otak berkelana mencari tahu dimana titik kesalahanku. Ketika mata kami saling bertemu, neneknya Risty menatapku dengan raut dipenuhi emosi. Kedua matanya membulat sempurna dengan dada kembang kempis. "Bodyguard nggak tahu diri! Kamu nggak punya malu, heh?!" teriak beliau dengan menunjuk mukaku berulang kali. Sedang Paman Piere hanya duduk sambil bersedekap dan menaikkan kaki kiri ke paha kaki kanan sembari menatapku dengan sorot acuh. Aku memberanikan diri membuka suara dengan tetap berdiri di hadapan mereka. "Apa salah saya, Nyonya?" "Apa salahmu? Kamu itu benar-benar pandai memutarbalikkan kenyataan!" "Setidaknya Nyonya mengatakan pada saya dimana titik kesalahan yang saya perbuat," belaku. "Piere, kasih tahu apa kesalahan bodyguard sialan ini!" Paman Piere merogoh ponsel dari saku celana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status