All Chapters of Pisah Terindah: Chapter 31 - Chapter 40
46 Chapters
Part 31
Pisah Terindah #31Rasa penasaran makin menjadi-jadi menghampiriku. "Apa dibuka aja?" "Tapi ...." Entah kenapa aku harus membuat bingung diri sendiri. Padahal urusan apa pun di kantor Mbak Tania tidak ada kaitan apa-apa dengan kehidupanku. Aku cukup melakukan apa yang diperintahkan oleh orang mempekerjakan aku. Selain itu, aku tidak ada hak untuk ikut campur. Aku juga tidak punya kapasitas untuk melibatkan diri. Aku tidak mengerti apa-apa tentang pasal-pasal hukum. Apa lagi keberadaanku hanya sebagai asisten pengganti yang sifatnya sementara. Meskipun sudah mencoba menyadari tentang posisiku, satu sisi pikiranku yang telah dikuasai rasa penasaran hebat tidak bisa ditundukkan begitu saja. Seperti ada kekuatan lain yang menggerakkan, sehingga jariku telah berada di ujung amplop. "Daripada menanggung penasaran. Lagian juga nggak bakal keciri kalau amplop ini sempat kubuka." Begitu aku berhasil meyakinkan diri untuk mengintip isi amplop itu, telepon genggamku mengeluarkan getar. P
Read more
Part 32
Pisah Terindah #32 "Dara? Lagi apa?" Jantungku seakan mau copot begitu mendengar ada suara yang menyerukan namaku. Tanpa melihat pun aku tahu siapa yang sedang ada di pintu. Meskipun berada pada situasi genting aku tidak boleh memperlihatkan kepanikan selayaknya orang yang tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak benar. Hal itu penting untuk menghindari kecurigaan. Sayangnya aku tak pernah mempelajari ataupun memahami teori-teori ilmu psikologi yang berkaitan dengan penguasaan diri. Namun, sebisa mungkin kucoba untuk mengontrol diri untuk mengkamuflasekan apa yang kurasa saat ini. Aku mencoba menyiasati agar tidak terlihat seperti orang yang panik. Langkah pertama kucoba untuk tetap tenang tanpa ada gerakan tergesa-gesa yang nantinya akan memperlihat kegugupan. Lalu, setelah menarik napas perlahan, aku mengulas senyum dan mengarahkan pandangan dengan serileks mungkin ke arah Mbak Tania. "Ini, Mbak, lagi nyari HP. Barangkali ketinggalan di sini," ujarku spontan. Padahal in
Read more
Part 33
Pisah Terindah #33 POV LalisaLelah! Lelah raga dan terlebih lagi lelah jiwa. Kupikir takkan seperti ini jalan hidupku. Takkan seperti ini kehidupan pernikahan yang akan kujalani. Memang, menjadi istri dari seorang Danar Aryo Bintang adalah sesuatu yang tak lagi terpikirkan olehku. Namun, tanpa sepenuhnya direncanakan takdir membuatnya menjadi sebuah kenyataan. Menjadi wanita kedua, wanita mana di dunia ini yang benar-benar mau berada pada posisi itu. Jelas tidak ada. Namun, lagi-lagi takdir yang berkata terjadi. Maka semuanya pun terjadi hingga saat ini. Hingga sudah memasuki tahun kedua kujalani. Mas Danar, lelaki yang awalnya menikahiku secara sirri itu memang bukanlah orang baru dalam hidupku. Bertahun-tahun yang lalu dia pernah menjadi matahari bagi duniaku. Terlepas dari kesalahpahaman Papa ketika berhasil menemukan aku yang memang sengaja menghilang dari rumah, yang menjadi alasan utama terjadinya pernikahan itu, kuakui aku pun masuk ke dalam jerat pesona mantan. Hampir
Read more
Part 34
Pisah Terindah #34 Tak sia-sia rasanya meluangkan waktu dan menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk mewujudkan liburan kecil-kecilan ini. Shahna sangat bahagia. Pun dengan Mas Danar terlihat larut dalam kebersamaan kami. Sepertinya ultimatum di awal yang kukeluarkan cukup mempan. Terlebih kami juga bertemu dengan teman lama Mas Danar ketika sama-sama merintis karier dulu. Dia bersama keluarganya juga tengah menghadiri acara keluarga yang tak jauh dari lokasi villa kami menginap. Sebelum kembali pulang, mereka pun menyempatkan waktu untuk bergabung bersama kami. Apalagi juga ada anaknya yang berusia setahun lebih tua dari Shahna. Shahna semakin senang karena punya teman bermain. Tak lupa, setiap kegiatan yang kami lakukan diabadikan dalam bentuk foto maupun video. Mulai dari menunggang kuda, hiking ke air terjun, beredam air panas, makan di restoran, baik yang berkonsep modern maupun yang ala-ala suasana zaman dahulu. Tentu satu hal yang tidak boleh terlewatkan yaitu memostin
Read more
Part 35
Pisah Terindah #35"Mas Daniel." Ekspresi wajah kami saat ini mungkin sama. Sama-sama tidak menyangka akan adanya pertemuan ini. "Dara di sini? Nggak nyangka bakal ketemu di sini. Apa kabar?" Mas Daniel mendekat ke arahku. "Baik, Mas," jawabku sedikit kikuk. "Mas Daniel kenal sama Dara?" Mbak Tania ikut menimpali. "Iya, dari sepuluh tahun yang lalu kayaknya, kalau nggak salah." Kami hanya sedikit berbasa-basi. Dari gelagat Mas Daniel sepertinya dia ingin bicara banyak padaku atau mungkin juga dia punya rasa penasaran tentang keberadaanku di kantor Mbak Tania, tetapi keadaannya tidak memungkinkan. Apalagi Pak Lindan terlihat seperti sedang buru-buru. Mas Daniel pun berpamitan karena sudah ada janji dengan orang lain. Kepergiannya itu menyisakan banyak pertanyaan di kepalaku. Apa kaitan antara Mas Daniel dan perusahaan tempat bekerja Mas Danar sehingga tadi sempat disebut-sebut. Seawam-awamnya aku tentang dunia hukum, setidaknya aku paham kalau sudah berurusan dengan pengacara
Read more
Part 36
Pisah Terindah #36 "Kamu mau tahu aku dari mana?" Mas Danar menatapku dengan tatapan sengit. "Aku dari rumah sakit. Anakku sedang terbaring di ruang perawatan bayi. Kondisinya sangat tidak stabil. Dan aku sebagai bapaknya tidak tahu sama sekali hal itu. Ya, tentu saja aku tidak akan tahu, bahkan jika terjadi hal yang paling buruk sekali pun, aku juga tidak akan tahu. Karena apa? Karena ada seorang wanita egois. Wanita yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan mengatur kehidupan orang seperti maunya dia." "Sungguh kamu keterlaluan sekali, Dara!" lanjut Mas Danar lagi dengan nada suara lebih ditekan."Mas? Kamu bilang aku egois? Egois dari mananya? Aku tidak pernah--" "Sudah cukup Dara! Mulai detik ini tidak ada lagi perjanjian-perjanjian di antara kita." Mas Danar menyambar tas yang tadi diletakkan di kursi lalu dengan langkah terburu-buru langsung keluar. Aku berusaha menyusul langkah Mas Danar. Namun langkahnya yang panjang-panjang tak mampu untuk kujangkau. Belum sempat ak
Read more
Part 37
Pisah Terindah #37"Aku sungguh tidak menyangka kalau kamu akan selicik ini Dara!" "Di depanku kamu menampilkan diri bagai wanita yang berhati mulia dengan balutan penampilan yang sangat santun tetapi nyatanya hati kamu busuk!" "Mas? Kamu ngomong apa, sih?" Spontan saja aku melontarkan tanya dengan suara setengah berteriak. Aku teramat kaget mendengar kata-kata yang meluncur dari mulut Mas Danar. Kata-kata yang teramat menyakitkan. "Sudahlah, Dara. Cukuplah sandiwara kamu itu. Aku sudah tahu kebusukan apa yang kamu sembunyikan. Nggak usah berpura-pura polos lagi di depan aku." Lagi-lagi ucapan Mas Danar begitu mengoyak hatiku. Kupandangi lamat-lamat wajah Mas Danar. Garis-garis mukanya terlihat mengeras. Aku tahu, sesuatu telah berhasil mengibarkan emosinya. Akan tetapi apa? Dan kenapa sasarannya adalah aku. "Mas, kamu omongannya nyakitin banget, sih, Mas? Melemparkan tuduhan yang nggak jelas seperti itu. Emangnya aku ngelakuin apa?" Aku masih berusaha untuk meredam loncatan p
Read more
Part 38
Pisah Terindah #38Di depan pintu utama aku menyapa security yang telah siap untuk bertugas. Setelah menginjakkan kaki di dalam kantor aku segera mengarahkan langkah ke tempat yang biasa kutempati. Namun, baru beberapa langkah saja, aku spontan menghentikan gerak kaki begitu melihat siapa yang tengah duduk di sofa yang tak jauh dari meja yang selama ini kutempati. Seorang wanita berpakaian formal duduk dengan kaki disilang. Dia tengah berkutik dengan ponsel yang ada di tangannya. Aku tahu bahwa kehadirannya ke sini akan memberi kabar yang kurang baik buatku. Aku melangkah perlahan. Ternyata di belakangku juga ada Mbak Tania yang baru masuk. Berbeda dengan aku yang sekuat tenaga melawan rasa tak berdaya, Mbak Tania justru melangkah dengan enerjik hingga dalam sekejap saja dia sudah mendahuluiku. Begitulah hasil dari penglihatanku selama beberapa minggu di sini. Jika sehabis memenangkan sebuah perkara, energi Mbak Tania akan terproduksi berkali-kali lipat. "Selamat pagi, semua!" s
Read more
Part 39
Pisah Terindah #39"Jadi memang seperti ini yang terjadi di belakang aku?" Aku dan Mas Daniel sama-sama menoleh ke arah datangnya suara. "Dara, kamu benar-benar luar biasa! Ternyata, kamu jauh melebihi yang aku sangka." "Dan kamu, Daniel, licik sekali cara kamu memanfaatkan Dara." Mas Danar berdiri hanya berjarak beberapa langkah di sampingku. Sorot matanya menyiratkan ada emosi yang tengah berkobar. "Hei, brother, nyantai dikitlah! Hidup jangan terlalu dibawa serius,"ujar Mas Daniel dengan santainya. Sementara aku merasakan hal yang sebaliknya. Meskipun tidak merasa bersalah karena memang tidak melakukan kesalahan apa-apa. Tetapi tetap ada kecemasan yang menyelimuti hati. Mendapati aku tengah bersama dengan Mas Daniel, kemungkinan besar Mas Danar akan semakin salah paham. Kesalahpahaman yang kemarin-kemarin saja masih ngambang karena Mas Danar tidak memberi aku kesempatan untuk menjelaskan. Sekarang akan bertambah lagi. Kepalaku berdenyut hebat dibuatnya. Padahal tujuanku i
Read more
Part 40
Pisah Terindah #40 Pov Danar Aku merasa menjadi orang yang paling bodoh di dunia. Bisa-bisanya aku tidak menyadari bahwa musuh yang sebenarnya adalah orang yang ada di sampingku. Dara, entah dendam sebesar apa yang disemayamkan di hatinya hingga dia sampai tega menikamku dengan brutal. Ya, brutal! Mungkin kedengarannya sangat hiperbola. Tetapi seperti itulah yang kurasakan ketika mengetahui kenyataan ini. Ingin aku tidak percaya, tetapi ini benar-benar nyata. Karir yang kubangga-banggakan, yang kutargetkan akan melesat lebih tinggi lagi, serta yang menjadi tumpuan hidup sekarang telah berantakan. Laksana bangunan yang hanya menyisakan puing-puing. Entah masih bisa dibangun kembali atau tidak. Karir hancur saja sudah merupakan mimpi terburuk dalam perjalanan hidupku hingga saat ini. Namun, masih bisa kuterima dengan jiwa ksatria dan kujadikan pecutan untuk bangkit jika yang menghancurkan aku adalah saingan yang nyata. Namun, manakala yang menghancurkan adalah orang yang selama
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status