"Kali ini, bukan aku yang berulah, Nek. Tapi Ziany." Kedua bola mata neneknya Risty tidak menunjukkan keterkejutan atas ucapan Risty, dan kedua tangannya masih bersedekap di depan dada. "Bodyguard-ku adalah saksi ulah Ziany karena dia yang berhasil nemuin aku. Kalau nenek nggak percaya sama aku, silahkan tanya sama dia." Lalu kedua mata neneknya memandangku dan kepalaku mengangguk pelan sebagai jawaban. "Karena nenek biasanya nggak percaya sama mulutku, jadi aku bawa bodyguardku. Dia bukan lelaki yang pintar berbohong dan nenek bisa tanyain semua ke dia. Sampai akarnya kalau perlu." Usai berkata demikian, Risty menarik tangan Kaika lalu mereka berlalu ke dalam kamar yang sudah disiapkan. Sepertinya, Risty paham betul bagaimana perangai neneknya hingga memutuskan menyodorkanku untuk mengatakan semua yang kuketahui selama Risty diculik. Dan kini, di ruang tamu mewah ini hanya tersisa aku dan neneknya yang tidak menunjukkan ekspresi keterkejutan apapun tentang satu hal yang menimp
Read more