All Chapters of Tawanan Pewaris Psikopat: Chapter 91 - Chapter 100
134 Chapters
BAB 91. The Day
Pada akhirnya hari itu tiba juga. Hari di mana Meta bukanlah seorang gadis, melainkan istri dari Edward Leonardo. Di hadapan semua orang, dia akan menjadi milik pria itu seutuhnya. Sejak dini hari, mereka sudah disibukkan, mata gadis itu bahkan masih tertutup rapat saat mereka mulai mendandaninya. Saat mata itu terbuka, wajahnya tampak berbeda. Melalui cermin, dia bisa menemukan wajah yang hampir tidak dikenalinya. “Itu aku ‘kan?” tanya Meta. “Benar, Nona. Anda tampak sempurna sekali,” puji wanita tersebut, merapikan sedikit rambut gadis itu. Meta masih membeku, masih tidak percaya kalau yang ada di cermin itu adalah dirinya. Make up yang Azura pilih, tentu bukan yang sembarangan. Mereka teramat profesional. Meta sampai tak mampu berkata apa untuk menggambarkan dirinya saat ini. “Tuan Leonardo akan semakin tergila-gila pada Anda, Nona,” puji wanita itu lagi. Meta mengangguk kecil, berharap seperti itu. Ingin sekali Meta mengecek mata Edward untuk memastikan mata pria itu masih bis
Read more
BAB 92. My Wife
Acara di lokasi utama masih berlanjut. Setelah menonton semacam dokumentasi singkat selama persiapan pernikahan, dan pengambilan keempat konsep pre-wed. Meta menutup wajahnya, merasa malu saat terus mengomel mengenai konsep yang dipilih Edward. Ah dari semua momen, mengapa harus memilih momen yang cukup memalukan itu?Sekarang, Meta menyadari alasan Edward cukup romantis beberapa waktu terakhir, rupanya tanpa sadar kamera sedang menyorot mereka. Ah, seharusnya Meta menyadarinya sejak awal.“Jadi my wife, aku harus memanggilmu apa mulai sekarang?”Meta mendengkus kecil, mulai tak suka Edward bertingkah palsu seperti itu.“Terserah.”Edward tertawa, kali ini tampak lepas. Meta bahkan terkesima melihat tawa suaminya itu. Aish, haruskah dia menyamai Edward, memanggilnya my husband juga? Tapi kan konyol yak!Meta masih kaku, sampai tidak menyadari kalau Edward sudah berdiri dan mengulurkan tangan. Salah satu acara inti lainnya adalah dansa pengantin. Yup, ini baru acara inti belum resepsi
Read more
BAB 93. Fix You
Meta sudah membuat janji dan akan menepatinya. Gadis itu bahkan menyeduh kopi, guna menahan kantuk. Hatinya mendesir aneh, mengingat lagi statusnya yang sudah berbeda. Dia mengambil beberapa buku, beserta laptopnya, mengisi waktu dengan belajar. Dia benar-benar tertinggal banyak. Tangannya menari-nari di atas keyboard, lalu mulai tenggelam di dunia internet yang begitu luas akan ilmu. Gadis itu mulai terlarut dalam kegiatan, hingga tidak menyadari kalau Azura memasuki kamarnya. “Kamu terlihat sibuk, ya,” ucap Azura membuka percakapan, Meta tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya, melepas earphone. Dia menghampiri Azura yang duduk di atas kasur. “Kamu menunggu Edward pulang?” tanya wanita itu lagi, Meta mengangguk pelan sebagai jawaban. Mata Azura memperhatikan sekeliling kamar yang kini ditempati oleh Meta dan putranya. Dahulu, kamar itu paling tidak tersentuh. Azura bahkan tidak pernah diizinkan masuk. Satu-satunya hal yang Azura tahu adalah kamar itu sama seperti pemilikny
Read more
BAB 94. Fall Into You
Tidak ada yang terjadi malam itu. Meta tertidur sembari menunggu Edward membersihkan tubuhnya dari noda darah. Gadis itu sudah menahan kantuk cukup lama, hingga akhirnya jatuh terlelap. Edward bangun lebih dulu, menatap gadis ah bukan wanitanya yang masih terlelap di dalam pelukannya. Wanita itu mengeliat, mencari posisi yang lebih dalam. Hal itu sontak membuat Edward menahan napas. Pria itu berdecak, menyadari semakin dekat dengan wanita itu, semakin besar hasrat untuk memiliki wanita itu seutuhnya. Namun, janji untuk menunggu Meta sampai benar-benar siap sudah terucap. “Apa kamu sungguh menyakiti Xadira? Apa kamu sungguh menindasnya?” tanya pria itu sangat pelan. Meta kembali mengeliat, mengusap matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina mata. Wajah Edward tampak bercahaya pagi ini, meski sama saja masih datar tanpa ekspresi. Meta mengangkat sebelah tangan, menyentuh wajah Edward. “Selamat pagi, my husband,” sapa gadis itu terkekeh geli melihat ekpresi jijik di waj
Read more
BAB 95. Long Time No See
Rasa kantuk menerjang begitu saja. Bagaimana tidak, waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar digantikan dengan honeymoon versi Edward. Gadis itu menguap, menutup mulutnya dengan tangan. Padahal dia sudah bersemangat untuk mengikuti ujian kali ini. “Pergilah ke toilet, cuci wajahmu dulu agar segar kembali,” ucap Pak Iqbal ang sudah berdiri di sampingnya. Meta meringis pelan, menahan rasa malu. Gadis itu sama sekali tidak menyadari keberadaan dosennya itu. Meta mencuci wajahnya, merasa lebih baik. Sudut bibirnya terangkat membentuk lengkung sabit yangindah. “Aish, kenapa dia menyebalkan sekali,” gumamnya. Meta menggeleng pelan, lebih baik kembali ke kelas dan melanjutkan ujian. Edward sudah membuat dia tidak belajar dan sekarang mengganggu pikiran Meta. “Pak,” panggil Meta, melangkah cepat untuk menghampiri pria berkacamata tersebut. “Ada apa Meta?” Entah apa yang terjadi semua pria di kelasnya, bahkan Pak Iqbal yang dulu tampak tertarik, kini mulai menjauh. Ah, pasti karena
Read more
BAB 96. Kebohongan Belaka
Ada begitu banyak hal yang Meta sesali, khususnya hari di mana dia memperkenalkan Xadira pada dunianya. Di hari dia memperkenalkan dunianya pada Xadira, semua hancur berantakan. Bukan hanya dunia Xadira tetapi dunianya juga. Meta memang seharusnya bisa mengendalikan diri setelah mencoba ikhlas dengan takdir, tetapi tetap saja kehadiran Dion menganggunya. Bagaimana kalau kehadiran Dion malah akan memperumit keadaan? “Ta, are you okay? Hei,” panggil Regano. Meta mengerjap, kemudian mengangguk kecil. Tentu saja Regano tidak percaya semudah itu. Pasti ada sesuatu yang mengganggu pikiran gadis itu. “Apa ada masalah di kampus?” tanya Regano hati-hati. “Tidak ada. Hanya saja, aku mulai jenuh. Kamu tau, aku cukup kesulitan mempelajari semuanya. Dulu, aku sukanya dunia model, gak pernah tuh menyinggung soal fisika, biologi, saraf atau apa pun yang semacam itu. Itu semua terasa asing bagiku sekarang,” oceh Meta, Regano terkekeh, mengulurkan sebelah tangan untuk mengusap pipi Meta. “Siapa su
Read more
BAB 97. I Want It, I Got It!
Sebuah ide terlintas begitu saja saat Regano memberikan senjata untuk menyerang Edward. Awalnya Meta tentu merasa kecewa, dibohongi oleh Edward. Namun, di saat bersamaan, dia juga merasa lega. Nyatanya dirinya masih bersih. Meta harsu mengucapkan terima kasih pada Cia yang menyelamatkan hidupnya hari itu dan meminta maaf, telah menempatkan gadis itu dalam masalah.Meta cukup menyesal tak mengenal baik Cia hari itu. Pertemuan mereka tak berakhir baik.“Kanada, aku ingin pergi ke tempat-tempat paling romantis di sana,” ucap Meta saat Edwrad menanyakan tempat impian gadis itu.Pasalnya, Meta bahkan sudah mengajak Azura, Ren dan Regano bahkan sebelum memutuskan akan pergi ke mana.Edward menatap gadis itu cukup lama, memindai wajah penuh binar yang akhir-akhir ini menemani hari-harinya. Meta terlihat lebih baik sekarang.“Katakan di mana itu,” sahut pria itu akhirnya.Meta tampak ragu-ragu, berkali-kali menggaruk telinganya yang sama sekali tidak gatal.“Jangan membuatku mengubah keputusa
Read more
BAB 98. Lentera
Tidak ada gunanya terus tenggelam dalam rasa bersalah, tanpa berani melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan itu sendiri. Seseorang yang tinggal dalam kegelapan tidak memerlukan uluran tangan. Hal pertama yang dia butuhkan adalah lentera untuk menerangi penglihatannya. Kemudian, dia bisa menerima uluran tangan dan berjalan mencari jalan untuk menemukan cahaya yang lebih terang.Hal yang sama untuk Edward. Azura tidak menyadari sekeras apa pun dia meneriaki pria itu agar keluar dari kegelapan akan sia-sia. Edward tidak punya cahaya untuk bisa mengambil langkah. Selama ini yang Azura lakukan hanya terus merasa bersalah, menyalahkan keadaan di masa lalu, menyalahkan kehadiran Edward dalm hidupnya.“Makan yang banyak,” ucap Azura memberikan lauk untuk putranya.Edward terdiam sejenak, memandangi daging di atas nasinya dalam diam. Pertama kali dalam hidup, Azura memperhatikannya.“Meta juga mau dong, Ma,” ucap Meta mencairkan suasana. Azura mengangguk, mengambilkan lauk untuk menantunya
Read more
BAB 99. Definisi Cinta
Destinasi ketiga bukan kota melainkan sebuah desa bernama Niagara-on-the-lake, desa yang dibangun pada abad ke 19. Desa ini digambaran sebagai desa yang asri dengan hamparan tumbuhan dan rumput yang dirawat dan tertata rapi. Beberapa kegiatan menarik yang bisa dilakukan di desa tersebut seperti mengunjungi kawasan perkebunan anggu, kawasan bersejarah nasional benteng george, dan menjelajahi niagara escarpment dengan mengendarai kuda. Mendengar review dari para pengunjung ke sana saja sudah membuat Meta tertarik apalagi kalau dia sungguh pergi ke tempat tersebut.Setelah hiking, mengunjungi kastil, kini mereka akan ke sebuah desa yang amat indah.Gadis yang siap dengan sarung tangan dan sepatu sport itu, sudah duduk anteng di atas sepeda. Dia berencana berkeliling desa menggunakan sepeda, menikmati udara yang sejuk. Selain menjelajah desa yang indah, juga bangunan desa tersebut tampak menyegarkan mata, salah satunya bangunan untuk menginap.“Kalian sungguh tidak ikut?” tanya Meta seka
Read more
BAB 100. Fake?
Jatuh cintalah pada orang yang berpontesi membalas cinta yang kamu miliki. Saling mencintai adalah tahta tertinggi. Namun, tidak semua orang beruntung untuk dicintai. Hal yang Ren rasakan ketika mulai jatuh hati pada pesona Regano. Pria itu sangat cerdas dan selalu tenang. Regano menjadi tangan kanan Edward karena kecerdikannya.“Hei,” panggil Regano melambaikan tangan. Wanita yang sedari tadi menunduk dengan kaki yang diayunkan, akhirnya mengerjap dan membalas tatapan Regano.Pria itu mengambil posisi duduk di sisi Ren, menyodorkan secangkir the hangat untuk menghalau dingginnya kota tersebut. Ren menggumamkan terima kasih, lalu mulai meniup dan meneguk minumannya secara berkala.“Pada akhirnya Edward akan mendapatkan keinginannya bukan?” ucap Regano membuka pembicaraan lebih dulu. Ren tahu ke mana arah pembicaraan Regano. Raut kecewa terukir dengan jelas di wajah pria itu.“Kamu sudah mengambil keputusan yang tepat kok. Aku dulu juga memikirkan hal yang sama, mengakui perasaanku p
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status