Semua Bab Seleksi Calon Mantu: Bab 21 - Bab 30
89 Bab
21. Perjodohan Kucing Dalam Karung
BLUG!Pintu utama dibanting Dea, pintu kamarnya."Ih! Bapak nyebelin!" Kemudian ia melemparkan diri ke atas kasur dengan mata penuh dengan cairan bening asinnya.Cairan hangat itu keluar pertanda ia tengah tersakiti hatinya. Semua karena perkara perjodohan itu. Dan ia sama sekali tak punya andil di dalamnya. Tugasnya sebagai anak terakhir Pak Jhon hanyalah untuk menurut saja. Ia tak ada hak apa pun untuk buka suara, memberi pendapat, apalagi penolakan.Sungguh ironi sekali memang, satu-satunya orang tua yang Dea miliki saat ini rasanya sudah berubah menjadi biro jodoh until jannah, tapi dengan versi memaksa. Dea pikir, sekarang hidupnya sesak sekali. Ia bukan lagi tuan putri yang akan mewarisi Tahta, tapi jadi Rapunzel yang dikurung rajanya sendiri di menara tinggi."Ah, Bapak jahat." Tangisnya masih pecah seribu setelah ia dipertemukan dengan Om Bromo itu, setelah membicarakan soal perjodohan kucing dalam sarung.Ya, Dea menyebutnya sebagai perjodohan kucing dalam karung, sebab
Baca selengkapnya
22. Yang Paling Semangat
Seperti biasa, pagi ini diadakan briefing oleh Pak Manager. Dea menjadi yang paling semangat sebagai anak baru di sana. Nana sampai memonyongkan bibirnya dengan setengah tersenyum. Bangga sekali dia sebagai teman sekaligus rekan kerja."Sebentar lagi bulan Agustus tiba, akan ada kegiatan olahraga yang pesertanya para karyawan minimarket juga. Semua pegawai minimarket akan menyumbangkan beberapa orang untuk dijadikan perwakilan, termasuk dari kita. Dari cabang kita butuh empat orang yang nantinya akan digabungkan dengan karyawan pusat atau cabang-cabang yang lain. Acara akan diselenggarakan seminggu full, jadi yang ikut jadi peserta, dibebastugaskan sementara dari status kasir atau karyawan lainnya. Siapa di sini yang mau ikut?"Waw, itu kabar yang tidak terduga. Setelah beberapa tahun Nana bekerja di minimarket tersebut, baru kali ini perusahaan yang bergerak dalam bidang ini ikut-ikutan memeriahkan acara tujuh belasan. Biasanya juga tak ada acara seperti itu. Tumben sekali pikir Nana
Baca selengkapnya
23. Tekad Seorang Dea
"Hah?! Kamu dijodohin?! Jadi, mobil yang semalam parkir di depan rumah kamu itu beneran calon suamimu? What?!"Ekspresi terkejut itu muncul sesaat setelah Dea Posa bercerita tentang apa yang terjadi semalam. Tentang perjodohan kucing dalam karung. Pakai suara ekstra berisik pula, Dea terpaksa menyenggol keras pinggangnya hingga ia meringis kesakitan.Mau bagaimana lagi? Kagetnya Nana macam lagi pengumuman soalnya."Aduh, Dea. Kalau nyenggol itu kira-kira dikit napa, ah!" omel Nana, kali ini dengan suara yang amat pelan."Ya, maaf. Habisnya suara kamu itu kayak toa masjid aja, Na.""Ya, udah aku juga minta maaf, soalnya kaget." Nana mendekat, lalu membisik, "Jadi, semalam beneran apa yang aku bilang itu?"Dea tak langsung menjawab. Dia malah menghela napasnya begitu dalam hingga rasanya seperti tengah menyampaikan lelah letih lesu secara bersamaan. Ia tengah bimbang mau menyampaikan cerita dari mana dulu setelah ini.Untungnya ruko bubur Bang Juki ini sedang agak sepi. Soalnya yang sar
Baca selengkapnya
24. Mumpung Libur Tugas
Dea dan Nana masih nongkrong di ruko Bang Juki. Baik hati dan kurang sabar bagaimana pria beranak empat itu dalam menghadapi dua gadis yang duduk di meja kedua paling pojok itu. Selain pesan bubur masing-masing semangkuk dan sate ati ampela, mereka sama sekali tak memesan apa-apa lagi dan leha-leha duduk lama di sana.Kalau di tempat orang lain, pasti sudah kena tegur.Tapi karena Dea serta Nana ini sudah langganan jadi pembeli buburnya, ya wes ... dibebaskan. Kecuali kalau pembeli sedang membeludak macam pagi buta tadi. Itu pun paling diminta pindah ke belakang, bukan langsung mengusir blak-blakkan."AH!" Dea menyimpan ponselnya di meja setelah bermenit-menit menunggu centang dua biru menyala tak kunjung terjadi.Padahal ia menunggu sedari tadi.Nana mengambil ponsel Dea dan ikut mengamati."Udah hampir sepuluh menit sejak pesan dikirim, De. Belum juga dibuka." Sang sahabat mengatakannya."Iya, udah tahu, Na. Makanya aku merasa gila. Padahal selain pagi tadi di persimpangan, kami bel
Baca selengkapnya
25. Minta Diajari Masak
Bukan Dea namanya bila tidak membuat Daffa ilfeel dengan sikapnya. PDKT Dea memang yang paling terang-terangan dan berani. Tebal muka walau sudah ia tolak mentah-mentah berapa kali juga."Sebaiknya kamu pulang kalau emang lagi enggak kerja. Jangan keluyuran pakai baju seragam kerjamu itu. Nanti bisa mencoreng nama perusahaan terkait. Lagi pula saya lagi enggak mood digangguin, jam istirahat singkat, saya harus segera mengisi perut saya yang lagi lapar ini dengan asupan makanan. Jadi minggirlah."Daffa sama sekali tidak peduli dengan masalah pesan pribadi Dea yang tak dibalasnya. Jangankan membalas, membukanya saja ia sudah talk sempat. Dan lagi, mana mungkin ia mengatakan apa yang terjadi di kantor kecamatan itu hanya karena gadis pemberani ini, kan?Bukan ranahnya, dan dia bukan siapa-siapa bagi Daffa.Daffa menabrak bahu Dea hingga gadis berponi itu menyingkir ke pinggir. Tanpa peduli dengan ekspresi dongkolnya yang tak main-main, Daffa terus melangkah menuju warung tegal yang letak
Baca selengkapnya
26. Untai Doa
PRAAAK!PRAAANG!Wajan jatuh, gagangnya menyenggol teko kaca dan pecah begitu saja."WAAAH! Maaf, Nana! Aku kepanasan, jadi wajannya kelepas aja gitu," kata Dea sesantuy itu. Matanya masih melotot besar ke arah pecahan beling di dekat kaki, juga cecaran makaroni telor balado hasil praktiknya bersama Nana Banana.Sangat disayangkan sekali malah tumpah. Padahal saat Nana koreksi rasa dan memeriksa tingkat kematangannya, sudah jauh lebih baik dari pada masakan Dea yang tadi. Beberapa kali gagal, bahkan tak jarang menjadi hitam legam akibat gosong total.Haduh ....Nana tepuk jidat. Makanan yang baginya adalah harta karun berharga itu ikut tumpah gara-gara si manja. Sudah berapa kali itu, bahkan ia belum sempat menghitung kelalaian Dea Posa di dapur ini. Meleng sedikit saja hancur."Na, Nana Sayang ... jangan marah, ya, pliiiis." Dea merengek kali ini, meminta dimaafkan. Melihat wajah Nana yang sudah merah merona akibat kesal, membuat Dea sedikit takut.Saat ini Nana sedang memegang sendo
Baca selengkapnya
27. Praktik Memasak
[Orang kecamatan butuh koyo sepuluh kotak. Besok bisa antarkan tidak ke depan kecamatan?]Hening ....Dea terdiam sebentar ketika membuka pesan dari ayang Daffa. Sedikit cemberut karena ternyata si dia bukan membalas pesan 'I love you' yang Dea kirim sebelumnya. Yang ada malah minta dibawakan koyo untuk orang lain."Asem," ujar Dea bergumam.Dia menghela napasnya panjang sebelum akhirnya menghembuskannya sekali lagi tak kalah panjang."Kupikir mau balas pesan cintaku, eh ternyata cuma pesen koyo," gerutunya mulai meracau. Tapi Dea menghibur diri dalam hati. Tak apa ... tak apa ... bisa saja cinta Daffa tumbuh karena koyo.[Ada. Besok Dea antar ke sana. Mas yang ambil, kan?]Centang dua biru. Dan hal ini lumayan membuat Dea semringah. Tak biasanya laki-laki itu membuka pesannya secepat ini. Hwah~Tapi, setelah cukup lama Dea menunggu lagi balasan pesan, eh tak ada. Semangat yang sudah tegak berdiri itu kembali melempem macam kerupuk terkena angin. Ck, sudahlah! Dea membanting ponsel ke
Baca selengkapnya
28. Kukuhnya Dea Tak Ada Lawan
Langit begitu cerah, secerah senyum Dea yang mampu menyilaukan kaum adam yang melihatnya.GDUBRAAK!"Aduh!" Bahkan sampai membuat dua pemuda yang mengendarai motor nyungsep setelah menabrak tiang listrik di depan sana, gara-gara semua mata mereka tertuju pada Dea.Tapi Dea tak tahu soal itu, karena dia langsung berbelok masuk ke rumah Nana Banana."Pagi Momi!" sapa Dea pada sang pemilik rumah. Momi Kirana yang cantik itu sedang sibuk menyiram bunga."Pagi Dea. Kamu udah siap aja pagi ini. Nana kayaknya masih belum siap. Coba aja kamu tengok dia lagi apa di dalam.""Baik, Mom. Izin masuk, ya ...."Gadis itu sungguh ceria. Cerianya menular pada Momi Kirana, membuat lengkung indah pelangi muncul di bibirnya."Naaa! Nana!" Sementara itu, Dea Posa memanggil-manggil Nana dengan segenap rasa dan tenaga. Sampai orang yang dipanggilnya nyebut akibat kaget."Ya Allah Dea! Kamu itu hobi banget ngagetin aku. Asyem!" ujar Nana.Saat Dea menoleh ke sumber suara, ternyata sahabatnya itu sedang mencu
Baca selengkapnya
29. Dipanggil Daffa untuk Kali Pertama
"Ini, Pak Amir koyonya." Daffa menyerahkan koyo untuk stok kantor ke orang yang kemarin meminta Daffa membelikan benda tersebut.Dan diterima dengan baik. "Makasih banyak, ya. Maaf merepotkan.""Tidak masalah, Pak. Kalau ada hal lain yang bisa saya bantu, jangan ragu untuk memanggil saya." Cukup sadar diri saja, sebagai anak baru masuk, Daffa harus sering berbaur dan mau membantu. Hal itu juga merupakan usahanya untuk bisa akur dan kenal dengan semua karyawan yang ada di sana."Untuk sekarang tak ada lagi. Kamu boleh ke meja kerjamu. Sebentar lagi jam kerja tiba.""Baik, Pak."Daffa kembali ke meja kerjanya. Di sana ternyata sudah ada Herman. Daffa jadi sedikit terheran-heran, sejak kapan dia ada di sana? Seingatnya, saat Daffa pergi ke luar usai membaca pesan Dea, dia belum ada. Embuhlah ... tak mau lagi memikirkan.Eco bag berisi makanan pemberian Dea Posa disimpannya di kolong meja. Daffa pun bekerja seperti biasa tanpa memikirkan apa pun, terutama tentang Dea.Sampai ketika jam is
Baca selengkapnya
30. Sadisnya Seorang Daffa
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Usaha Dea yang belajar masak sejak kemarin itu nampaknya sedikit membuahkan hasil. Daffa cowok super cuek yang kerjanya hanya mematahkan hati itu kini sudah berani melantangkan suara menyebut namanya.Keajaiban macam apa ini?"Ya, Mas?" Andai saja tak ada banyak pasang mata di sana, Dea pasti sudah kelonjotan dari tadi macam cacing tanah kepentok daratan dan panasnya matahari. Tapi untungnya kali ini urat malu masih utuh, jadi kegilaannya tidak kumat.Dea hanya berjalan berlaga anggun sembari menyibak sebelah anak rambut yang meriak-riak dihempas angin lewat. Ah, Nana sebal melihatnya. Diam-diam mencibir di belakang Dea dengan nada suara membisik pelan. Namun meski begitu, tak terpungkiri rasa senang dan harunya karena usaha belajar masak kemarin bisa dikatakan tak sia-sia.Bermodalkan kotak bekal makan saja sudah pasti membuat hati si manusia es itu sedikit cair."Saya nggak bisa makan ini sendirian. Kebanyakan," ujar Daffa.Aduh, jantung Dea semakin jeda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status