Semua Bab Bodyguard Kesayangan Nona Muda: Bab 161 - Bab 170
173 Bab
Gigitan Kecil Di Bibirnya
"Gue mau bilang ke Richard kalau lo nggak bahagia sama dia. Tapi bahagianya sama gue!" jawabku tegas dengan menatap matanya. Risty menghela nafas lalu kembali menatapku. "Kemarin, gue kayak ngemis perhatian ke lo sejak kita ketemu di Maldives. Tapi lo selalu bilang kalau hubungan kita udah selesai. Oke, Do. Fine. Selesai. Gue menjauh sekarang. Gue mau nikmati hidup gue pakai cara gue." "Tapi kenapa sekarang lo tiba-tiba baik? Lo tiba-tiba pakai acara minta tolong Mas Al untuk ngerancang pertemuan ini. Apa mau lo, heh? Gue capek, Do. Capek." Risty berusaha melepaskan tangannya dari genggamanku. Tapi aku tetap menahannya. "Karena kemarin gue merasa tetap harus menghindari lo, Ris. Tapi waktu tahu lo mau hidup bebas lalu kencan sama Pak Chang, hati gue meradang! Gue nggak bisa tinggal diam." "Tapi lo terlambat. Gue udah eliminasi semua perasaan gue ke lo." "Secuil pun?" "Nggak ada!" tegasnya dengan menggeleng. "Oke kalau nggak ada. Gue bakal bengkitin sisa-sisanya." "Percuma.
Baca selengkapnya
Suara Apa Itu, Ris?
Menginginkan Risty itu seperti menginginkan bayi harimau. Mengapa aku bilang begitu? "Apa kamu siap sama konsekuensinya, Do?" tanya Mas Kian dengan duduk di sebelahku. Kami sudah kembali ke unit apartemenku lalu Mas Kian sengaja menghabiskan waktu lebih banyak di sini. Sambil menikmati minuman kaleng yang kami beli di salah satu minimarket saat perjalanan pulang dari rumah Kak Alfonso tadi. "Harus siap, Mas." "Oke. Mas akan jelasin apa aja yang tadi Alfonso katakan." Kepalaku menoleh kemudian Mas Kian menaruh minuman kalengnya di atas meja. "Pertama, Richard. Suaminya Risty. Alfonso nggak tahu Richard itu kayak apa, tapi dia bakal nyari tahu tentang lelaki itu sekalian nanyai Risty tentang pernikahannya. Mas udah bilang ke Alfonso kalau Risty sebenarnya nggak bahagia menjalani rumah tangga dengan Richard." Kepalaku mengangguk lalu Mas Kian kembali melanjutkan ucapannya. "Kedua, keluarga besar Risty. Alias Nenek dan Kakeknya Risty di Norwegia sana. Katanya, mereka pengatur bang
Baca selengkapnya
Pemandangan Indah Di Kamar Mandi
"Ris, suara apa itu?" tanyaku dengan menoleh ke arah Risty. Langkah kami berdua terhenti begitu akan mencapai kamar Risty dan Richard berada. Itu semua karena kami mendengar sebuah suara samar-samar yang menggelitik telinga. "Ah!" Satu suara jeritan ini membuatku terkejut lalu melihat reaksi Risty yang masih diam saja sambil menatap lurus ke arah pintu kamar. Namun aku yakin jika otaknya sedang bekerja keras memaknai suara janggal itu. Semoga saja dugaanku dan Risty salah. "Ris, kayaknya ada orang lain di kamar lo," ucapku setengah berbisik. Kepalanya mengangguk dengan sorot sendu. "Bukan kayaknya, Do. Tapi emang ada orang lain di kamar gue." Kedua alisku sedikit bertaut. "Siapa?" "Richard." Aku menatap wajahnya lekat yang hanya menunjukkan ekspresi datar namun terselip kehancuran di sana. Wajah terlukanya itu membuatku tidak tega dan ingin sekali melayangkan satu pukulan di wajah Richard. Jika benar dialah pelakunya. "Jadi, mobil yang terparkir di depan tadi itu mobil
Baca selengkapnya
Kita Harus Berpisah
Dengan senyum sinis aku keluar kamar lalu menghampiri Risty yang masih berdiri di luar kamar. Kepalanya menunduk dengan ekspresi terluka. "Lo mungkin perlu lihat satu pemandangan tak terduga di dalam kamar mandi, Ris." Saat aku akan menarik tangannya, Risty menyentaknya. "Seorang perempuan, kan?!" Kepalaku mengangguk. "Gue udah feeling, Do." Kemudian Risty melangkah masuk ke dalam kamar sedang aku mengikutinya dari belakang. Berjaga-jaga, siapa tahu Richard akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Ternyata dia masih menahan sakit di tangannya karena aku berhasil membuatnya cedera. "Sayang, aku bisa jelasin," ucap Richard dengan wajah menahan sakit. Tanpa mempedulikan Richard, kaki Risty melangkah menuju kamar mandi. Seorang perempuan yang tengah bersembunyi di sana dengan memakai bathrobe putih nampak ketakutan. Bagaimana tidak ketakutan jika apa yang dia lakukan dengan Richard di dalam kamar tertangkap basah Risty. "Keluar dari kamar mandi. Hampiri kekasih gelap lo
Baca selengkapnya
Jangan Pergi Kemana-Mana
Di apartemenku yang sederhana, aku mengundang Risty untuk bermalam di sini usai melepaskan diri dari pernikahan beracunnya dengan Richard. Risty merebahkan tubuhnya di sofa panjang sambil memejamkan mata usai aku meletakkan kopernya. "Mau makan apa, Ris?" tanyaku dengan duduk di single sofa. "Tidur." Lalu Risty memiringkan tubuhnya ke kanan dengan nyaman. Kemudian senyumku terbit melihat tingkahnya yang masih saja menggemaskan. Meski perabotan di apartemenku tidak semewah di rumahnya, aku bersyukur Risty tidak merasa terganggu. "Aku keluar bentar. Beli stok isi kulkas. Kamu di sini atau ikut?" Risty membalik tubuhnya lalu menghadapku sambil berbaring. "Apa lo bilang? Kamu? Aku?" Kepalaku mengangguk karena telah merubah panggilan ke Risty dengan sebutan lebih akrab. "Kesambet angin apaan lo berubah seratus delapan puluh derajat?" ucapnya dengan senyum tipis sarat akan ejekan.Aku mengangkat bahu santai sambil menatapnya."Aku cuma mau membiasakan diri manggil kamu dengan sebut
Baca selengkapnya
Aku Pernah Dimiliki Richard
Hatiku takluk karena Risty memelukku dari belakang seerat ini. Amarah yang tadinya membumbung tinggi, mendadak tenggelam oleh sentuhannya yang sangat kudamba. Kepalaku menunduk lalu melihat eratan jemari indahnya yang melingkari perutku. Perlahan aku menyentuh tangannya itu. Apakah ini benar atau hanya tipuan? Benarkah Risty memintaku tetap ada di sisinya? "Jangan marah kayak tadi lagi, Do. Aku takut. Lalu, kalau kamu pergi, aku hidup sama siapa? Aku udah keluar dari rumah. Udah mengingkari janji pernikahanku sama Richard. Dan sekarang, aku cuma punya kamu. Please, jangan pergi." Aku pergi meninggalkan Risty? Itu tidak mungkin. Kecuali dia yang menyuruhku pergi. "Maaf, Ris. Tadi aku kebawa emosi," ucapku dengan mengusap tangannya lembut yang masih melingkari perutku. Bagaimana tidak emosi jika Risty menganggap keseriusanku tadi sebagai guyonan semata. Kemudian ia melepas tangannya lalu berjalan ke depanku. "Aku nggak tahu apa aku cinta kamu atau nggak. Yang pasti untuk
Baca selengkapnya
Setidaknya Aku Pernah Ada Untukmu
"Aborsi."Kedua mataku membelalak tidak percaya mendengar pengakuan Risty. "Aku pernah hamil anaknya Richard. Karena aku benci sama dia dan pernikahan kami, akhirnya aku mutusin untuk ... aborsi, Do.""Ris?" panggilku lirih dengan kepala menggeleng tidak percaya. "Kenapa? Apa kamu mikir aku gila? Tukang tega?" ucapnya lirih dengan sorot sendu.Aku hanya memandang Risty tanpa berani berkata-kata lagi. Takut melukai egonya yang sudah lama terluka karena pernikahannya dengan Richard. Khawatir dia tidak nyaman jika aku terlalu menghakimi perbuatannya. Karena aku yakin Risty melakukan aborsi itu karena ada alasannya. "Waktu itu aku mikirnya, kehamilan ini terjadi karena Richard ngasih aku obat perangsang berkali-kali. Lalu, apa yang harus aku lakuin selain gugurin anak ini.""Aku nggak mau anak itu nanti hidup di dalam keluarga yang toxic. Keluarga yang nggak pernah ada cinta di dalamnya. Karena sampai kapanpun aku nggak akan bisa mencintai Richard atau nerima dia sebagai suami sebenarn
Baca selengkapnya
Biar Gue Yang Membahagiakan Dia
"Rado, aku bilang pu-lang!" Risty kembali memekik di ujung sambungan telfon. Aku membasahi bibir sambil berperang dengan pikiran sendiri. "Sekali lagi aku tegasin kalau aku nggak cinta kamu! Jadi, jangan bahayakan dirimu demi aku! Nggak usah berjuang terlalu dalam demi aku karena nggak pernah ada cinta di hatiku buat kamu!" Serius kah Risty berkata demikian? Benarkah dia tidak mencintaiku barang setitik pun? Kenyamanan yang selama ini kuberikan dan segenap perhatian? "Aku tahu, kalau yang paling jatuh cinta tuh aku, Ris. Aku cinta kamu, sangat! Karena aku cinta kamu, aku putusin untuk ngasih satu kenangan yang bikin kamu bisa selalu ingat sama siapa itu Rado. Kenangan baik yang bikin kamu ingat aku dan bikin kamu bisa lepas dari pernikahan yang cuma bisa bikin kamu tertekan." "Bodoh! Aku bilang balik, Rado!" Kepalaku menggeleng dengan telfon masih menempel di telinga. "Sekali ini aja, Ris. Biar aku bantu kamu lepas dari Richard." "Kalau tahu begini, mending kamu nggak usah
Baca selengkapnya
Kami Bisa Memulainya Dari Awal
"Rado, kamu dimana? Risty mengurung diri di kamar. Mas takut dia nekat!" ucap Mas Kian melalui sambungan telfon dengan suara panik. Bulu kudukku meremang begitu mendengar ucapan Mas Kian. Apa Risty berpikir ingin mengakhiri hidupnya? Astaga, Tuhan! Tolong halangi Risty melakukan itu! Baru saja aku selesai membuat kesepakatan dan negoisasi dengan Richard tentang pernikahan mereka, mengapa Risty justru seperti ini? "Mas, coba terus bujuk Risty biar buka pintunya! Aku kesana sekarang!" "Oke. Cepat, Do!" Aku segera memasukkan ponsel ke dalam saku celana lalu memasang helm. Melihatku yang tergesa-gesa, Kak Alfonso kemudian membuka suara. "Kenapa, Do?" "Risty nggak mau buka pintu kamarnya, Kak." "Apa?!" Kak Alfonso ikut terkejut. "Aku balik dulu. Makasih untuk bantuannya malam ini." Aku segera melajukan motor sport milikku menuju kediaman Mas Kian. Meninggalkan Kak Alfonso dan para bodyguardnya yang masih bersiap kembali pulang. Semoga jalanan tidak terlalu macet karena ini ham
Baca selengkapnya
Coret Namaku Dari Daftar Keluarga
Malam ini, Mas Kian mengizinkanku tidur di rumahnya dengan alasan harus menjaga Risty yang tidak stabil emosinya. Sekaligus ingin berbicara empat mata dengan Mas Kian tentang perasaanku pada istrinya, Mbak Sasha, yang kini sudah tidak ada lagi. Berharap Mas Kian tidak perlu khawatir aku akan melakukan hal tidak benar seperti masa lalu pada istrinya."Hatiku benar-benar udah buat Risty, Mas. Udah nggak ada lagi cinta buat Mbak Sasha. Tapi, demi kebaikan bersama, setelah kakek neneknya Risty tiba di Indonesia, aku bakal balik ke apartemen." Kepala Mas Kian mengangguk pelan. Kami tengah duduk bersama di dapur, malam-malam begini. Membicarakan urusan lelaki."Apapun itu, Do. Mas akan dukung selama kamu bisa mengendalikan isi hatimu pada orang yang nggak seharusnya. Oh ya, kapan kakek neneknya Risty datang ke Indonesia?" "Diusahakan secepatnya sama Kak Al." Keesokan harinya, aku sengaja mengetuk pintu kamar Risty lebih dulu sambil membawa segelas susu hangat. Semoga saja dia sudah bangu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status