All Chapters of Lamaran untuk Bayi Tak Bernasab: Chapter 31 - Chapter 40
91 Chapters
Istana Adijaya
“Mau apa?” desak Anin. “Ini masih pagi ya, jangan berbuat yang aneh-aneh,” lanjut perempuan cantik itu seraya melepaskan tubuhnya dari kungkungan tangan Harris.   “Aku mau mengucapkan terima kasih karena sudah menyiapkan semuanya dan sudah secantik ini,” jawab Harris. “Kan kemarin aku sudah berpesan, jangan berpikiran macam-macam, sayang,” goda Harris. Ia kemudian melepaskan pelukannya, membuat Anin bernafas dengan lega.   “Aku mau ke makam Bhama, Mas,” kata Anin memberitahu rencananya.   “Aku antar ya,” timpal Harris sebelum menyeruput teh buatan Anin.   “Kamu ‘kan harus ke kantor, Mas. Aku bisa berangkat dan pulang sendiri, keadaanku sudah baik-baik saja,” sahut perempuan itu, ia tak mau merepotkan Harris lagi.   “Lagipula aku juga kangen dengan anak itu,” balas Harris. Anin akhirnya menyerah, ia bersedia untuk diantar Harris mengunjungi makam anaknya. “Sepertinya aku lupa bila
Read more
Berdua dengan Mertua
Anin tak langsung menjawab pertanyaan dari Nyonya Setya, meski dirinya sangat tahu jika Ibu Harris sangat baik padanya tetapi tetap saja dia tak percaya diri saat berduaan dengannya. “Anin ..” “Tidak apa-apa, Mas. Pergi dengan Ibu juga tidak papa,” jawab Anin. Ia tersenyum ke arah Harris untuk meyakinkan lelaki itu. Nampaknya Harris tahu jika Anin ragu pergi dengan Ibunya. “Nanti jika urusan kantor sudah selesai, aku akan menyusul kalian ya,” ujar pria itu sembari mengelus rambut Anin. Seolah sedang menghilang keraguan perempuan itu. Mata mereka beradu untuk beberapa saat. Suara pintu mobil yang dibuka oleh Ibu Harris membuat keduanya sadar, Anin segera merapikan gendongan Bhima sedangkan Harris membantu membuka pintu mobilnya. Harris menggenggam erat tangan Anin ketika mengantarkan perempuan itu menuju mobil Ibunya. “Titip istri dan anak
Read more
Mantan Calon Menantu
“Anin tidak mempermasalahkan hal itu, Bu. Karena dia main ke rumah Ibu dan Ayah, lagipula Mas Harris ‘kan sudah menikah dengan Anin,” jawab Anin berusaha sebijak mungkin. Nyonya Setya terlihat senang dengan jawaban perempuan itu. “Jadi tidak masalah kalau dia main ke rumah kami?” tanya Ibu Harris sekali lagi. “Tidak apa-apa Bu,” ucap Anin konsisten dengan jawabannya.  Karena panggilan telepon dari mantan calon menantunya berakhir sehingga Nyonya Setya kembali menghubunginya. Akhirnya panggilan tersebut diangkat oleh si perempuan itu, Anin yang duduk di sebelah Nyonya Setya bisa mendengar suara lembut menyapa Ibu Harris. Dari tutur bahasanya tercerminkan jika perempuan itu dari kalangan terpelajar. Yang membuat Anin lebih terkejut lagi, Nyonya Setya ternyata mengatakan hal sebaliknya. Perempuan paruh baya itu mengatakan jika ia sedang pergi ke luar kota d
Read more
Drama Rumah Mertua
“Kalian belum apa?”  tanya Nyonya Besar itu Harris dan Ibunya menunggu jawaban dari Anin. Terutama Harris yang cemas jika Anin mengatakan yang sebenarnya jika mereka bukanlah sepasang suami istri. Tak ada ikatan pernikahan antara mereka berdua. “Nanti juga kamu dan Bhima akan nyaman tinggal di sini, sayang,” sambung Harris. Kini gantian Harris yang memberi kode lewat tatapan matanya. Ia berharap Anin mengerti sinyal yang ia berikan. “Iya Mas, mungkin masalah waktu saja ya,” sahut Anin. “Maaf ya Bu, Anin tidak bermaksud untuk –“ “Tidak apa-apa, ibu mengert. Mudah-mudahan kamu dan Bhima betah ya tinggal di sini,” ujar perempuan paruh baya itu dengan lembut bahkan ia memeluk Anin. Tak terlihat raut wajah kesal sama sekali, hal itu membuat Anin semakin merasa tak enak padanya. “Sekali lagi maafkan Anin ya, B
Read more
Bagai Langit dan Bumi
Lelaki paruh baya lantas membalikkan badannya, ia ingin segera pergi dari rumah itu namun sebuah suara menghentikan langkahnya. “Tuan,” panggil salah satu asisten rumah tangganya. “Kenapa tidak masuk? Di dalam sedang ada Mas Harris dan istrinya,” imbuhnya.Tiba-tiba saja Tuan Besar itu berubah pikiran, yang awalnya ingin meninggalkan rumah kini justru masuk ke dalamnya. Tak ada yang berubah ketika ia memasuki rumah yang dibangunnya dengan susah payah 25 tahun lalu.Suara pintu rumah yang terbuka membuat Harris, sang Ibu dan Anin kompak menoleh ke sumber suara. Tak lama muncullah Tuan Setya, lelaki berumur 60 tahun itu berjalan menuju ruang makan dengan wajah datar.“Kamu sudah pulang, Mas?”“Sudah,” jawabnya singkat, ia menuang air minum ke dalam gelas.“Sebenarnya ayah pergi ke mana?” tanya Harris.“Ada urusan kantor, perjalanan bisnis,” jawab Tuan Setya sebelum beranjak pergi.“Urusan kantor apa? Kenapa aku tidak tahu?” selidik Harris“Kau sibuk dengan urusan yang lain, mana mungkin
Read more
Perseteruan Dua Adijaya
“Kenapa aku harus menjaga ucapanku? Harusnya ayah yang menjaga sikap, begitukah cara ayah menghargai istriku?” tanya Harris. “Ah aku tahu, bagaimana bisa ayah menghargai istriku jika ayah saja tidak istrinya,” cerocos lelaki itu, Anin menyenggol Harris untuk menghentikan ocehannya. “Apa maksudmu, Ris?” ucap Nyonya Setya“Lihat kelakuan anakmu itu, dia berani menuduh ayahnya sekarang,” komplain Tuan Setya pada istrinya.“Tidak ada asap jika tidak ada api,” jawab Harris singkat.“Sudah, Mas. Jangan bicara lagi,” larang Anin seraya menarik tangan Harris dan mengajaknya untuk pergi dari tempat itu. Namun Harris masih ingin berada di sana.“Aku membuat menu makanmalam ini bersama menantuku dengan cinta yang tulus dan berharap kalian semuanya merasa senang. Nyatanya yang terjadi justru sebaliknya,” ujar Nyonya Harris yang sedih dengan situasi yang terjadi sekarang.Nyonya Besar itu lantas meninggalkan tempat itu lebih dahulu menuju lantai atas. Anin pun mencoba menyusul ibu Harris, ia ingi
Read more
Kegaduhan Dini Hari
“Tutup mulutmu! Tak pantas seorang anak berkata seperti itu pada ayahnya,” bentak Tuan Setya. Ia membulatkan matanya, tangannya tekepal erat. Sepertinya Tuan Setya sangat marah pada Harris. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Harris, ia kesal ketika perempuan kesayangannya dihina seperti itu oleh sang ayah. “Aku punya banyak hal untuk diungkap, jadi jangan bersikap sembarangan pada istriku.” ancam Harris. “Hebat kamu Ris, sudah berani mengancamku,” ujar Tuan Setya merespon ancaman anaknya. “Kamu ubah anak saya jadi seperti ini, kamu rusak hubungan kami,” tunjuk pria itu ke arah Anin, yang sekarang berdiri di samping Harris. “Sudah, Mas. Anak kita menangis, bantu aku menenangkannya ya,” kata Anin seraya menarik tangan Harris menjauh dari sang ayah. Kedua kini masuk ke dalam kamar, dan lagi-lagi meninggalkan Tuan Besar itu sendirian. Rupanya b
Read more
Tidur Bareng
“Ibu menyerahkan apa yang selama ini ayahmu inginkan.”“Apa yang ayah inginkan dari Ibu?” tanya Harris penasaran.“Ayahmu minta pembagian aset, katanya ada bisnis yang sedang diurus olehnya,” jelas Nyonya Setya. Ia melarang Harris untuk ikut campur masalah antara dirinya dan sang suami. “Apa yang diminta oleh ayahmu memang haknya dan ibu harus memberikannya,” sambungnya.Meski keberatan dengan tindakan sang Ibu tetapi Harris tak bisa berbuat apapun. Begitu juga dengan Anin, ia tak mengerti masalah apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh keluarga Harris.“Kalian kembali tidur, Ibu juga akan tidur lagi,” ucapnya kemudian membalikkan badan masuk ke dalam kamarnya. Harris dan Anin hanya bisa menatap pintu kamar berwarna hitam itu.“Kita ke kamar sekarang?”Harris menggenggam tangan Anin dan mereka berjalan bersama menuju kamar. Harris membuka pintu mempersilakan Anin untuk masuk lebih dahulu.“Kamu tidur di kasur saja, Mas. Kamu pasti masih ngantuk ‘kan,” ucap Anin seraya membereskan te
Read more
Lovey Dovey
“Entah cemburu pada siapa, pokoknya aku cemburu,” ujar Anin yang ingin menyudahi kegiatan mereka, namun Harris mampu menahan tangannya sehingga tubuh mereka tetap berdekatan.“Bicara yang jelas, sayang. Kamu cemburu pada siapa? Aku tidak melakukan apapun pada siapapun,” ujar Harris yang meminta kejelasan dari Anin.“Sebelum kamu kepikiran untuk melakukan sesuatu apapun itu pada siapapun di luaran sana, bahwa aku cemburu. Jadi kamu selalu ingat aku,” imbuh Anin, ia memberikan peringatan pada lelaki itu. Tentu saja Harris tertawa, ia menggelengkan kepalanya pelan. Ternyata Anin bisa cemburu juga bahkan tanpa alasan yang jelas.Usai menyampaikan isi hatinya Anin mencoba untuk berdiri kali ini Harris membiarkan perempuan kesayangannya itu menjauh darinya. Anin berdiri sembari merapikan rambutnya entah mengapa hal iu membuat lelaki itu bergairah. Ia segera bangun dari posisi tidurnya dan berjalan menuju Anin.“Kamu mau apa Mas?” tanya Anin ketika melihat Harris bergerak maju memangkas jara
Read more
Aku Cemburu
“Hai Clara, apa kabar?” sapa Harris lebih dulu. “Baik, kamu apa kabar Ris? Itu anak dan istrimu ya?” sahut perempuan itu sembari berdiri dari kursinya. “Ini istriku Anindia dan anakku Bhima,” ujar Harris memperkenalkan istrinya dan anaknya. “Sayang, kenalkan dia Clara, teman lamaku,” lanjut Harris. Anin mengulurkan tangannya dan cepat dibalas oleh Clara, mereka saling tersenyum. “Hai Anindia, salam kenal ya.” “Halo Mbak Clara, salam kenal juga ya,” balas Anin. “Karena semua sudah berkumpul, mari kita sarapan,” ujar Nyonya Setya, ketiga kini duduk di meja makan. Clara lebih dahulu bergerak untuk mengambilkan nasi dan lauk untuk Ibu Harris, Anin hanya bisa melihatnya dengan perasaan tak suka. Ia merasa sebagai pasangan Harris harusnya dirinya yang melakukan hal tersebut. Ketika
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status