Semua Bab Terjebak Perjanjian Pranikah: Bab 81 - Bab 90
117 Bab
Topeng Yana
[Mila, anakku sayang. Kamu adalah putri yang paling ayah sayang. Sebenarnya ada banyak hal yang ayah sembunyikan dari kamu dan juga ibumu. Pertama, kamu Sebenarnya memiliki saudara tiri. Ayah pernah batal menikah dengan seorang wanita sebelum ibumu. Tetapi semua itu bukan keinginan ayah. Ayah hanya tak bisa menjaga diri dan akhirnya wanita itu berhasil memperdaya ayah. Dan dia hamil. Tetapi semenjak saat itu ayah tak tahu lagi kabarnya. Dan ayah juga tak ingin mencari tahu tentang itu. Ayah yang mencintai ibumu kemudian menikahi ibumu dan kemudian lahirlah kamu. Sewaktu ayah tahu kamu disakiti oleh Adam, Ayah sangat marah karena anak ayah telah disakiti oleh orang yang tak bertanggung jawab. Tetapi yang jelas kamu adalah pewaris harta milik ayah. Tak ada yang berhak selain kamu, Mila. Dan satu lagi, ayah mengalami sakit. Yang entah kapan saja bisa merenggut kebersamaan kita. Ayah senang kita bisa tinggal bersama. Tetapi kalau saja kamu tahu ayah sangat lah cinta sama kamu dan juga ibu
Baca selengkapnya
Menempati Posisi Tertinggi
Mila langsung menoleh melihat orang yang tak ia kenal dan bukannya menolong justru pergi begitu saja. Rian langsung menolong Mila. "Kamu nggak apa-apa, Sayang?" tanya Rian. "Nggak apa-apa. Terus kita mau kemana?" balas Mila."Kita sebaiknya ke kantor! Di kantor harus ada rapat komite dan pemegang saham sepeninggal ayah. Karena sampai saat ini perusahaan belum ada yang memegang. Kamu lah yang berhak mengurus semua, Sayang," sahut Rian. Ia sebenarnya sudah sejak tadi ingin mengajak Mila ke kantor hanya saja Mila masih keukeuh mencari tahu tentang Yana dan ia menemani saja.Mila mengangguk pelan. Setelah ganti pakaian di rumah, Mila segera menuju ke kantor. Memang sudah saatnya kantor mencari pengganti. Dan dia lah satu-satunya pewaris. Bisa dibilang pewaris tunggal. Setelah sampai di kantor, Mila langsung memerintahkan kepada Sera untuk mengurus rapat sesegera mungkin. Setidaknya kantor harus ada yang memegang. Dan dia mau tak mau harus mengurus semuanya.Tiga jam berselang akhirnya r
Baca selengkapnya
Tak Disangka
Mila diam sejenak. "Lalu sebenarnya apa motif perempuan itu infonya mengganggu perusahaan kami?""Besar kemungkinan kalau saudara tiri Anda ingin mendapatkan harta dari almarhum Pak Seno. Karena sudah jelas kalau anak yang diakui oleh Pak Seno hanyalah Mbak Mila. Bisa jadi dia menaruh dendam. Yang saya ketahui juga adalah ibunya perempuan itu sudah meninggal lama karena frustasi," imbuh Pak Hamdan.Mila manggut-manggut saja. "Apa perempuan itu telah menikah?" "Sejauh informasi yang saya dapat belum. Dia Belum menikah. Tetapi dia punya usaha berupa toko pakaian yang cukup besar. Hanya itu," jawab Pak Hamdan. Tak ada informasi lagi yang Pak Hamdan sampaikan akhirnya orangnya undur diri.Mila akhirnya percaya kalau Yana memang orang yang tak baik. Ia gegas harus menemui Yana sekarang juga. Ia berusaha menghubungi nomor telepon Yana tetapi tak tersambung dan selalu dialihkan. Akhirnya Mila ke ruang kerja Rian dan ternyata Rian cukup sibuk. Akhirnya Mila mengajak Sera untuk menemaninya be
Baca selengkapnya
Ke Pantai
"Sebaiknya aku saja yang membawa mobil, Mila. Aku khawatir kalau kamu yang bawa," usul Sera.Mila dengan senyap memberikan kunci mobil kepada Sera. Sepanjang perjalanan Mila hanya melamun. Ia memikirkan banyak sekali yang ada di pikirannya. Ia tak menyangka jika hidupnya akan seperti ini. Ia mengira ayahnya memang orang yang sangat bertanggung jawab ternyata di sisi lain orang juga memiliki kesalahan. Tetapi sayang sekali sampai meninggal pun ayahnya tak menyampaikan hal itu. Harus sampai meninggal baru Ia mengetahui semuanya. Kalau saja masih ada tentu Mila bisa menjaga dengan baik hubungan nya dengan saudara tirinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Ia tak bisa mengubah apa yang ada."Mila?" Panggil Sera dengan menepuk pundak Mila."Eh iya," sahut Mila terkejut."Kita sudah sampai. Ayuk turun!" ajak Sera. Sebenarnya ia sudah beberapa memanggil Mila tetapi Mila tak mendengar hingga akhirnya menepuk pundak Mila.Begitu masuk ke dalam kantor Mila masih begitu sedih. Ia masih khawatir j
Baca selengkapnya
Kedatangan Mertua
Tiba-tiba Mila terisak. Rian langsung menoleh dan hendak mengusap air mata Mila. "Sayang," panggil Rian lembut. "Aku nggak memaksa untuk segera punya anak. Aku punya kamu itu sudah sangat membahagiakan untukku. Sudah ku katakan berkali-kali kalau masalah anak itu urusan Tuhan. Kita hanya perlu berusaha saja.""Tapi kita tahu dalam pernikahan itu juga salah satu cara agar keturunan kita bisa survive. Apa kamu menikah lagi saja untuk bisa mendapatkan anak?" usul Mila.Rian terkejut. Kenapa bisa Mila mengatakan hal begitu. Tak mudah bagi seorang perempuan akan mengatakan itu kalau dirinya sedang tak baik-baik saja. "Aku terlalu sayang sama kamu, Mila. Aku tak akan pernah melakukan itu. Seumur hidupku hanya kamu yang akan aku miliki." Mila hanya terdiam. Ia tahu Rian memang tak pernah menuntut karena anak. Tetapi walau bagaimana pun kehadiran anak tentu pasti didambakan oleh pasangan suami istri. Kehamilan nya waktu itu menunjukkan jika memang Mila tak mandul. Ia bisa hamil. Tetapi sete
Baca selengkapnya
Program Hamil
Tak butuh waktu lama. Orang tua Rian pulang keesokan harinya. Karena memang urusannya hanya ingin bertemu dengan Mila dan belum sempat datang saat pemakaman Pak Seno. Rian mengantarkan orang tuanya sampai ke terminal. Sedangkan Mila tetap harus bekerja seperti biasanya. Tetapi pikiran Mila hari ini begitu kacau. Dan hal itu diketahui oleh sekretaris nya yaitu Sera yang masuk ke dalam ruang kerja Mila tetapi tak disadari oleh Mila."Bu Mila," panggil Sera untuk yang kesekian kalinya."Oh, iya? Ada apa, Sera?" tanya Mila."Saya perhatikan Bu Mila kok dari tadi melamun saja? Saya sudah memanggil beberapa kali tetapi tak didengarkan," balas Sera."Oh iya, Sera. Aku lagi kepikiran sama mertuaku. Mereka mendesak untuk aku bisa segera hamil. Kamu tahu 'kan kalau waktu itu aku sempat keguguran. Tetapi kemarin mereka datang untuk segera menginginkan aku hamil," cerita Mila dengan wajah cemas."Kenapa bisa begitu? Anak itu adalah titipan. Kalau memang belum waktunya maka ya belum bisa kita memi
Baca selengkapnya
Keributan
"Untuk saat ini sebaiknya Bu Mila selalu berpikiran yang jernih. Jangan memikirkan sesuatu yang berat. Terlebih mungkin Bu Mila bisa beristirahat di rumah atau healing kemana yang bisa membuat pikiran Bu Mila menjadi lebih tenang dan terbuka. Memang kondisi organ reproduksi Bu Mila sehat tetapi kalau kondisi psikis Bu Mila sedang banyak pikiran itu bisa memicu," jelas dokter.Mila menghela napas. Ternyata masih saja dirinya yang bermasalah. Di saat ia memang butuh dukungan terlebih Rian dinyatakan sehat juga. "Dok, kalau pakai program bayi tabung bagaimana?" tanya Mila."Itu adalah jalan terakhir kalau jalan yang alami bisa ditempuh. Lagi pula tak ada masalah juga di organ ibu maupun bapak," jawab dokter.Mila berpikir kalau ia tadi langsung hendak program dengan bayi tabung. Tetapi penjelasan dokter membuat perasaannya menciut. Ia kemudian terdiam. Ia memang harus memperbaiki pola makan dan juga pikirannya yang jernih lagi. Rian dan Mila kemudian pulang. Sebelum nya Mila membeli beb
Baca selengkapnya
Keputusan Besar
Rian terkejut. Ternyata seseorang itu adalah Mila. Ia sangat mengenal istrinya. "Mila, kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Rian.Mila hanya menangis di pelukan Rian. Ia menangis sampai terdengar oleh beberapa orang yang melongo melihat drama Rian dan istrinya."Siapa itu?" kelakar Bapak. Rian tak bergerak. Ia membiarkan istrinya dalam pelukannya. Kapan Mila ada di sana bersamanya? "Rian, kamu kembali atau kamu tak aku akui lagi sebagai anak," teriak Bapak semua orang bahkan mendengar hal itu. Tangis Mila kemudian berakhir. "Pulang lah, Rian. Mereka terlalu sayang padamu," ucapnya dengan mata masih berkaca-kaca. "Tidak, Mila. Aku sudah berjanji seumur hidupku akan bersama kamu," sahut Rian.Ibunya Rian kemudian mendekati Rian dan Mila. "Mila, tolonglah izinkan Rian untuk menikah lagi. Kalau memang kamu tak menginginkan Rian untuk mengakhiri hubungan. Kami memang begitu mendambakan cucu dari Rian," tuturnya dengan penuh harap."Iya, saya mengizinkan kok. Silakan Rian menikahi perem
Baca selengkapnya
Kedatangan Mila
"Kita sudah di rumah, Sayang," jawab Rian dengan tersenyum.Kembali Mila tersentuh. Ia kembali mengingat beberapa saat yang lalu melihat lelaki yang kini telah jadi suaminya itu berjuang untuk cinta mereka. Sampai Rian harus memilih untuk meninggalkan orang tuanya dan kini mereka sudah berada di rumah. Mila kemudian duduk. "Kok aku nggak sadar sudah di sini?""Iya, tadi kamu sangat lelah pasti. Aku yang membawa mu ke sini," jawab Rian.Mila langsung memeluk Rian dengan erat. Ia rasakan hangat nya tubuh suaminya itu. Berkali-kali Ia bersyukur karena telah diberikan suami yang sangat sayang dengannya. Tak mudah untuk menerima permintaan kedua orang tuanya untuk menikah lagi. Tidak seperti Adam dulu.Tetapi apapun yang terjadi yang paling penting saat ini ia bisa memeluk Rian. Seorang yang menjadi satu-satunya yang ada di samping nya."Sayang, ini masih malam. Sebaiknya kita istirahat dulu, yuk!" ajak Rian.Mila menoleh ke arah jam dinding ternyata memang masih pukul satu dini hari. Pant
Baca selengkapnya
Ujian Berat
"Aku tahu. Kita tetap harus hati-hati! Tetapi kita tetap jalani kehidupan kita dengan sebaik mungkin. Tuhan tak tidur. Ia pasti tahu yang mana yang benar dan mana yang salah dan pasti akan membalas sesuatu yang salah dengan setimpal," sahut Rian kemudian mengantarkan Mila ke kamar untuk beristirahat. Begitu Mila telah tenang ia kemudian membersihkan diri dan bersiap untuk makan malam. Di meja makan Bibi telah menyiapkan makanan dengan menu favorit Mila. Mila seperti mendapatkan booster. Ia harus bisa menikmati makanan yang tersedia untuk siap,menghadapi kenyataan yang masih dalam misteri. Ancaman Yana masih terngiang dalam benak Mila tetapi cukup beberapa saat melupakan nya saat makan malam ia nikmati."Nggak usah tergesa-gesa, Sayang!" tutur Rian."Laper nih," sahut Mila tanpa menoleh ke arah Rian dan melanjutkan makannya."Non, seperti nya Non agak berisi, ya?" ucap Bibi.Seketika Mila menoleh. "Emang iya, Bi?""Kalau sepenglihatan Bibi begitu," sahut Bibi.Mila bahkan tak merasa j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status