Semua Bab Terjebak Perjanjian Pranikah: Bab 71 - Bab 80
117 Bab
Dilabrak
"Ayah, Ibu, kalian kemari?" tanya Mila lirih. Terlihat raut wajahnya masih lemah."Iya, Sayang. Kami kemari. Kamu kenapa? Jangan banyak pikiran!" sahut Bu Yuni. "Nggak, Bu. Aku hanya tidak ada ada perpisahan lagi. Aku ingin memiliki orang tua yang utuh," balas Mila. Penuh harapan. "Mila, dengarkan! Ibu dan Ayah sudah baikan. Nggak seperti yang lalu. Ibu dan Ayah sama-sama menyadari jika kami telah bersalah," tutur Bu Mila kemudian mengusap punggung tangan Mila yang tak tertancap infus.Pak Seno mendekati kedua wanita yang disayanginya. "Mila, Ayah juga minta maaf telah membuat kamu sedih. Sekarang kamu jangan sedih lagi! Ayah telah baikan dengan ibumu. Kami berjanji tak akan lagi mengalihkan pandangan kepada yang lain " jelasnya. Mila tersenyum tipis. Ia memang berharap apa yang dikatakan benar adanya. Tetapi jujur saat ini Mila masih kepikiran. Hal itu lah yang membuat Mila masih harus dirawat. Kondisinya lemah dan banyak pikiran.Tiga hari Mila dirawat di rumah sakit dan akhirnya
Baca selengkapnya
Bu Yuni Meninggal
Mila menggandeng tangan ibunya menuju ke dalam. Dibantu asisten rumah tangga mengambilkan kotak P3K. Luka yang dialami Bu Yùni berupa mimisan. Cara paling cepat yang bisa digunakan yaitu menutup hidung sementara waktu untuk mencegah banyaknya keluar darah serta menghambat. Entah bagaimana Bu Wulan tadi memukul Bu Yuni sampai seperti itu adanya. Mila kasihan kepada ibunya. Ia kira masalah selesai setelah baikan dengan ayah nya tetapi ternyata tidak. Istri selingkuhan Bu Yuni datang dan melabrak Bu Yuni. Meskipun Bu Yuni telah minta maaf memang tak semudah itu. Mila pun tahu bagaimana rasanya jadi Bu Wulan. Tetapi ia tetap bersikap tak membalas. Karena hal yang tak baik akan menerima sendiri karmanya. Bahkan ia sudah melewati itu semua. Tetapi kini yang terjadi pada ibunya cukup berbeda. Karena ibunya sendiri yang telah sampai memilih berselingkuh. Darah yang keluar dari hidung Bu Yuni kemudian berhenti. Mila kemudian membersihkan sisa darah yang ada. Sementara itu Rian yang sejak t
Baca selengkapnya
Surat
Ibu hanya ingin menjauhi orang yang telah menyakiti ibu. Tolong Ayah jangan sedih ketika ibu tak bisa lagi mendampingi Ayah. Ibu sudah tak kuat lagi menanggung sesal di dunia. Ibu harap Ayah bisa selalu sehat ya? Sekali lagi maafkan ibu.Untuk Mila, anak ibu yang paling ibu sayang. Maafkan segala kesalahan ibu sama kamu, Sayang. Ibu sudah gagal menjadi panutan untukmu. Ibu tak bisa lagi menemani kamu. Semoga kamu selalu diberikan kesehatan. Jangan banyak pikiran, ya? Jaga pikiran tetap sehat agar kelak kamu bisa memiliki momongan baik dan menjadi penerus keluarga kita. Ibu yakin Rian bisa menjadi suami yang baik untuk mu, Mila. Untuk Rian, maafkan ibu, ya? Ibu sempat membenci kamu saat Mila mengalami keguguran. Saat itu Ibu memang benar-benar kecewa. Ingin sekali menggendong cucu tetapi gagal. Bukankah semua itu telah diharuskan oleh yang maha kuasa. Tetapi ternyata ibu justru menyalahkan kamu. Tetapi kami tetap sabar kepada ibu. Maafkan ibu, Rian! Tolong jaga Mila untuk ibu dan Aya
Baca selengkapnya
Mendengar Yana
Setelah cukup tenang akhirnya Mila tak lagi menangis. Tetapi masih enggan makan. Mulutnya masih saja tak ingin ada asupan. Meskipun Rian tahu Mila saat ini pasti sedang lapar. "Sayang, makan dulu, ya?" pinta Rian."Nggak ah. Aku nggak lapar," tolak Mila. Rian masih saja sabar menghadapi Mila. Waktu berjalan begitu cepat. Satu tahun berlalu setelah Bu Yuni meninggal. Kini kehidupan Mila sudah jauh lebih baik. Ia bisa menerima keadaan yang sebenarnya. Begitu juga dengan Pak Seno yang telah mengikhlaskan istrinya pergi untuk selama-lamanya. Tetapi ia rutin ke makam paling lama satu bulan sekali. Ia membersihkan serta mendoakan yang terbaik untuk kebaikan istrinya.Mila dan Rian juga tinggal di rumah nya sendiri. Tetapi setiap akhir pekan mereka memilih menemani ayah mereka di rumah nya. Hari ini hari minggu Mila dan Rian berada di rumah ayahnya. Sejak tadi pagi Mila memasak untuk kebutuhan makan bersama. Meskipun sebenarnya sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga. Hanya saja Mila me
Baca selengkapnya
Kotak
Rian menggelengkan kepalanya. Sudah sekian lama Yana nggak kasih kabar tiba-tiba menyuruh Mila datang dan memberikan informasi itu. "Aku nggak yakin sih," jawabnya."Tapi kenapa Yana bilang begitu, ya? Masa iya Bram akan menikah sama Yana sementara waktu itu Yana telah menikah sama suaminya. Tapi seperti apa tepatnya aku juga nggak paham," sahut Mila yang juga bingung. "Ya sudah, kamu jangan pikirkan! Kamu harus berpikir positif terus ya?" pinta Rian. Ia kemudian melajukan kendaraannya."Kita ke rumah ibunya Bram yuk!" ajak Mila."Kamu yakin?" tanya Rian."Iya, aku hanya ingin memastikan saja," jawab Mila."Tetapi kalau apa yang dikatakan Yana itu benar aku takut kamu akan kenapa-kenapa di sana," sahut Rian."Yah biar nggak penasaran kita tetap ke sana saja!" balas Mila.Ada benarnya memang perkataan Rian. Tetapi Mila tetap ingin membuktikan sendiri perkataan Yana lagi. Rian akhirnya setuju untuk datang ke rumah ibunya Bram. Tiba-tiba di jalan mobil mereka sedikit oleng."Loh, kenap
Baca selengkapnya
Ke Rumah Ibunya Bram
Isi dari kotak tersebut adalah sebuah boneka yang bersimbah darah. Mila segera melemparkan boneka tersebut. Kenapa ada orang lagi yang mengusik dirinya lagi. Tetapi Rian mencoba mencari sesuatu yang mungkin ada surat atau pengirim di kotak tersebut. Tetapi tak ada. Ia pun membuang kotak tersebut kemudian membakar di samping rumah."Sayang, untuk saat ini kamu tetap berada di rumah, ya? Nggak usah keluar rumah. Tapi tetap berpikir yang jernih saja. Nanti kita pikirkan dan cari tahu orang yang telah mengganggu kita," tutur Rian.Mila hanya mengangguk.Rian hanya takut jika penyakit kecemasan Mila akan kambuh kembali. Ia memeluk tubuh istrinya kemudian mengecup keningnya. "Sayang, aku akan menemani kamu sampai kapan pun. Kamu jangan khawatir, ya?" Mila hanya diam saja. Rian kemudian mengajak Mila ke kamar. Rian sengaja membawa makanan tadi sepulang kerja dan diberikan kepada Mila. Mila dengan senang hati memakan makanan yang dibawakan Rian. "Terima kasih."Keesokan harinya, Mila menema
Baca selengkapnya
Minta Bantuan
Bu Ningtia menggelengkan kepalanya. "Ibu nggak kenal sama perempuan ini, Mila. Memang nya kenapa?" tanyanya. Mila menoleh ke arah Rian. "Maaf sebelumnya. Ini adalah teman Mila dan Bram saat kuliah dulu. Tapi dia seperti bertransformasi. Jadi ini adalah perempuan yang sama. Dia mengaku sama Mila katanya dia akan menikah dengan Bram. Tetapi karena Bram saat itu akan menikah dengan Mila akhirnya gagal. Dan katanya keluarga Bram membenci Mila dan akan balas dendam atas meninggal nya Bram," jelasnya. Bu Ningtia mengerutkan keningnya. "Tidak, Mila. Itu tak benar. Kami semua sudah mengikhlaskan kepergian Bram untuk selamanya. Dan ibu juga dengar kalau ibumu meninggal, ya? Ibu turut berduka cita, ya?""Iya, Bu. Katanya itu ada hubungannya sama dendam keluarga Bram. Maaf, bukannya Mila menuduh, hanya saja Mila mau mencari tahu kebenaran. Karena beberapa hari ini sejak perempuan ini tadi memberitahukan tentang itu Mila mendapatkan teror yang tak biasa," terang Mila. Ia juga takut kalau diangg
Baca selengkapnya
Di Bawah Kasur
Mila dan Rian pun kemudian istirahat. Rasa mengantuk dan lelah bercampur dan tak butuh waktu lama mereka akhirnya bisa memejamkan mata. Malam harinya, Mila membuka matanya. Ia tak mendapati Rian berada di samping nya. Ia mengucek matanya dan perut yang sudah meronta ingin segera diisi.Rumah begitu sepi. "Kemana semua?" gumam Mila. Ia kemudian menuju dapur. Tak tertahankan lagi untuk menahan lapar yang sudah sejak tadi siang belum terisi. "Bi, kemana Ayah dan Rian?" tanya Mila saat Bibi yang menjaga di rumah Mila kembali ke sana."Sejak tadi saya ke sini tak melihat, Bu. Sudah satu jam saya di rumah tapi nggak melihat mereka," jawab Bibi."Oh iya, Bi," sahut Mila kemudian melanjutkan makannya. Ia masih penasaran kemana suaminya pergi.Saat senja barulah Rian dan Pak Seno pulang. "Dari mana saja?" tanya Mila. Sedikit kesal karena merasa diabaikan tanpa ada kabar."Tadi sama Ayah aku ke klien yang bermasalah. Awalnya orangnya setuju dan tiba-tiba kok mengundurkan diri. Jadi Ayah butu
Baca selengkapnya
Curiga
"Ya sudah, nanti siang aku ajak ke Bank, ya? Sekalian kita bawa uang Bibi agar aman," ajak Mila. "Sebaiknya sekarang uang Bibi dihitung saja dulu! Nanti biar gampang kita bawa ke banknya," imbuhnya."Baiklah, Non," sahut Bibi.Tepat pukul sepuluh pagi, Bibi telah selesai menghitung semua uangnya. Dan Mila menghampiri ke kamar Bibi. "Udah Bi hitung nya?" tanya Mila."Sudah, Non. Tapi mau ditaruh dimana ini? Bibi hitung uangnya ada sekitar seratus jutaan," balas Bibi."Taruh kesekian hitam saja! Nanti biar aku yang bawa pakai tas ransel. Biar diantar sama Pak supir saja," jawab Mila. Mereka berdua akhirnya menuju ke sebuah bank. Dimana tas yang dibawa Mila diletakkan di depan dada dan Pak supir mengawal mereka. Sampai di depan bank disambut oleh satpam dan Mila mengatakan kalau akan membuat rekening baru. Dengan senang hati satpam tersebut mengarahkan kepada petugas yang bersangkutan.Mila memberitahukan kepada petugas dan petugas tersebut melayani dengan senang hati dan senyum yang r
Baca selengkapnya
Pak Seno Meninggal
"Apa? Sejak kapan, dok? Setahu saya ayah saya baik-baik saja. Kenapa bisa seperti itu?" cerca Mila. Ia tak mengerti kenapa ayahnya merahasiakan hal yang seperti ini."Iya, sejak dua tahun terakhir. Waktu itu pasien ke sini mengeluh dadanya sakit. Kebetulan saya waktu itu dokter jaga yang memeriksa kondisi pasien. Untuk saat ini sudah mendapatkan penanganan dari dokter yang spesialis. Dan Mbak sebagai keluarga pasien tolong diurus administrasi agar bisa lebih cepat proses operasi. Karena jalan yang terbaik saat ini adalah pemasangan ring," jelas dokter.Hati Mila sangat sakit. Selama dua tahun ia tak tahu jika ayahnya memiliki penyakit yang cukup serius. Bahkan ibunya juga mungkin tak tahu karena ayahnya terlalu rapat menjaga rahasia. Jantung Mila terasa berdegup kencang. Ia membiarkan Rian mengurus administrasi karena Mila seperti tak sanggup untuk menompa dirinya. Air matanya luruh seperti aliran sungai yang tak terbendung. Tak lama berselang Pak Seno dibawa ke ruang operasi. Mila
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status