All Chapters of WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU: Chapter 11 - Chapter 20
37 Chapters
Bab 11
##bab 10"Astaga kenapa bisa begini?!" ucap Halimah dalam hati. Ketika Pak RT menemuinya dan juga suaminya dirumah. Membicarakan bahwa sang anak akan di grebek oleh warga di rumah Dian. Meskipun awalnya wanita itu membantah tuduhan yang diberikan kepada putra sulungnya. Tapi akhirnya Halimah diam, ketika Pak RT memberikan bukti dengan memperlihatkan sebuah video."Astagfirullahaladzim." Satu kata yang keluar dari mulut kedua orang tersebut yakni Andi dan juga Halimah."Nis … Nis," teriak Halimah pada anak keduanya. "Apa sih, Ma? Teriak-teriak?" Anis datang dengan langkah gontai sembari mengacak-acak rambutnya yang tidak terlalu panjang. Tangannya turun dan segera membenahi tingkahnya ketika melihat Pak RT tengah duduk di ruang tamu. Anis pun berjalan menghampiri sang Mama menanyakan ada perlu apa ia hingga dipanggil. "Ada apa sih, Ma? Kok ada Pak RT disini?" tanya Anis berbisik di telinga Halimah."Telepon Mbak Dewi. Suruh dia pulang sekarang!""Kenapa? Kan baru tadi pagi Mbak Dewi
Read more
Bab 12
"Tapi bukan salah saya sepenuhnya! Istrimu lah yang menggoda saya," sahut Veri tak mau kalah."Apa? Menggoda kamu? Apa Ndak salah? Siapa yang datang setiap hari Kamis? Siapa yang datang sebelum pergi bekerja? Siapa yang datang setelah pulang bekerja? Siapa yang lebih dulu telepon malam-malam? Saya punya bukti, semua bukti ada ditangan saya. Saya ini yang korban, korban lelaki bejat seperti kamu!" ucap Dian dengan mata berapi-api. Dadanya naik turun menahan amarah.Duar ….Seketika Veri terkejut ketika mendengar Dian membuka semuanya."Sebanyak itu, Mas? Kamu benar-benar menjijikan!" Semua orang tersenyum kecut mendengar ucapan Dian dan juga ucapan Dewi baru saja. Veri pun tak menyangkal hanya bisa diam karena tidak ada satu orang pun yang membela. Sedangkan lelaki yang bergelar bapak itu juga hanya diam. Sesekali menarik napas dalam lalu membuangnya perlahan. Mungkin dia sadar jika sang anak memang bejat."Astagfirullahaladzim, bakar saja hidup-hidup manusia model seperti ini? Sudah
Read more
Bab 13
POV DewiAmarahku ikut memuncak ketika banyak orang berkata kasar pada Mas Veri. Terang saja dia begitu percaya dirinya berkata baru sekali. Padahal banyak saksi yang sudah mengetahui hubungan mereka berjalan selama setahun. Ya Tuhan, kemana saja aku selama ini hingga tak tahu jika Mas Veri bermain api dibelakangku. Aku memutuskan pergi dari tempat sidang. Dadaku sesak terasa nyeri dalam ulu hati. Meskipun sebenarnya sidang belumlah selesai. Aku juga tak menghiraukan jika nanti Mas Veri harus membayar denda sebesar lima belas juta. Satu juta saja mungkin dia tak punya apalagi sebesar itu. "Ibu." Aku berteriak memanggil Ibu ketika melihat sosoknya sudah berdiri diambang pintu. Mungkin sang besan tidak mempersilahkan dia masuk terbukti dia hanya berdiri tanpa duduk menghilangkan lelah selama perjalanan datang kemari.Ah, mertuaku ini juga begitu aneh. Dia tidak mau mengakui kesalahan putranya justru terkesan menyalahkan semuanya padaku."Nduk Wi, ayo pulang! Ndak usah tinggal di sini!
Read more
Bab 14
"Wi, makan dulu. Jangan melamun terus, kasihan Arum." ucap Ibu sembari mengambilkan nasi diatas piring yang ada di hadapanku. "Iya, Bu. Arum tadi udah kenyang, jadi dia dah tidur pules." Aku menoleh ke arah putri kecilku yang tengah tertidur di ruang tengah dekat dengan meja tivi."Kamu yang sabar! Veri itu memang kebangetan kok, istrinya sudah mau kerja bantu-bantu nyari duit malah dianya nyeleweng nggak bener," tutur Ibu sembari memasukan sendok pada mulut.Aku hanya memainkan sendok dan menatap nasi beserta lauk yang menggugah selera seperti biasa. Namun rasa lapar dan juga nafsu makan yang biasanya sudah menguap begitu saja. Seiring menguapnya perasaan ini pada Mas Veri. Lelaki itu benar-benar pintar bersilat lidah. Dan juga pintar memainkan sandiwaranya dengan apik.Ya Tuhan, lelaki itu masih saja menempati pikiranku. Tiap kali aku melakukan aktivitas pasti ingat dia. Saat aku makan pasti ingat dia. Bagaimanapun dia adalah Ayah biologis Arum. Jadi hal wajar jika hatiku masih saja
Read more
Bab 15
"Iya kawin, kamu mau ndak?""Maksud Mama Veri nikah lagi begitu?""Iya. Tapi ingat, sama perempuan kaya tapi juga nggak pelit!""Tapi kan Veri belum resmi bercerai, Ma.""Itu bisa diatur," ucapku sembari memainkan kedua alis.Aku harus bisa meyakinkan Veri agar dia mau menikah lagi. Urusan omongan tetangga itu dipikir belakangan. Yang aku mau hanya Veri menikah dengan perempuan kaya meskipun janda tak masalah. Yang terpenting bagiku dia bisa memberiku uang.***POV Dewi"Wi, kamu hari ini libur?""Iya, Bu. Mau ngurus soal perceraian. Biar Dewi lekas berpisah dengan Mas Veri.""Iya, Ibu setuju. Tapi inget kamu tetep jaga kesehatan ya? Jangan lupa makan yang banyak.""Halo, Mbak Dewi. Kok tumben nginep di rumah sendiri lama? Sudah semingguan lho disini." tanya salah satu tetangga yang tiba-tiba datang tak diundang. Mungkin mereka penasaran ada apa denganku?"Eh, Bude Wati. Mau kemana?" Aku justru bertanya kembali tanpa menjawab pertanyaan darinya. Karena memang masalah keluargaku tak a
Read more
Bab 16
POV Dian "Kita sebaiknya berpisah!" Mataku memanas seakan ada air bening yang siap meluncur dari tempatnya. "Aku minta maaf, Mas. Aku khilaf." Aku memohon agar Mas Bambang mau memikirkan kembali keputusannya itu. Tidak akan pernah mudah aku menjalani semuanya jika tanpa dia. Aku mengakui dia pria yang baik. Sudah dua puluh lima tahun lamanya menemaniku. Tapi aku juga manusia aku juga seorang wanita yang membutuhkan kasih sayang. Sedangkan Mas Bambang, dia merantau kota sebelah. Sebulan sekali dia pulang. Tapi jika tiba-tiba rindu menyeruak dalam hati aku bisa apa?Hanya bisa memeluk guling tanpa merasakan hangat nafasnya. Mas Bambang tahu betul tentang diriku. Tentang keinginanku tentang hal itu masih terlalu tinggi. Di usiaku yang hampir menginjak angka 50 tepatnya 47 tahun.Terkadang jika aku bermain dengannya, dia kewalahan. Usianya yang tidak lagi muda tidak mampu mengimbangi keinginanku yang masih bergejolak. Ah, aku bisa apa? Banyak wanita lain yang merasa lelah jika harus m
Read more
Bab 17
POV DEWI"Pelan-pelan saja, Wi." ucap Ibu sembari menepuk pundak belakang. Bagaimana aku bisa tenang? Arum ada di tangan Ayahnya. Ayah? Bukannya Mas Veri itu Ayah kandung Arum? Kenapa aku harus takut. Padahal tak mungkin jika lelaki itu berani menyakiti darah dagingnya sendiri.Hah, apa yang telah terjadi padaku? Kenapa aku menjadi separno ini dengan lelaki itu?"Wi, Arum masih butuh sosok kamu!""Astagfirullahaladzim," jawabku sontak mengerem motor saat itu juga.Beruntung tidak ada motor maupun kendaraan lain dibelakang. Andai saja ada mungkin akan berbeda cerita.Tak berapa lama motor yang kami kendarai tiba di halaman rumah Mas Veri. Nampak motor lelaki itu juga terparkir diteras."Mas Veri? Tolong, buka pintunya!" Aku mengetuk pintu sembari berteriak. Entah apa yang ada dipikiran para tetangga aku tidak peduli yang aku harapkan kali ini aku bisa bertemu Arum dengan keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun.Ceklek,Sosok lelaki tua membuka pintu utama. Tatapannya penuh tanya, ada a
Read more
Bab 18
"Pak Bambang tadi ke kantor, Pak. Dia menceritakan semua disana dengan pimpinan Veri. Dia meminta ketegasan beliau," tutur Veri dengan kepala menunduk."Pak Bambang suaminya Dian?"Veri hanya mengangguk. Allahu Akbar, jika Veri tidak lagi bekerja, bagaimana nasib keluargaku nanti?"Pak, bagaimana ini? Kita juga harus membayar denda. Jumlahnya tidak sedikit, dari mana kita punya uang sebanyak itu?" Aku memijat pelipis dengan pelan. Rasanya kepalaku berdenyut nyeri, setelah mendengar kabar tentang pemecatan Veri."Sabar, Bu. Bapak akan pikirkan jalan keluarnya.""Bagaimana kalau kita pinjam uang saja pada Pak Raji?""Pak Raji?" tanya Veri sembari menatapku dengan seksama."Mama yakin mau pinjem uang sama Pak Raji? Bunganya gede lho, Ma. Nanti kalau Ndak bisa bayar bisa-bisa rumah kita disita." ucap Anis sembari menatap kami bergantian. "Lha mau gimana lagi, Nis? Mama juga sudah ndak punya tabungan. Ini semua gara-gara kamu, Ver. Kalau kamu ndak tergoda sama paha mulus milik Dian, semua
Read more
Bab 19
##BAB 17"Astagfirullahaladzim, Ibu kok bicara seperti itu?" Aku segera mengangkat Arum, lalu mengajaknya sedikit menjauh. Takut jika nanti dia kembali berkata kasar."Munafik," ucap si wanita tua itu dengan mata berapi-api."Bu, mungkin ini semua salah paham. Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik. Ada anak kecil yang mendengarkan." Ibu mencoba menanggapi kemarahan wanita tua ini dengan sabar. Meskipun dia sendiri tidak tahu permasalahannya."Sudah, ndak usah sok baik deh! Kamu inget ndak waktu itu kamu gendong bayi itu terus di beri tumpangan sama suamiku?""Astagfirullahaladzim, waktu motor Lek Tarno mogok dijalan? Ya Allah, Bu. Itu suami Ibu sendiri lho yang menawarkan. Katanya kasihan melihat saya panas-panas dorong motor. Lalu saya diantar sampai ke pasar. Sudah itu saja ndak lebih. Ada saksinya kok, Lek Tarno.""Halah, Ndak usah banyak alesan.""Wi, coba kamu panggil Lek Tarno biar dia menjelaskan semua." "Baik, Bu." Aku segera pergi ke rumah Lek Tarno yang tidak terlalu jauh.
Read more
Bab 20
[Ih, kamu ini ndak tau apa? Satu kampung heboh, suamimu nikah sama Dian.][Suami? Hampir mantan][Tapi kan belum][Bentar lagi]Juleha kembali mengirim gambar Mas Veri yang tengah mencium pucuk kepala Dian. Wanita tua yang menjadi selingkuhannya selama ini. Astaga, melihatnya saja aku ingin muntah. Kenapa keluarganya mengizinkan mereka menikah?Bukannya Dian masih berstatus istri orang. Sedangkan Mas Veri belum ada putusan. Nggak masuk akal?[Gil* ya, keluarga Veri. Apa kagak punya malu ya. Habis digrebek lalu menikah. Pake senyum-senyum segala lagi] Aku hanya membaca saja pesan dari Juleha tanpa berniat membalasnya. Lebih baik aku ikut tidur saja bersama Arum. ****POV Veri"Pak, ini uang buat bayar denda dan juga buat bayar sekolah Anis." Aku menyodorkan setumpuk uang. Semua orang yang tengah duduk di depan televisi pun heran dibuatnya dari mana aku mendapatkan uang tersebut?"Darimana kamu dapet uang sebanyak ini, Ver?" tanya Mama yang langsung cepat duduk dengan posisi tegap."
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status